Setiap orang pasti pernah merasa terkejut. Entah karena suara keras yang mendadak, berita tak terduga, atau bahkan kejadian sehari-hari yang datang di luar ekspektasi. Namun, bagaimana jika perasaan terkejut itu muncul hampir setiap saat, bahkan untuk hal-hal yang biasa dan tidak mengancam? Itulah yang dirasakan oleh sebagian orang yang memiliki kecenderungan untuk mudah terkejut.
Seseorang yang selalu terkejut sering kali tampak gugup, waspada berlebihan, atau bahkan menunjukkan reaksi fisik seperti melompat, menjerit, atau memalingkan wajah saat terjadi rangsangan kecil. Meskipun ini mungkin terlihat lucu atau mengundang tawa bagi orang lain, bagi mereka yang mengalaminya, hal ini bisa menjadi beban psikologis dan sosial yang cukup berat.
Refleks terkejut (startle response) adalah reaksi otomatis tubuh terhadap stimulus yang mengejutkan, seperti suara keras, gerakan tiba-tiba, atau sentuhan tak terduga. Ini adalah respons alami yang dimiliki manusia sebagai bagian dari sistem pertahanan diri. Refleks ini terjadi dalam waktu sangat singkat, dan diproses oleh bagian otak bernama amigdala, yang berperan dalam pengolahan emosi, terutama rasa takut.
Pada umumnya, refleks ini bersifat adaptif dan melindungi tubuh dari potensi bahaya. Namun, ketika refleks ini muncul terlalu sering atau terlalu berlebihan terhadap stimulus ringan, bisa jadi ada gangguan pada sistem saraf atau faktor psikologis lain yang terlibat.
Orang yang mudah terkejut biasanya menunjukkan beberapa gejala khas, antara lain:
Perilaku ini bisa terjadi dalam konteks rumah, tempat kerja, transportasi umum, atau bahkan saat menonton film yang tidak terlalu menegangkan. Dalam beberapa kasus, individu tersebut bisa merasa lelah karena tubuhnya terlalu sering “siaga penuh”.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat mudah terkejut:
Orang dengan gangguan kecemasan sering kali memiliki sistem saraf yang lebih sensitif. Ketika otak terus-menerus dalam mode siaga karena rasa khawatir, maka reaksi terhadap stimulus kecil bisa menjadi sangat berlebihan.
Orang yang pernah mengalami trauma berat, seperti kecelakaan, bencana alam, atau kekerasan, bisa mengalami refleks terkejut yang lebih kuat. Otak mereka menjadi “terlatih” untuk waspada secara berlebihan, sehingga stimulus ringan bisa memicu respons seolah-olah sedang menghadapi bahaya nyata.
Beberapa individu memiliki sistem sensorik yang sangat sensitif terhadap suara, cahaya, atau sentuhan. Ini sering terjadi pada individu dengan gangguan spektrum autisme, ADHD, atau gangguan sensorik lainnya.
Seseorang yang memiliki kepribadian neurotik, cemas, atau sangat tertutup cenderung lebih mudah terkejut. Mereka biasanya lebih sensitif terhadap perubahan di sekitarnya dan lebih mudah terganggu oleh hal-hal kecil.
Kurang tidur memengaruhi fungsi otak, termasuk kontrol emosi dan respons terhadap stimulus. Otak yang lelah menjadi kurang mampu menyaring informasi yang tidak penting, sehingga respon kaget bisa muncul lebih sering.
Mudah terkejut bukan hanya soal reaksi fisik semata. Kondisi ini juga berdampak pada psikologis dan interaksi sosial. Seseorang yang selalu terkejut bisa merasa:
Jika kondisi ini terus berlanjut, seseorang bisa mengalami isolasi sosial atau bahkan depresi ringan karena merasa “berbeda” dari orang lain.
Jika kamu atau orang di sekitarmu memiliki kecenderungan mudah terkejut, berikut beberapa langkah yang bisa membantu:
Melatih pernapasan dalam dan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga dapat membantu menenangkan sistem saraf dan mengurangi intensitas reaksi kaget.
Pastikan tubuh mendapatkan waktu istirahat yang memadai agar otak bisa memproses informasi dengan lebih baik.
Jika reaksi terkejut sudah sangat mengganggu, ada baiknya berkonsultasi dengan psikolog. Terapi seperti CBT (Cognitive Behavioral Therapy) bisa membantu mengubah cara otak merespons stimulus tertentu.
Meminimalisasi paparan terhadap suara keras, keramaian, atau cahaya berlebihan bisa membantu mengontrol reaksi.
Lingkungan yang membuat individu merasa aman secara emosional bisa menurunkan tingkat kewaspadaan berlebihan. Dukungan dari keluarga dan teman juga sangat penting.
Menjadi seseorang yang selalu terkejut bukanlah sesuatu yang bisa dikendalikan sepenuhnya, apalagi jika sudah menyangkut kondisi psikologis atau neurologis. Namun, dengan memahami penyebabnya dan melakukan langkah-langkah kecil, seseorang dapat mengelola reaksi tersebut agar tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.
Daripada menganggapnya sebagai kelemahan, melihat reaksi terkejut sebagai bentuk kewaspadaan yang tinggi bisa membantu mengubah sudut pandang. Dengan dukungan yang tepat dan lingkungan yang memahami, orang yang mudah terkejut tetap bisa menjalani hidup dengan nyaman, percaya diri, dan bahagia.
Buah Semangka bukan hanya buah penyegar di cuaca panas, tapi juga superfood yang menyimpan 7…
Kondisi jalan rusak di Gorontalo memaksa warga mengangkut jenazah dengan motor menuju rumah duka. Potret…
DPRD desak Pemko Medan bangun pompa air di titik rawan banjir, langkah penting untuk tanggulangi…
Fobia adalah ketakutan berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu yang bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari. Artikel…
"Temukan 10 buah-buahan penyerap racun yang membantu detoks alami tubuh. Dari lemon, apel, hingga buah…