EntertainmentHiburanInternasionalkehidupanNasionalTrending

Turis Brasil Tewas di Gunung Rinjani

Turis Brasil Tewas di Gunung Rinjani

Lombok, 25 Juni 2025 — Sebuah tragedi mengguncang dunia pariwisata Indonesia ketika seorang turis asal Brasil bernama Juliana Marins, 26 tahun, ditemukan tewas setelah mengalami kecelakaan di kawasan Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat. Kejadian ini sekaligus menyoroti pentingnya keselamatan dalam kegiatan pendakian, terutama bagi wisatawan asing yang datang tanpa pemandu lokal.
Juliana memulai pendakiannya pada 19 Juni 2025. Ia memilih jalur Sembalun yang cukup populer di kalangan wisatawan internasional. Sejak awal, cuaca tidak terlalu bersahabat. Namun, Juliana tetap melanjutkan pendakiannya seorang diri. Pada hari kedua, ia sempat mengunggah foto terakhir melalui media sosial yang menunjukkan pemandangan kawah dengan caption, “Heaven on Earth.” Setelah unggahan itu, keluarga dan teman-temannya kehilangan kontak dengannya.
Ketika hari ketiga berlalu tanpa kabar, komunitas pendaki di Lombok mulai resah. Mereka lalu melapor kepada pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. Tanpa menunggu waktu lama, tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, dan relawan segera melakukan pencarian.
Selama proses pencarian, tim menghadapi berbagai hambatan. Kabut tebal, hujan deras, dan kondisi medan yang licin memperlambat pencarian. Meski begitu, semangat tim tidak surut. Pada hari keempat pencarian, salah satu tim SAR menemukan ransel milik Juliana di tepi jurang di sekitar Plawangan Sembalun. Temuan itu mempersempit area pencarian.
Akhirnya, pada pagi hari 24 Juni 2025, tim menemukan jasad Juliana di dasar jurang dengan kedalaman sekitar 50 meter. Jasadnya tergeletak di antara bebatuan besar. Tim segera melakukan evakuasi dan membawa jenazah ke RS Bhayangkara Mataram untuk proses identifikasi.
Setelah proses identifikasi selesai, pihak rumah sakit menyerahkan jenazah kepada Kedutaan Besar Brasil. Pihak keluarga dari Brasil langsung menghubungi pemerintah Indonesia untuk pengurusan pemulangan jenazah. Sementara itu, netizen Brasil dan Indonesia sama-sama menyampaikan duka cita melalui berbagai platform media sosial.
Tragedi ini menimbulkan berbagai reaksi. Banyak warganet menyoroti kurangnya pengawasan terhadap pendaki asing yang melakukan pendakian mandiri. Di sisi lain, beberapa pihak mendesak pemerintah daerah untuk menerapkan regulasi ketat terkait izin pendakian. Salah satu aktivis lingkungan, Dedi Harun, mengatakan bahwa “aturan yang lebih ketat bisa mencegah tragedi serupa.”
Sebagai respons cepat, pihak Balai Taman Nasional Gunung Rinjani mengeluarkan pernyataan resmi. Mereka menegaskan bahwa mulai bulan depan, semua pendaki asing wajib menggunakan jasa pemandu resmi. Selain itu, mereka juga akan memperkuat sistem pelaporan harian dari para pendaki.
Gunung Rinjani tetap menjadi salah satu tujuan pendakian paling indah di Asia Tenggara. Namun, insiden seperti ini membuktikan bahwa keindahan alam juga menyimpan potensi bahaya. Setiap pendaki perlu memperhatikan keselamatan, mengikuti prosedur, dan menghargai alam.
Akhirnya, kematian Juliana menjadi pengingat keras bahwa petualangan harus disertai persiapan yang matang, bukan hanya semangat dan keberanian. Semoga kejadian ini membuka mata semua pihak demi terciptanya pendakian yang aman dan bertanggung jawab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *