Timnas Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026: Terlalu Defensif

Timnas Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026: Terlalu Defensif

 

Alex Pastoor, yang menganggap ambisi skuad Garuda untuk lolos ke Piala Dunia 2026 sebagai target yang tidak realistis mendapatkan kritik keras.

Pernyataan mantan asisten pelatih Timnas Indonesia, Alex Pastoor, yang menganggap ambisi skuad Garuda untuk lolos ke Piala Dunia 2026 sebagai target yang tidak realistis mendapatkan kritik keras.

Pernyataan itu disampaikan Alex Pastoor saat menjalani sesi wawancara bersama media asal Belanda, Ziggo Sport. Salah satu poin yang disinggung ialah peringkat 119 FIFA yang membuat Timnas Indonesia tidak realistis untuk lolos ke Piala Dunia 2026.

Pengamat sepak bola Indonesia, Gita Suwono, menyeb

ut apabila pernyataan semacam ini tak semestinya keluar dari mantan asisten Patrick Kluivert itu. Sebab, Alex justru terlihat defensif karena gagal memenuhi targetnya dari PSSI.

“Saya sih hanya bisa mengatakan bahwa orang kalau sudah diakhiri masa kerjanya, sebaiknya diam saja, sebaiknya tidak melakukan wawancara. Karena, pertanyaan dari wawancara itu pasti akan menyudutkan dia,” kata Gita dikutip dari Nusantara TV.

“Dan dia akan cenderung defensif. Saya berpikir bahwa Alex Pastoor ini jadi sangat defensif sekali. Dia mencari alasan dari kegagalan mereka untuk lolos ke Piala Dunia 2026, atau bahkan ke putaran kelima kualifikasi,” imbuhnya.

Bukan Masalah Peringkat

Menurut Gita, lolos ke Piala Dunia 2026 sudah menjadi target utama yang dipikul Patrick Kluivert dan para asistennya. Jika berbicara soal peringkat FIFA, hal ini sebetulnya sudah tidak relevan bagi skuad Merah Putih.

Gita menyinggung soal pencapaian Shin Tae-yong yang bisa membawa skuad Garuda menang 2-0 atas Arab Saudi pada putaran ketiga. Bahkan, saat bermain di kandang lawan, Timnas Indonesia bisa membawa pulang satu poin.

“Kemudian kalau dia mengatakan bahwa kita berada di peringkat 119 dunia belum pantas, sebetulnya ketika berada di peringkat 125 saat dipegang pelatih terdahulu Shin Tae-yong, kita bisa mengalahkan Arab Saudi 2-0 dan imbang 1-1 saat bermain di Jeddah,” katanya.

“Kita memang kalah dari Irak di tangan Shin Tae-yong, sampai tiga kali. Tetapi, kemarin ketika kita menghadapi Irak di Jeddah, justru kita bisa mengimbangi permainan Irak,” lanjut lelaki kelahiran Bandung itu.

Bicara soal Strategi

Dengan bukti itu, Gita ingin menyampaikan bahwa peringkat FIFA bukan masalah utama. Sebab, dengan pendekatan taktik dan strategi yang tepat, skuad Merah Putih sebetulnya masih bisa tetap mengimbangi Arab Saudi dan Irak.

“Jadi, dengan pendekatan strategi yang baik, sebetulnya kita bisa mengimbangi kedua negara itu. Jadi, saya pikir mereka salah strategi dan mencoba menyalahkan dengan mengatakan bahwa peringkat kita ini belum layak ke Piala Dunia.”

“Siapa pun pasti  belum pantas ke Piala Dunia kalau peringkat 100. Tetapi, kalau kita sudah masuk putaran keempat, sudah ada patut atau tidak patut. Harus diusahakan untuk pantas,” ujar Gita menjelaskan.

Hanya Cari Alasan

Menurut Gita, pernyataan yang dilontarkan oleh Pastoor memang tidak layaknya disampaikan. Sebab, ini hanya menjadi bukti bahwa eks pelatih Almere City itu hanya mencari-cari alasan karena gagal mencapai target yang diberikan.

“Laga melawan Arab memang benar-benar kita tidak memperlihatkan strategi, tetapi membaik melawan Irak. Namun, kemudian hasilnya kita sama-sama tahu kalau gagal,” kata pundit yang bertugas untuk beIN SPORTS itu.

“Jadi, saya pikir ini hanya alasan dari Alex Pastoor untuk mengatakan bahwa dia tidak gagal, tetapi tim ini yang buruk. Sebetulnya tidak boleh dia mengatakan demikian karena dia yang membawa tim ini. Sangat tidak bijak,” lanjutnya.

Dalam perjalanannya sejauh enam laga dan ke depannya masih akan seperti itu, Patrick Kluivert didampingi dua asistennya yang sama-sama asal Belanda, yakni Alex Pastoor dan Denny Landzaat.

Sebagai informasi, dua nama tersebut juga cukup familier di sepak bola Belanda.

Sejak pensiun menjadi pesepak bola pada Juli 2001, Pastoor mengawali karier kepelatihannya di AZ Alkmaar U-19 sebagai pelatih kepala. Lima tahun kemudian, Pastoor menjadi asisten pelatih Heerenveen.

Karier sebagai pelatih kepala pertamanya di tim senior dimulai dari melatih Excelsior pada Juli 2009. Setelah dua musim di Excelsior, ia berganti-ganti klub, mulai NEC Nijmegen, Slavia Prague, AZ Alkmaar, Sparta Rotterdam, SC Altach, dan terakhir bersama Almere City.

Dari klub-klub yang ia latih, ia mendapatkan satu trofi bersama Sparta yang ia antar menjadi juara kasta kedua Belanda pada musim 2015/2016 dan promosi di Eredivisie atau kasta tertinggi di musim berikutnya.

Sementara untuk Landzaat, pria yang gantung sepatu pada 2014 itu adalah teman Kluivert saat keduanya membela Ajax Amsterdam.

Update24

Recent Posts

Menggigil! Batu Raksasa Mirip Ular di Thailand Ternyata Simpan Rahasia yang Bikin Ilmuwan Kaget!

Fenomena Aneh yang Menghebohkan Dunia Maya Thailand kembali jadi sorotan dunia setelah beredar foto dan…

3 jam ago

Waspada Varian COVID-19 LF.7: Gejalanya Mirip Flu, Tapi Lebih Gampang Menular

Pendahuluan Virus COVID‑19 (akibat dari SARS‑CoV‑2) terus mengalami perubahan atau mutasi sejak pertama kali ditemukan.…

4 jam ago

Gila! Intel Raup Rp 68 Triliun dalam Setahun – Rahasianya Bikin Perusahaan Dunia Geleng Kepala!

Laba Raksasa yang Menggemparkan Dunia Teknologi Langit industri semikonduktor kembali bergetar setelah Intel, raksasa teknologi…

4 jam ago

🏙️ Wibi Optimistis! Pansus Siap Lahirkan Perda Emas Kebanggaan Warga Jakarta

Wibi Andrino optimistis Pansus DPRD DKI lahirkan Perda emas yang visioner dan jadi kebanggaan warga…

10 jam ago