Setiap manusia pernah berada di titik perenungan: Apakah jalan hidupku ini hasil dari pilihanku sendiri, ataukah semuanya sudah digariskan sejak awal? Pertanyaan ini bukan hanya soal nasib, tetapi menyentuh inti dari keberadaan kita sebagai manusia—apakah kita benar-benar bebas, atau sekadar menjalani naskah yang sudah ditulis sebelumnya?
Banyak orang percaya bahwa kita memiliki kendali penuh atas hidup kita. Kita memilih sekolah, teman, pekerjaan, dan bahkan cara berpikir kita sendiri. Dalam pandangan ini, hidup adalah hasil dari serangkaian keputusan yang kita ambil secara sadar.
Pendukung gagasan ini meyakini bahwa tanggung jawab moral muncul dari kemampuan memilih. Jika kita bebas memilih berbuat baik atau buruk, maka kita pantas mendapat pujian atau hukuman. Dengan kata lain, hidup adalah kanvas kosong, dan kitalah pelukisnya.
Di sisi lain, banyak orang meyakini bahwa Tuhan, semesta, atau hukum alam telah menentukan segala sesuatu sejak awal. Mereka memandang tempat lahir, kondisi keluarga, pertemuan dengan orang tertentu, hingga peristiwa besar dalam hidup sebagai bagian dari skenario besar yang telah ditulis, bukan sekadar kebetulan.
Bahkan dalam ilmu pengetahuan, ada teori determinisme yang menyatakan bahwa semua tindakan manusia adalah akibat dari kondisi sebelumnya. Kita merasa seolah-olah punya kebebasan untuk membuat keputusan, seperti memilih pekerjaan, pasangan, atau arah hidup.
Tapi menurut pandangan deterministik (pandangan bahwa semua hal sudah ditentukan oleh sebab-akibat), sebenarnya pilihan kita hanyalah hasil dari rangkaian peristiwa sebelumnya yang memengaruhi kita—mulai dari lingkungan, genetik, pengalaman hidup, hingga kondisi saat itu..
Sebagian filsuf dan pemikir modern mencoba menggabungkan kedua pandangan ini. Mereka meyakini bahwa Tuhan atau kekuatan besar lainnya telah menetapkan takdir-takdir utama—seperti tempat kita lahir dan siapa orang tua kita. Namun, di dalam “peta besar” itu, kita tetap memiliki kebebasan untuk menentukan arah dan langkah hidup kita sendiri.
Bayangkan seperti sedang bermain game dengan rute tetap, tapi kamu bebas memilih jalan mana duluan, apakah ingin menghadapi rintangan sekarang atau nanti. Kamu tidak bisa keluar dari dunia game itu, tapi kamu bisa memilih caramu menjalaninya.
Jawaban dari pertanyaan ini mungkin berbeda-beda bagi tiap orang. Ada yang merasa bebas dan bertanggung jawab penuh atas hidupnya. Ada juga yang merasa bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari rencana besar. Dan ada pula yang berdiri di tengah-tengah, percaya bahwa hidup adalah kombinasi antara pilihan dan ketentuan.
Yang pasti, pertanyaan ini mengajak kita untuk lebih sadar, bijak, dan rendah hati dalam menjalani hidup. Apakah hidup ini kamu kendalikan sepenuhnya, ataukah kamu sedang menjalani kisah yang sudah digariskan?
Penulis : Sandra
Timnas Indonesia menatap dua laga krusial dalam misi lolos ke Piala Dunia 2026. Berikut jadwal…
Buah Semangka bukan hanya buah penyegar di cuaca panas, tapi juga superfood yang menyimpan 7…
Kondisi jalan rusak di Gorontalo memaksa warga mengangkut jenazah dengan motor menuju rumah duka. Potret…
DPRD desak Pemko Medan bangun pompa air di titik rawan banjir, langkah penting untuk tanggulangi…
Fobia adalah ketakutan berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu yang bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari. Artikel…