Categories: Trending

Topan Ragasa Hantam Taiwan: 14 Tewas, 2.000 Mengungsi, dan Kerugian Capai Rp4 Triliun

Taipei, 24 September 2025Topan Ragasa, badai terkuat yang melanda Taiwan dalam kurun lima tahun terakhir, meninggalkan jejak kehancuran yang mengejutkan. Berdasarkan data resmi pemerintah Taiwan, 14 orang dilaporkan tewas, 162 mengalami luka-luka, lebih dari 2.000 warga mengungsi, dan ribuan rumah hancur akibat terjangan angin kencang serta banjir bandang yang dipicu oleh badai tersebut.

Fenomena ini menjadi sorotan global, karena intensitas Topan Ragasa bukan hanya memporakporandakan wilayah perkotaan, tetapi juga melumpuhkan infrastruktur vital seperti bandara, pelabuhan, dan jaringan listrik.

Dampak Langsung Topan Ragasa

Topan Ragasa pertama kali menghantam wilayah pesisir timur Taiwan pada 22 September 2025 dengan kecepatan angin mencapai 215 km/jam. Curah hujan ekstrem lebih dari 800 milimeter dalam 48 jam menyebabkan banjir besar di berbagai kota, termasuk Hualien, Taitung, dan Kaohsiung.

Berdasarkan laporan Badan Meteorologi Taiwan, setidaknya 1,3 juta rumah mengalami pemadaman listrik, sementara 750 ribu rumah kehilangan akses air bersih. Kerusakan jalan utama dan longsor di kawasan pegunungan membuat beberapa wilayah terisolasi dan sulit dijangkau oleh tim penyelamat.


Korban Jiwa dan Pengungsi

Kementerian Dalam Negeri Taiwan mencatat hingga Rabu (24/9), 14 orang meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan bangunan, terseret arus banjir, dan kecelakaan terkait badai. Sebanyak 162 korban luka kini dirawat di rumah sakit terdekat.

Sementara itu, lebih dari 2.000 warga dievakuasi ke tempat penampungan darurat. Pemerintah menyiapkan 120 pusat evakuasi dengan kebutuhan logistik berupa makanan, obat-obatan, dan selimut. Namun, sejumlah daerah terpencil masih dilaporkan belum menerima bantuan karena akses jalan terputus.

 


Kerugian Ekonomi

Kerugian akibat Topan Ragasa diperkirakan mencapai Rp4 triliun (setara USD 250 juta). Sektor pertanian mengalami kerugian terbesar, dengan 25 ribu hektar sawah dan ladang rusak parah. Produksi buah tropis, terutama pisang dan mangga yang menjadi komoditas ekspor Taiwan, terancam gagal panen.

Industri manufaktur juga terdampak. Beberapa pabrik semikonduktor di Hsinchu Science Park dilaporkan mengalami gangguan operasional karena pemadaman listrik berkepanjangan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran pada rantai pasok global, mengingat Taiwan adalah produsen chip terbesar di dunia.


Respon Pemerintah Taiwan

Presiden Taiwan, Lai Ching-te, dalam konferensi pers menyatakan bahwa pemerintah telah mengerahkan lebih dari 20 ribu personel militer dan relawan untuk membantu evakuasi, distribusi bantuan, serta perbaikan darurat infrastruktur.

“Kami menghadapi bencana besar, namun rakyat Taiwan selalu tangguh. Fokus utama kami adalah menyelamatkan nyawa, memberikan bantuan, dan memulihkan kondisi secepat mungkin,” ujar Lai.

Selain itu, pemerintah juga berkoordinasi dengan negara-negara tetangga untuk mempercepat pengiriman bantuan internasional berupa obat-obatan, peralatan medis, dan pasokan energi darurat.


Reaksi Internasional

Bencana akibat Topan Ragasa menuai simpati dari berbagai negara. Jepang mengirimkan tim SAR berjumlah 120 orang, sementara Amerika Serikat dan Uni Eropa menawarkan bantuan logistik senilai USD 50 juta. Indonesia juga menyatakan solidaritas dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan dan makanan instan.

PBB melalui Badan Penanggulangan Bencana (UNDRR) menyebut Topan Ragasa sebagai salah satu badai paling mematikan di Asia Timur tahun ini. Organisasi itu mendesak dunia untuk memperkuat sistem peringatan dini dan mempercepat adaptasi terhadap perubahan iklim.


Perubahan Iklim dan Frekuensi Badai

Fenomena Topan Ragasa kembali memicu diskusi global mengenai dampak perubahan iklim. Para ilmuwan menyebutkan bahwa suhu permukaan laut yang semakin panas di Pasifik Barat menjadi salah satu pemicu meningkatnya intensitas badai tropis.

Dalam dua dekade terakhir, Taiwan tercatat rata-rata dilanda 3–4 topan besar per tahun. Namun, tren menunjukkan badai semakin kuat dengan curah hujan lebih ekstrem, memperbesar risiko banjir dan longsor.

Pandangan Ahli

Profesor klimatologi dari National Taiwan University, Dr. Huang Mei-lin, mengatakan:

“Topan Ragasa adalah contoh nyata bagaimana perubahan iklim meningkatkan ancaman bencana. Jika tren ini terus berlanjut, Taiwan dan negara-negara Asia Timur lain harus menyiapkan strategi mitigasi lebih serius.”


Kesaksian Warga

Kisah Selamat

Di kota Hualien, seorang warga bernama Chen Yu-ling (38) menceritakan bagaimana ia dan keluarganya berhasil selamat.

“Air tiba-tiba naik begitu cepat. Kami hanya sempat membawa pakaian dan dokumen penting sebelum rumah kami terendam setinggi dada,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Kisah Relawan

Seorang relawan bernama Lin Chao (27) mengaku terharu melihat solidaritas masyarakat.

“Meskipun kehilangan harta benda, warga tetap saling membantu. Kami berbagi makanan, air, bahkan selimut untuk mereka yang tidak punya apa-apa.”


Harapan dan Pemulihan

Proses pemulihan pasca Topan Ragasa diperkirakan memakan waktu berbulan-bulan. Pemerintah Taiwan menjanjikan bantuan kompensasi sebesar NT$ 100 ribu (Rp50 juta) untuk setiap keluarga korban meninggal dunia, serta bantuan renovasi rumah hingga NT$ 200 ribu (Rp100 juta).

Meski demikian, banyak warga yang kehilangan pekerjaan karena usaha mereka hancur. Pemerintah setempat bersama organisasi internasional sedang merancang program pemulihan ekonomi jangka pendek untuk membantu masyarakat bangkit kembali.


Penutup

Topan Ragasa menjadi pengingat keras bahwa bencana alam dapat datang kapan saja dengan kekuatan yang tak terduga. Taiwan, yang berada di jalur rawan badai Pasifik, kini ditantang untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana serupa di masa depan.

Dengan korban jiwa, kerugian ekonomi, serta penderitaan masyarakat yang ditinggalkan, Topan Ragasa tercatat sebagai salah satu badai paling mematikan dan merugikan sepanjang sejarah Taiwan. Namun, semangat gotong royong rakyat Taiwan memberi harapan bahwa mereka mampu bangkit dari kehancuran yang ditinggalkan oleh badai dahsyat ini.

 

Update24

Recent Posts

4 Penyebab Tubuh Dapat Mengalami Alergi Dingin

Tdak seimua orang dapat menikmati udara, cuaca, atau suhu dingin. Selain menggigil karena kedinginan, beberapa…

3 hari ago

Apa Itu Tiket Dinamis Piala Dunia 2026 dan Mengapa Merugikan Suporter?

Tiket dinamis Piala Dunia 2026 mirip dengan mekanisme tiket pesawat atau hotel Tahap distribusi tiket…

3 hari ago

7 Manfaat Dahsyat Buah Belimbing untuk Kesehatan Tubuh

Buah belimbing, atau dikenal juga dengan nama star fruit karena bentuknya menyerupai bintang ketika dipotong…

3 hari ago

Polri Tetapkan 1 Tersangka Baru : Tambang Ilegal Batu Bara di IKN

Polri Tetapkan 1 Tersangka Baru : Kasus Tambang Ilegal Batu Bara Rp 5,7 T di…

3 hari ago

Analisis Saham PT Repower Asia Indonesia Tbk

Kami berkomitmen menghadirkan hunian dan proyek properti di lokasi strategis dengan standar kualitas tinggi, dirancang…

3 hari ago