💥 Tawuran di Manggarai Pecah Sore Tadi, Warga Saling Serang Pakai Petasan

💥 Tawuran di Manggarai Pecah Sore Tadi, Warga Saling Serang Pakai Petasan

Jakarta, Sabtu (25/10/2025) — Suasana sore di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, mendadak berubah mencekam. Sekitar pukul 16.30 WIB, tawuran antarwarga kembali pecah di sekitar rel kereta dan pemukiman padat di wilayah tersebut. Suara petasan, batu, hingga botol kaca terdengar bersahut-sahutan, membuat warga panik dan berlarian menyelamatkan diri.

Menurut pantauan di lokasi Manggarai, dua kelompok yang bertikai saling serang dari dua arah berlawanan, menggunakan petasan rakitan, batu, dan kayu sebagai senjata. Polisi yang tiba beberapa menit kemudian langsung berupaya membubarkan massa dengan tembakan peringatan ke udara dan pengeras suara. Namun, bentrokan baru benar-benar mereda sekitar pukul 17.15 WIB.


🔥 Kronologi: Dari Cekcok Kecil Berubah Jadi Ledakan Amarah Massal

Awal mula tawuran Manggarai ini, menurut sejumlah saksi mata, dipicu oleh saling ejek antar-remaja dari dua RW berbeda. Salah seorang remaja dari kelompok pertama disebut-sebut melempar petasan ke arah kelompok lain yang sedang nongkrong di tepi rel. Insiden kecil itu sontak memantik emosi massa.

“Awalnya cuma lempar-lemparan petasan aja, tapi tiba-tiba rame. Mereka saling teriak, terus mulai lempar batu,” ujar Arif (27), warga yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian.

Tak butuh waktu lama Manggarai, keributan kecil itu berubah jadi chaos besar. Puluhan pemuda dari dua kubu saling serang, menyalakan petasan besar, dan bahkan ada yang membawa bambu serta botol kaca. Beberapa rumah warga di sekitar lokasi terkena imbas—kaca jendela pecah, atap seng rusak, dan motor yang terparkir ikut menjadi korban lemparan batu.

Suasana makin mencekam ketika suara petasan meledak bertubi-tubi seolah menandai perang jalanan. Sejumlah video amatir yang beredar di media sosial memperlihatkan bagaimana percikan api dan asap tebal menyelimuti gang-gang sempit di Manggarai.


🚨 Polisi Turun Tangan: Pasukan Gabungan Bubarkan Massa

Begitu menerima laporan, aparat dari Polsek Tebet dan Polres Metro Jakarta Selatan langsung dikerahkan ke lokasi. Setidaknya 50 personel gabungan diterjunkan untuk memulihkan situasi. Petugas sempat mengalami kesulitan masuk ke titik tawuran karena akses jalan yang sempit dan banyaknya massa yang masih bertahan.

Kapolsek Tebet Kompol Heru Santoso mengatakan bahwa polisi harus bertindak cepat untuk mencegah korban jiwa. “Kami lakukan pembubaran dengan cara persuasif, namun juga tegas. Kami tembakan gas air mata untuk mengurai massa,” ujarnya kepada wartawan.

Dalam penanganan tersebut, polisi juga mengamankan sejumlah pemuda yang diduga sebagai provokator. Mereka kemudian dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Di lokasi kejadian, petugas menemukan barang bukti berupa petasan, batu, pecahan botol, serta bambu tajam yang diduga digunakan untuk menyerang lawan.

“Kami akan mendalami siapa saja yang terlibat, termasuk motif dan sumber petasan rakitan yang digunakan,” tambah Heru.


💣 Petasan Jadi Senjata: Ancaman Baru di Tengah Tawuran Kota

Fenomena penggunaan petasan sebagai senjata tawuran kini semakin mengkhawatirkan. Petasan yang biasanya digunakan untuk perayaan justru dimodifikasi menjadi alat serang jarak jauh. Beberapa saksi mengatakan suara ledakan terdengar seperti bom mini yang menggetarkan jendela rumah.

Menurut pakar keamanan publik Dr. Ridwan Fadillah, penggunaan petasan dalam tawuran menunjukkan peningkatan tingkat kekerasan dan kreativitas destruktif di kalangan remaja perkotaan.
“Petasan bisa melukai bahkan membunuh jika diarahkan langsung ke tubuh. Ini bukan sekadar mainan — ini senjata mematikan,” tegasnya.

Ridwan menilai, lemahnya kontrol penjualan bahan peledak rakitan dan mudahnya anak muda mendapat akses ke bahan petasan menjadi faktor penyebab maraknya fenomena ini. Ia juga menyoroti bahwa tawuran kini tidak lagi hanya bentuk pelampiasan emosi, melainkan panggung adrenalin yang dicari sebagian remaja.


😱 Warga Ketakutan: “Suara Ledakan Kayak Perang, Anak-Anak Nangis Semua”

Kepanikan warga jelas terlihat di permukiman padat sekitar lokasi. Banyak warga menutup pintu dan jendela rapat-rapat, sementara sebagian lainnya memilih mengungsi ke rumah kerabat di wilayah lebih aman.

“Anak-anak nangis, kaget denger petasan gede banget. Kayak suara bom,” kata Siti Nurhayati (43), warga RW 03 Manggarai.
Ia menambahkan, setiap kali ada tawuran, rasa takut selalu muncul. “Kami nggak tahu kapan berhentinya. Udah kayak tradisi buruk tiap sore menjelang malam minggu.”

Sejumlah pedagang juga mengalami kerugian karena harus buru-buru menutup lapak. Beberapa kios mengalami kerusakan ringan akibat lemparan batu. Suasana baru benar-benar tenang menjelang magrib ketika aparat melakukan patroli rutin dan warga mulai keluar rumah perlahan.


🧨 Video Tawuran Viral di Media Sosial, Netizen Geram

Dalam hitungan menit, video tawuran berdurasi sekitar 30 detik itu langsung viral di berbagai platform media sosial, termasuk X (Twitter), TikTok, dan Instagram.
Tagar #TawuranManggarai menjadi trending di Jakarta hanya dua jam setelah kejadian.

Banyak netizen yang mengecam keras aksi brutal tersebut. “Ini sudah bukan tawuran biasa, tapi perang jalanan! Pemerintah harus turun tangan serius!” tulis akun @JktWatch dalam unggahannya.

Beberapa pengguna lain juga menyoroti kurangnya patroli polisi di jam-jam rawan. Bahkan, sebagian meminta pemerintah daerah untuk memasang CCTV tambahan dan lampu penerangan di kawasan rel yang sering jadi lokasi bentrokan.

Namun, tak sedikit juga yang mengunggah video dari sisi lain, memperlihatkan bagaimana warga justru menonton dari kejauhan seolah sedang menyaksikan atraksi. Fenomena ini memperlihatkan betapa normalnya kekerasan di ruang publik perkotaan saat ini.


🧭 Pemerintah Daerah Angkat Bicara: “Kami Akan Evaluasi Total”

Menanggapi insiden tersebut, Camat Tebet, M. Zainul Arifin, menyatakan bahwa pihaknya akan segera berkoordinasi dengan kepolisian dan tokoh masyarakat setempat.
“Kami tidak ingin tawuran ini menjadi budaya tahunan. Kami akan adakan mediasi dan patroli gabungan dengan warga,” ujarnya.

Zainul juga mengimbau agar para orang tua lebih ketat mengawasi anak-anak remaja yang sering berkumpul di kawasan rel Manggarai.
“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Orang tua punya peran besar untuk mencegah anaknya ikut tawuran,” tegasnya.

Sementara itu, Dinas Sosial DKI Jakarta menyiapkan program pendekatan sosial dan pelatihan keterampilan bagi remaja di kawasan rawan konflik, termasuk Manggarai, Palmerah, dan Tanah Abang.
Program ini diharapkan dapat menjadi jalan keluar jangka panjang agar remaja punya aktivitas positif dan tidak mudah terprovokasi.


🕵️‍♂️ Akar Masalah: Rivalitas Lama dan Rasa Gengsi

Sejumlah tokoh masyarakat setempat menyebut, tawuran antarwarga di Manggarai bukan hal baru. Persaingan antar-wilayah sudah berlangsung puluhan tahun dan diwariskan dari generasi ke generasi.
“Kadang penyebabnya sepele, tapi dendamnya panjang,” ungkap Haji Mansur, tokoh masyarakat RW 02.

Rivalitas itu makin menguat karena adanya rasa gengsi dan solidaritas buta di antara kelompok remaja. Beberapa pemuda bahkan menganggap ikut tawuran sebagai bentuk keberanian dan kebanggaan.
“Kalau nggak ikut, dibilang penakut. Jadi ikut-ikutan,” tambahnya.

Pengamat sosial perkotaan Dr. Nurul Hidayah menilai bahwa fenomena tawuran ini adalah cerminan frustrasi sosial di tengah ketimpangan ekonomi dan ruang ekspresi yang sempit bagi anak muda.
“Mereka butuh eksistensi. Ketika ruang positif tertutup, kekerasan menjadi cara untuk diakui,” jelas Nurul.


🧱 Dampak Sosial dan Psikologis: Lingkaran Ketakutan di Pemukiman Padat

Tawuran bukan hanya soal korban luka atau kerusakan fisik, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi warga. Anak-anak di sekitar lokasi kini takut keluar rumah, bahkan enggan bermain di gang depan rumah.

Menurut Psikolog Sosial, Lailatul Muna, kekerasan yang berulang di lingkungan tempat tinggal dapat menimbulkan efek domino pada perkembangan anak.
“Mereka bisa tumbuh dengan rasa cemas berlebihan, bahkan menganggap kekerasan adalah hal yang normal,” ujarnya.

Selain itu, tawuran juga berdampak pada perekonomian kecil warga. Banyak pedagang kaki lima yang merugi karena harus menutup lapak lebih awal setiap kali konflik pecah. Hal ini memperparah tekanan hidup di kawasan padat penduduk seperti Manggarai.


Upaya Pemulihan dan Harapan Baru

Pasca-keributan, aparat keamanan bersama petugas kebersihan dikerahkan untuk membersihkan puing dan sisa-sisa bentrokan. Bau mesiu masih tercium di udara, sementara polisi masih berjaga hingga malam hari untuk memastikan situasi benar-benar kondusif.

Tokoh masyarakat, karang taruna, dan pihak kepolisian sepakat untuk membentuk tim pemantau lingkungan yang berfungsi mencegah potensi tawuran di masa mendatang. Mereka juga berencana mengadakan kegiatan positif seperti turnamen futsal antar-wilayah, pengajian bersama, dan kerja bakti.

“Kalau anak-anak muda punya kegiatan produktif, semangat mereka bisa diarahkan ke hal yang bermanfaat,” kata Haji Mansur dengan penuh harap.


💬 Kesimpulan: Ledakan Petasan, Cermin Ledakan Emosi Kota

Tawuran di Manggarai sore tadi bukan hanya bentrok biasa. Ia adalah simbol ledakan sosial, ketika tekanan hidup, sempitnya ruang publik, dan hilangnya rasa kebersamaan bertemu dalam satu titik. Petasan yang meledak di udara hanyalah metafora dari amarah yang lama terpendam.

Pemerintah, aparat, dan masyarakat kini dihadapkan pada tantangan besar:
Bagaimana menenangkan jiwa kota yang sudah terlalu lelah dengan kekerasan.

Karena jika tidak ada langkah tegas dan humanis, maka tawuran seperti di Manggarai hanya akan menjadi episode berulang dalam drama kelam urban Jakarta.

Update24

Recent Posts

Masa Depan Industri Timah Indonesia

Pendahuluan: Timah sebagai Komoditas Strategis Sebagai salah satu penghasil timah terbesar di dunia, Indonesia memegang…

20 menit ago

Tak Perlu ke Gym! 8 Kebiasaan Sederhana yang Efektif Menghempaskan Lemak Perut

Ingin hilangkan lemak perut tanpa ke gym? Ubah gaya hidupmu dengan 8 kebiasaan sederhana yang…

27 menit ago

7 Bahaya Tersembunyi Bulu Hewan bagi Kesehatan Pernapasan

Bulu hewan yang biasanya di sepelekan ternyata bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Bagi para pecinta…

12 jam ago