Serangan udara Amerika Serikat ke fasilitas nuklir Iran tidak hanya mengguncang stabilitas geopolitik dunia, tetapi juga memukul keras pasar aset digital. Bitcoin dan Ethereum, dua kripto terbesar di dunia, langsung mengalami penurunan tajam hanya beberapa jam setelah rudal-rudal menghantam situs vital Iran di Fordow dan Natanz.
Pada hari Jumat malam, Presiden Donald Trump memerintahkan serangan terarah ke fasilitas nuklir Iran. Tak lama setelah pengumuman itu, pasar kripto bereaksi cepat. Investor besar mulai menjual aset digital mereka, terutama Bitcoin dan Ethereum. Karena itu, harga Bitcoin turun dari $62.300 menjadi $59.400 dalam hitungan jam. Sementara itu, Ethereum tergelincir lebih dalam, kehilangan lebih dari 5% dari valuasinya dalam waktu singkat.
Selanjutnya, volume transaksi melonjak drastis. Banyak trader mengambil langkah protektif untuk menghindari kerugian lebih lanjut. Sebagian besar dari mereka memilih untuk mengalihkan dana ke aset yang lebih stabil seperti dolar AS atau emas. Dengan kata lain, kripto kembali terbukti sensitif terhadap ketegangan geopolitik.
Lebih jauh, lonjakan harga minyak setelah serangan juga menambah tekanan pada pasar kripto. Harga minyak mentah naik hingga menyentuh angka $90 per barel. Kenaikan tersebut menimbulkan kekhawatiran inflasi baru yang bisa memaksa bank sentral memperketat kebijakan moneter. Dalam konteks ini, investor kripto semakin cemas karena tekanan likuiditas cenderung meningkat.
Di sisi lain, beberapa analis melihat peluang. Menurut mereka, tekanan geopolitik jangka pendek sering menciptakan titik masuk menarik bagi investor jangka panjang. Mereka menilai bahwa jika ketegangan mereda dan inflasi global naik, maka Bitcoin bisa kembali menjadi aset lindung nilai yang menarik. Namun, untuk saat ini, sentimen pasar tetap negatif.
Sebagai tambahan, altcoin juga tidak luput dari koreksi. Solana, XRP, dan Cardano turun antara 4–7% dalam waktu singkat. Banyak proyek DeFi pun mengalami penurunan TVL (Total Value Locked), menandakan investor mulai menarik dananya dari protokol on-chain demi keamanan.
Dalam konferensi pers di Washington, Menteri Keuangan AS menyatakan bahwa pemerintah terus memantau dampak keuangan dari konflik yang tengah berlangsung. Sementara itu, regulator di Eropa memperingatkan potensi volatilitas tinggi di sektor kripto dan mendesak pengguna ritel agar lebih berhati-hati.
Terakhir, komunitas kripto global menanti arah selanjutnya. Jika Iran membalas dan konflik berkembang, pasar bisa terpukul lebih dalam. Namun, jika diplomasi berjalan dan ketegangan mereda, maka pasar memiliki peluang untuk pulih dalam beberapa pekan ke depan.
Karena itu, para investor kini berada di persimpangan. Mereka harus menentukan apakah mereka siap mengambil risiko atau menunggu stabilitas geopolitik kembali. Dalam situasi yang sangat dinamis seperti ini, kehati-hatian dan strategi jangka panjang tetap menjadi kunci utama.