Kota Roma akan menjadi saksi apakah Milan mengakhiri puasa gelar domestik sejak 2003, atau Bologna mengulang sejarah setelah setengah abad. Ini juga akan jadi final pertama kedua tim di ajang Coppa Italia.
Milan datang dengan kepercayaan diri usai menang 3-1 atas Bologna di Serie A. Namun, seperti kata orang: partai final punya ceritanya sendiri.
Milan: Bangkit dan Menyerang
Musim Milan memang berliku. Terdepak dari Eropa dan sempat inkonsisten, mereka kini kembali solid. Empat kemenangan beruntun jadi bukti konsistensi mulai terbentuk.
Perubahan skema ke tiga bek jadi kunci. Sistem ini membuka ruang bagi pemain sayap untuk eksplosif, sekaligus memberi stabilitas di belakang.
Santiago Gimenez kerap muncul sebagai pahlawan dari bangku cadangan. Kombinasi Rafael Leao dan Christian Pulisic juga kian padu di sektor depan.
Bologna: Kejayaan Lama yang Dirindukan
Bologna punya rekam jejak apik di Coppa Italia. Dua kali ke final, dua kali pula mereka pulang sebagai juara, terakhir pada 1974.
Perjalanan mereka musim ini pun patut diacungi jempol. Menyingkirkan Monza, Atalanta, dan Empoli bukan pekerjaan ringan.
Vincenzo Italiano sukses meracik tim yang kolektif dan berkarakter. Kini, mereka hanya tinggal selangkah lagi dari kejayaan yang telah lama dirindukan.
Rekor dan Realita
Dalam sejarah Coppa Italia, Milan lebih sering menang atas Bologna. Dari 14 pertemuan sebelumnya, Rossoneri unggul dengan enam kemenangan.
Namun, Bologna sempat membuat kejutan dengan memutus rekor 17 laga tanpa menang atas Milan di Serie A musim ini. Kekalahan di San Siro akhir pekan lalu pun menjadi pemicu semangat balas dendam.
Meski begitu, tren Bologna sedang menurun. Tiga laga terakhir tanpa kemenangan bisa memengaruhi kepercayaan diri mereka jelang final.
Skuad Siap Tempur
Milan akan tampil dengan kekuatan hampir penuh. Youssouf Fofana sudah kembali dari cedera dan Leao bisa bermain setelah menjalani skorsing.
Fikayo Tomori juga kemungkinan besar siap meski sempat mengalami gangguan fisik ringan. Pelatih Sergio Conceicao kini dihadapkan pada pilihan di lini depan: Gimenez, Tammy Abraham, atau Luka Jovic.
Di kubu Bologna, Thijs Dallinga diprediksi jadi starter menggantikan Santiago Castro. Secara umum, Rossoblu berada dalam kondisi siap tanding.
Adu Mental dan Momentum.
Baik Milan maupun Bologna punya catatan impresif saat tertinggal. Milan mengumpulkan 22 poin dari posisi ketinggalan, Bologna mencatatkan 18 poin.
Fakta ini bisa jadi penanda bahwa final akan berlangsung ketat dan tak mudah diprediksi. Perpanjangan waktu atau adu penalti bukan kemungkinan yang mustahil.
Meski demikian, Milan sedikit lebih diunggulkan berkat momentum dan kedalaman skuad. Setelah lebih dari 20 tahun, Coppa Italia bisa kembali ke lemari trofi mereka.
Pendahuluan: Panggung Diplomasi Dunia dan Harapan Indonesia Pada Senin, 22 September 2025 waktu setempat, Presiden…
Salah satunya adalah kebiasaan meminum kopi 12 shoot — sebuah minuman yang mengandung 12 kali…
buah Kiwi dikenal sebagai buah eksotis yang memiliki rasa unik, perpaduan antara manis dan asam…
Deretan rekomendasi kabel data micro USB terbaik dari berbagai merk, mulai dari Samsung, Vivan, UNEED, dan…
Gelombang Protes Anti-Imigrasi Mengguncang Inggris Inggris kembali menjadi sorotan dunia setelah gelombang protes Anti-Imigrasi merebak…
Taipei, 24 September 2025 – Topan Ragasa, badai terkuat yang melanda Taiwan dalam kurun lima…