Cara Mengatasi BAB Berdarah dan Pencegahannya Sejak Dini!
BAB berdarah bukan masalah sepele. Kondisi ini terjadi ketika darah keluar saat buang air besar (BAB). Tingkat keparahannya pun bervariasi—mulai dari yang masih ringan, sedang, hingga dapat menjadi masalah serius dan mengancam jiwa.
Darah pada saat BAB bukan sesuatu yang boleh diabaikan, ya! Ini dapat menjadi sinyal penting bahwa terjadi masalah pada saluran pencernaan.
Meskipun tampak menakutkan, BAB berrdarah masih dapat diatasi, bergantung pada penyebabnya. Yuk, simak ulasan lengkap berikut untuk menemukan penyebab, gejala, dan cara mengatasinya!
Apa Sih Sebenarnya BAB Berdarah Itu?
BAB berdarah terjadi ketika ada darah yang keluar bersama tinja. Perdarahan ini dapat terjadi di mana saja pada saluran pencernaan—mulai dari kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, hingga anus. Warna dan jumlah darah dapat menjadi petunjuk penting mengenai lokasi dan penyebab masalah.
Gejala BAB Berdarah yang Perlu Diwaspadai
Gejala yang terjadi dapat bervariasi sesuai tempat dan tingkat keparahan pendarahan. Beberapa gejala yang sering terjadi antara lain:
Darah merah terang pada tinja
Tinja tampak gelap atau hitam pekat
Perut terasa nyeri
Badan lemas dan pusing
Anemia (kurang darah) apabila terjadi pendarahan terus-menerus
Bagaimana Cara Mengatasi BAB Berdarah?
Kalau kamu BAB berdarah, jangan panik, tapi segera perhatikan gejalanya. Kamu juga bisa mengompres area anus dengan air dingin dan menjaga kebersihannya. Tapi jika darah terus keluar, terjadi lebih dari 2–3 hari, jumlahnya cukup banyak, atau disertai gejala lain seperti pusing, lemas, sakit perut, atau demam, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter ya, karena mungkin terjadi masalah yang lebih serius dan perlu penanganan lebih lanjut. 🌟
Pengobatan Rumahan
Kalau BAB berdarah masih ringan dan bukan kondisi darurat, beberapa pengobatan rumahan yang dapat dicoba antara lain memperbanyak konsumsi air, makan makanan berserat (seperti buah, sayur, dan biji-bijian) untuk melunakkan feses, mengompres anus dengan air dingin demi meredakan pembengkakan, menggunakan sitz bath (berendam duduk di air hangat) 2–3 kali sehari, dan mengoleskan gel lidah buaya yang bersifat menyejukkan pada area anus. Selain itu, penting juga menjaga kebersihan, menghindari duduk terlalu lama, dan tidak mengejan saat buang air besar. Jika gejalanya masih terus terjadi atau disertai keluhan lain, segera periksakan diri ke dokter ya. 🌟
Perawatan Medis
Untuk perawatan medis BAB berdarah, dokter biasanya akan terlebih dahulu mendiagnosis penyebabnya melalui pemeriksaan fisik dan mungkin tes tambahan seperti sigmoidoskopi atau kolonoskopi. Jika penyebabnya adalah wasir atau fisura ani, dokter bisa memberikan obat salep khusus, obat pencahar ringan, atau obat antiinflamasi untuk mengurangi peradangan dan nyeri. Dalam kasus yang lebih serius seperti polip atau pendarahan dari saluran pencernaan bagian dalam, diperlukan penanganan lebih lanjut, misalnya terapi endoskopi, obat-obatan khusus, atau bahkan tindakan operasi. Penting untuk selalu mengikuti arahan dokter agar penanganan tepat dan mencegah komplikasi.
Apa Sih Penyebab BAB Berdarah?
BAB berdarah bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari yang ringan hingga serius. Penyebab paling umum adalah wasir (hemoroid), yaitu pembuluh darah di anus yang membengkak dan mudah berdarah saat mengejan. Selain itu, fisura ani atau robekan kecil di sekitar anus akibat sembelit juga sering menyebabkan darah keluar. Penyebab lain termasuk polip usus, peradangan usus (seperti kolitis atau penyakit Crohn), infeksi saluran pencernaan, hingga kanker usus besar. Faktor risiko seperti diet rendah serat, kebiasaan mengejan terlalu kuat, diare berkepanjangan, atau riwayat keluarga dengan penyakit pencernaan juga bisa memicu BAB berdarah. Jadi, penting untuk mengetahui penyebab pastinya agar penanganannya tepat.

Faktor Risiko BAB Berdarah
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan mengalami BAB berdarah antara lain: pola makan rendah serat yang menyebabkan sembelit dan sulit BAB; kebiasaan mengejan terlalu kuat saat buang air besar; duduk terlalu lama terutama saat BAB; kehamilan dan persalinan yang menambah tekanan pada pembuluh darah di area anus; usia tua karena jaringan dan pembuluh darah menjadi lebih rentan; riwayat keluarga dengan penyakit pencernaan seperti wasir, polip, atau kanker usus; serta kondisi medis tertentu seperti diare kronis, infeksi usus, atau gangguan pembekuan darah. Memahami faktor risiko ini penting untuk pencegahan dan pengelolaan BAB berdarah.
Kapan Harus Segera ke Dokter?
Jangan tunda! Segera periksakan diri apabila:
Pendarahan terjadi terus-menerus
Tinja tampak gelap, lengket, dan disertai pusing, lemas, dan muka pucat
Mengalami sakit perut yang parah
Pendarahan terjadi lebih dari 1 minggu
Mengalami anemia akibat pendarahan
Komplikasi Jika BAB Berdarah Diabaikan
Kalau dibiarkan, pendarahan dapat menimbulkan masalah yang lebih serius, seperti:
Anemia akut akibat kehilangan darah terus-menerus
Infeksi pada luka fisur atau wasir
Kanker kolorektal yang terlambat terdeteksi
Perforasi usus pada penyakit radang usus
BAB Berdarah Tanda Penyakit Apa?
Berdasarkan lokasi pendarahan, ada dua jenis:
Hematochezia
Darah masih tampak merah dan segar. Hal ini terjadi apabila pendarahan terjadi pada saluran cerna bawah, seperti:
Wasir
Fisura ani
Polip usus besar
Kanker kolorektal
Radang usus (kolitis ulserativa, penyakit Crohn)
Melena
Darah tampak gelap, pekat, dan berbau. Hal ini terjadi apabila pendarahan terjadi pada saluran cerna atas, yaitu:
Varises esofagus
Esofagitis
Tukak lambung
Gastritis
Sindrom Mallory-Weiss
Kanker lambung
Tips Mencegah BAB Berdarah
Konsumsi makanan berserat
Perbanyak minum air
Olahraga teratur
Hindari mengejan saat buang air besar
Lakukan pemeriksaan secara rutin, terutama apabila punya riwayat keluarga

