The Final Battle Arc – Penutup Epik Kimetsu no Yaiba
Kimetsu no Yaiba menutup perjalanan panjangnya melalui rangkaian pertarungan yang memukau, tepatnya dalam The Final Battle Arc. Arc ini sekaligus membungkus takdir Tanjiro, Nezuko, dan para Hashira yang sejak awal berdiri di garis depan melawan para iblis. Sejak Infinity Castle Arc dimulai, ketegangan tak pernah mereda.
Awalnya, Kagaya Ubuyashiki bersama para Hashira merencanakan serangan mendadak ke markas Muzan Kibutsuji. Mereka tidak mau memberi ruang bagi Muzan untuk melarikan diri lagi. Karena itu, para pemburu iblis memecah pasukan menjadi beberapa tim. Dengan cara ini, mereka berharap bisa memojokkan para Upper Moon di setiap sudut kastil.
Pertama-tama, pertarungan sengit terjadi ketika Muichiro Tokito, Genya, Sanemi, dan Gyomei menghadapi Kokushibo, Upper Moon 1. Kokushibo memperlihatkan teknik pernapasan bulan miliknya dengan sangat brutal. Meskipun begitu, Muichiro dan Gyomei tidak gentar. Mereka berjuang sampai titik darah penghabisan.
Sementara itu, di sisi lain, Shinobu Kocho yang terkenal kalem justru melawan Upper Moon 2, Douma. Namun, Shinobu tidak sendiri. Kanao Tsuyuri dan Inosuke Hashibira datang membantu di tengah kondisi Shinobu yang semakin lemah. Mereka bersatu menebus dendam Shinobu untuk kakaknya, Kanae.
Selanjutnya, Tanjiro dan Giyu Tomioka harus berhadapan dengan Akaza, Upper Moon 3. Duel ini menghadirkan banyak kejutan. Tanjiro sempat terdesak, tetapi dengan tekad baja, ia menguasai teknik Hinokami Kagura ke level yang lebih tinggi. Giyu juga menyempurnakan pernapasan airnya. Karena itu, pertarungan ini menjadi salah satu duel paling emosional di keseluruhan cerita.
Setelah itu, Infinity Castle Arc berlanjut ke Sunrise Countdown Arc. Di sini, semua pembasmi iblis memusatkan kekuatan demi menahan Muzan hingga matahari terbit. Dengan kecerdikannya, Muzan berusaha melarikan diri melalui lorong bawah tanah. Para Hashira tidak tinggal diam. Mereka mengepung Muzan dari segala arah.
Di momen genting itu, Nezuko akhirnya muncul dalam wujud manusia sepenuhnya. Tanjiro terharu melihat adiknya kembali. Namun, kebahagiaan mereka harus tertunda karena Muzan masih bernapas. Seluruh pasukan mengerahkan sisa tenaga. Saat itu, fajar semakin mendekat. Para Hashira yang masih hidup saling bahu-membahu.
Akhirnya, matahari terbit membakar tubuh Muzan sedikit demi sedikit. Muzan tak bisa lagi kabur. Namun, sebelum benar-benar lenyap, Muzan mentransfer sel iblis ke Tanjiro. Adegan ini membuat semua orang terkejut. Dalam sekejap, Tanjiro berubah menjadi Raja Iblis baru. Untungnya, Nezuko berhasil merangkul Tanjiro kembali. Melalui dukungan Nezuko dan semua kenangan para pejuang, Tanjiro memenangkan pertarungan di dalam dirinya.
Menjelang bab terakhir, suasana berganti menjadi damai. Para keturunan pembasmi iblis hidup di era modern tanpa bayangan kegelapan. Kehidupan mereka seolah menegaskan perjuangan para Hashira tidak pernah sia-sia. Generasi berikutnya menikmati kebebasan tanpa rasa takut.
Jelas, The Final Battle Arc meninggalkan pesan mendalam tentang pengorbanan, harapan, dan ikatan keluarga. Kimetsu no Yaiba bukan sekadar cerita pertarungan. Ia mengajarkan arti keberanian menghadapi gelapnya dunia. Melalui bab penutup ini, para penggemar memahami bahwa cahaya selalu muncul di ujung lorong kegelapan.