Rasa Bosan Ternyata Bagus Buat Otak, Kok Bisa?
Semua orang tentu pernah merasakan Rasa Bosan, perasaan hilang minat atau berkurangnya rangsangan mental. Ini biasanya memicu kehilangan fokus, waktu terasa lambat, hingga mungkin merasa gelisah.
Di kutip dari Science Alert, ketika bosan otak akan mengaktifkan jaringan tertentu. Misalnya, ketika menonton film, jaringan perhatian otak akan memprioritaskan rangsangan yang relevan sambil menyaring gangguan.
Tapi, seiring menurunnya perhatian pada film, aktivitas dalam jaringan perhatian juga berkurang yang di tandai dengan menurunnya fokus. Aktivitas yang menurun juga terjadi pada jaringan kontrol eksekutif (frontoparietal) karena otak berjuang untuk tetap terlibat dalam film yang mulai tidak menarik. Bersamaan, jaringan mode default otak aktif. Ini menjadi cara otak merespons kebosanan dengan cara ‘berpaling ke diri’.
Jaringan ini aktif ketika seseorang merasa bosan dan perhatian terhadap dunia luar mulai menurun. Sebagai gantinya, jaringan ini aktif dan seseorang mulai ‘berpaling ke diri’ dengan melamun, mengingat masa lalu, memikirkan masa depan, dan merenungkan perasaan sendiri. Ini di sebut ‘introspeksi’, cara alami otak untuk mengisi kekosongan saat tidak hal menarik di sekitar.
Peneliti kesehatan mental remaja dari University of the Sunshine Coast Michelle Kennedy dan profesor kesehatan mental & neurologi remaja Daniel Hermens. Menyoroti paparan informasi berlebih dan stres tinggi pada kehidupan masyarakat masa kini. Ini belum di tambah dengan banyaknya aktivitas yang di lakukan manusia karena ‘di tuntut’ tetap sibuk.
Menurut Kennedy dan Hermens, manusia harus bisa menyeimbangkan kehidupan dengan lebih baik.
Stimulasi yang terus menerus ini dapat merugikan, khususnya bagi sistem saraf. Jadwal yang terlalu padat memicu stimulasi berlebihan pada sistem saraf, seperti sistem saraf simpatik yang mengatur respons fight or flight, yang di rancang untuk menghadapi stres,” kata mereka. Pekerjaan dan informasi yang banyak membuat sistem saraf simpatik terlalu aktif. Hal ini menyebabkan allocastic overload, kondisi ketika sistem saraf kewalahan dan meningkatkan risiko kecemasan.
Menghilangkan rasa bosan justru membuat kita kehilangan cara alami dan sederhana untuk mereset ulang sistem saraf simpatik,” sambungnya.
Dalam dosis kecil, kebosanan merupakan penyeimbang yang di butuhkan otak karena terlalu terstimulasi. Kennedy dan Hermens mengungkapkan beberapa manfaat kebosanan yang bisa di rasakan oleh otak:
. Meningkatkan kreativitas, membangun ‘aliran’ dalam pikiran.
. Mengembangkan kemandirian dalam berpikir dan mendorong untuk menemukan minat lain.
. Meningkatkan harga diri dan regulasi emosi, karena waktu yang tidak terstruktur membantu menghadapi perasaan diri dan penting untuk pengelolaan kecemasan.
. Memperbanyak waktu tanpa penggunaan gadget dan memutus siklus kepuasan instan berkontribusi pada penggunaan gadget secara kompulsif.
. Menyeimbangkan kembali sistem saraf dan mengurang rangsangan sensorik untuk menenangkan kecemasan.

BY : PELOR