Acara wisuda biasanya dipenuhi tangis haru dan kebanggaan. Namun, di salah satu universitas ternama di Indonesia, suasana berubah menjadi sorotan nasional setelah insiden tak terduga terjadi di atas panggung.
Seorang mahasiswi yang baru saja menerima ijazahnya tiba-tiba berhenti di depan pejabat kampus dan memintanya untuk mencium keningnya. Penonton sontak heboh. Para dosen terkejut, wisudawan lain terpaku, dan kamera yang menyiarkan langsung acara itu menangkap seluruh momen mengejutkan itu secara utuh.
Namun tak berhenti di situ — beberapa detik kemudian, kebenaran yang sebenarnya membuat semua orang terdiam: pejabat yang dimintai ciuman itu ternyata adalah ayah kandungnya sendiri!
Dalam hitungan jam, video berdurasi 15 detik itu langsung viral di berbagai platform media sosial.
Tagar #WisudaCiumAyah dan #PlotTwistTahunIni menduduki trending topic di X (Twitter) dan TikTok.
Banyak warganet awalnya mengira bahwa mahasiswi itu bersikap terlalu berani karena berani meminta ciuman dari pejabat kampus. Namun begitu fakta terungkap bahwa pejabat tersebut adalah ayahnya sendiri, netizen berubah arah — dari mencibir menjadi terharu.
“Kirain modus, ternyata wholesome banget 😭,” tulis salah satu komentar yang disukai lebih dari 200 ribu kali.
Menurut keterangan panitia, acara wisuda tersebut digelar di auditorium utama kampus dengan dihadiri ribuan orang, termasuk para keluarga wisudawan.
Mahasiswi bernama Anindita Prameswari (22) adalah lulusan terbaik dari Fakultas Hukum. Di atas panggung, ia berjalan dengan penuh percaya diri mengenakan toga dan senyum lebar.
Begitu namanya dipanggil untuk menerima ijazah, ia disambut oleh seorang pejabat universitas, yaitu Wakil Rektor Bidang Akademik, seorang pria paruh baya yang juga mengenakan toga dan kalung jabatan rektorat.
Namun setelah menerima ijazah dan bersalaman, Anindita tidak langsung turun. Ia malah berkata pelan namun terdengar jelas melalui mikrofon:
“Pak, boleh cium kening saya? Cuma sebentar…”
Seketika ruangan hening. Beberapa orang tertawa gugup, mengira itu lelucon. Namun setelah pria itu melepas kacamatanya, senyumnya berubah lembut, dan dengan mata berkaca-kaca ia berkata:
“Tentu boleh, Nak.”
Ia pun mencium kening putrinya di depan ribuan orang. Suasana berubah — dari tegang menjadi haru.
Setelah momen itu, seluruh auditorium sontak bergemuruh. Ada yang bertepuk tangan, ada yang berbisik-bisik, bahkan ada yang memotret tanpa henti.
Reaksi panitia dan mahasiswa beragam. Sebagian besar terkejut karena tidak tahu hubungan keduanya.
Salah satu panitia wisuda, dalam wawancara singkat dengan media, mengatakan:
“Kami benar-benar tidak tahu kalau beliau adalah ayah kandung Anindita. Dalam daftar, nama pejabat itu memang tercantum sebagai perwakilan rektorat, tapi tidak ada catatan hubungan keluarga dengan peserta wisuda.”
Banyak yang mengira adegan itu sebagai insiden tidak pantas, sebelum akhirnya pihak universitas mengklarifikasi bahwa tidak ada pelanggaran etika karena keduanya memang ayah dan anak.
Beberapa jam setelah acara usai, pihak kampus merilis pernyataan resmi. Pejabat yang dimaksud adalah Prof. Dr. Bima Prameswara, M.Hum, yang menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik selama lima tahun terakhir.
Ia adalah seorang dosen senior yang dikenal tegas dan disiplin. Namun di balik itu, ternyata ia adalah sosok ayah tunggal yang membesarkan Anindita sejak sang istri meninggal dunia 15 tahun lalu.
“Seumur hidup saya belum pernah naik panggung satu acara dengan ayah. Saya hanya ingin momen wisuda ini jadi simbol perjuangan kami berdua,” tulis Anindita di akun Instagram pribadinya setelah video itu viral.
Reaksi publik berubah drastis setelah konteks sebenarnya terungkap.
Video yang semula dipenuhi komentar negatif langsung berubah menjadi lautan dukungan. Banyak yang mengaku meneteskan air mata saat mengetahui kisah di balik momen itu.
Salah satu komentar yang paling banyak dibagikan berbunyi:
“Awalnya kupikir aneh banget, ternyata itu ayahnya. Seketika berubah dari cringe jadi paling wholesome.”
Tagar baru pun muncul: #AyahDanAnakTerbaik2025.
Beberapa influencer bahkan mengangkat kisah ini sebagai contoh betapa cepatnya publik bisa salah menilai jika hanya melihat sepenggal momen tanpa konteks.
Melihat ramainya perhatian publik, pihak universitas akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi. Dalam konferensi pers, Rektor universitas mengatakan:
“Tidak ada pelanggaran etika atau protokol wisuda. Momen tersebut murni spontanitas emosional antara ayah dan anak. Kami menghargai nilai kekeluargaan di balik kejadian itu.”
Pihak kampus juga menegaskan bahwa Prof. Bima tidak akan dikenai sanksi karena tidak melakukan tindakan tidak pantas di ruang publik.
Sebaliknya, momen itu bahkan dijadikan contoh tentang kedekatan emosional antara pendidik dan keluarganya.
Dalam wawancara pasca wisuda, Anindita mengaku bahwa permintaannya itu tidak direncanakan sebelumnya. Ia hanya merasa ingin menunjukkan rasa terima kasih secara langsung kepada ayahnya di hari paling penting dalam hidupnya.
“Waktu berdiri di atas panggung dan melihat ayah dengan toga rektoratnya, saya tiba-tiba teringat semua perjuangan beliau — dari membesarkan saya sendirian, membiayai kuliah, sampai membantu saya menulis skripsi,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa ayahnya bahkan tidak tahu kalau ia akan menjadi lulusan terbaik tahun ini.
“Saya ingin ayah tahu bahwa semua pengorbanannya tidak sia-sia,” tambahnya sambil menangis.
Dalam beberapa hari, video tersebut telah ditonton lebih dari 15 juta kali di TikTok dan 4 juta kali di Instagram Reels.
Banyak media nasional hingga internasional menyoroti momen itu sebagai “kejutan paling manis di panggung wisuda.”
Beberapa warganet bahkan mengedit ulang video tersebut dengan musik emosional, menjadikannya semacam video tribute untuk hubungan ayah-anak.
Meski penuh haru, publik Indonesia yang kreatif tentu tidak melewatkan sisi humor.
Berbagai meme bermunculan, mulai dari tangkapan ekspresi panitia yang kebingungan, hingga tulisan “Plot Twist of The Year” yang viral di Twitter.
Salah satu meme paling populer menunjukkan foto Prof. Bima dengan caption:
“Dikira modus, ternyata ayah kandung. Netizen auto salah sangka.”
Bukan hanya publik, para dosen dan mahasiswa lain pun turut tersentuh oleh kisah itu.
Salah satu dosen pembimbing skripsi Anindita menuturkan bahwa ia tahu hubungan ayah-anak itu, tapi tidak menyangka mereka akan bertemu di atas panggung dalam suasana seharu itu.
“Saya lihat Pak Bima menunduk setelah momen itu. Beliau terlihat menahan air mata. Semua orang tahu betapa besar perjuangan beliau membesarkan Anindita,” ujarnya.
Kisah ini menjadi semakin menyentuh setelah muncul cerita tentang kehidupan keluarga kecil mereka.
Setelah kehilangan ibu sejak umur 7 tahun, Anindita tinggal bersama ayahnya di rumah dinas kampus. Di sanalah ia tumbuh sambil melihat langsung perjuangan ayahnya mengajar, meneliti, dan tetap menjadi figur ayah yang hangat.
“Kadang saya ikut menunggu ayah lembur di ruang dosen. Dari situlah saya termotivasi ingin kuliah tinggi dan membuat beliau bangga,” ujar Anindita.
Kini, impian itu terwujud — dan seluruh Indonesia menjadi saksi.
Media arus utama mulai mengulas fenomena ini dari berbagai sudut.
Psikolog keluarga menilai tindakan Anindita adalah bentuk ekspresi kasih sayang yang sehat, bukan pelanggaran norma.
Sementara pakar komunikasi publik menilai, viralnya momen ini menjadi bukti bahwa masyarakat kini haus akan kisah positif di tengah berita negatif yang sering mendominasi linimasa.
“Cerita ini sederhana, tapi menggugah. Ini bukan tentang ‘cium di panggung’, tapi tentang cinta keluarga yang tulus,” ujar salah satu psikolog.
Biasanya, kasus viral yang melibatkan kampus cenderung berkonotasi negatif. Namun kali ini berbeda.
Banyak masyarakat yang memuji sikap universitas yang tidak menutup-nutupi fakta dan justru mendukung hubungan emosional antara dosen dan keluarganya.
“Jarang ada kampus yang bisa menangani isu viral sepositif ini,” tulis salah satu akun akademisi di LinkedIn.
Bahkan beberapa universitas lain ikut membagikan video tersebut di akun resmi mereka dengan caption seperti:
“Momen penuh makna — cinta seorang ayah kepada anaknya adalah pendidikan sejati.”
Kisah ini rupanya membawa efek domino emosional. Banyak warganet mengaku tersentuh hingga menelpon orang tua mereka setelah menonton video itu.
Beberapa bahkan mengaku menyesal tidak pernah menunjukkan kasih sayang kepada ayah atau ibu mereka secara langsung.
“Lihat video itu bikin aku langsung peluk bapak,” tulis salah satu komentar dengan emoji menangis.
Kisah ini membuktikan bahwa emosi manusia tetap lebih kuat dari segala jenis kontroversi digital.
Dalam wawancara eksklusif dengan media kampus, Prof. Bima akhirnya memberikan klarifikasi.
“Saya tidak menyangka momen pribadi kami akan jadi perhatian publik sebesar ini. Tapi kalau dari semua ini orang belajar untuk lebih menghargai keluarga, maka saya bersyukur,” ujarnya dengan suara bergetar.
Ia menegaskan bahwa momen itu tidak direncanakan, dan bahwa ia hanya mengikuti naluri seorang ayah yang bangga melihat anaknya berhasil.
“Saya hanya mencium kening putri saya. Itu bentuk kasih sayang, bukan hal lain,” tegasnya.
Kini, momen “cium ayah di wisuda” itu telah menjadi simbol kasih sayang dan penghargaan dalam dunia pendidikan.
Banyak sekolah dan universitas menjadikan kisah ini sebagai contoh betapa pentingnya dukungan keluarga dalam perjalanan akademik.
Beberapa mahasiswa bahkan membuat mural kecil bertuliskan:
“Ciuman di Panggung, Doa di Balik Toga.”
Apa yang awalnya tampak sebagai insiden memalukan ternyata berakhir menjadi kisah paling menyentuh di dunia pendidikan tahun ini.
Kejadian itu membuktikan satu hal sederhana: kasih sayang orang tua tak perlu tempat atau waktu khusus — bahkan di panggung wisuda pun, cinta sejati tetap terlihat tulus.
Dan mungkin, di balik sorotan kamera dan tepuk tangan ribuan orang, hanya mereka berdua yang tahu betapa panjang perjuangan menuju momen itu.
Stevia, Pemanis Alami yang Mengubah Dunia Gula Dalam beberapa tahun terakhir, stevia menjadi bintang baru…
Pengantar Baru-baru ini, perusahaan-perusahaan teknologi di Tiongkok makin gencar memamerkan robot-robot humanoid yang secara visual…
1. Kasus yang Menggegerkan Dunia Maya Beberapa waktu lalu, publik Indonesia kembali diguncang kabar mengejutkan:…
Pendahuluan Buah apel bukan hanya sekadar buah populer yang mudah ditemukan, tetapi juga menyimpan manfaat…
Pansus DPRD DKI Jakarta membuka posko aduan untuk menampung aspirasi warga terkait maraknya parkir ilegal…
Duduk terlalu lama di kantor bisa menjadi penyebab utama nyeri punggung. Dengan latihan ringan secara…