Siapa sangka, pabrik gas oplosan yang digerebek aparat di Pekanbaru ternyata berdiri di lokasi yang tidak terduga. Alih-alih berada di kawasan industri, tempat tersebut justru tersembunyi di balik pemukiman padat penduduk. Warga sekitar awalnya tidak menyangka bahwa aktivitas mencurigakan di gudang besar itu adalah kegiatan ilegal yang bisa membahayakan banyak orang.
Gudang tersebut dilaporkan beroperasi nyaris tanpa terendus aparat selama berbulan-bulan. Para pelaku menggunakan modus seolah-olah menjalankan usaha distribusi gas resmi. Truk dan mobil pick-up keluar masuk setiap hari, seakan-akan mereka hanya sekadar mendistribusikan tabung gas elpiji biasa.
Namun, kecurigaan mulai muncul ketika warga mendengar suara berisik dari aktivitas pengoplosan tabung, disertai bau menyengat khas gas elpiji yang sering tercium hingga radius puluhan meter. Hal itu jelas berisiko besar, sebab tabung gas yang ditangani secara tidak aman dapat meledak kapan saja dan mengancam keselamatan warga sekitar.
Bukan main-main, pabrik gas oplosan ini disebut-sebut mampu meraup keuntungan hingga miliaran rupiah setiap bulannya. Modusnya sederhana: para pelaku memindahkan isi gas subsidi ukuran 3 kilogram ke dalam tabung gas nonsubsidi ukuran 12 kilogram maupun 5,5 kilogram. Dengan cara ini, mereka bisa menjual tabung hasil oplosan dengan harga tinggi, sementara modalnya jauh lebih rendah.
Praktik ini jelas sangat merugikan masyarakat kecil. Subsidi gas elpiji 3 kilogram yang seharusnya diperuntukkan bagi keluarga miskin justru disedot oleh pelaku usaha haram demi meraih keuntungan pribadi. Dari hasil investigasi di lapangan, setiap tabung gas oplosan bisa memberi margin keuntungan berkali lipat dibandingkan harga normal di pasaran.
Hitungan kasarnya, jika dalam sehari mereka bisa mengoplos ratusan tabung, maka keuntungan bersih bisa mencapai puluhan juta rupiah. Bila dikalkulasikan per bulan, angka itu menembus miliaran. Tidak heran jika pabrik ilegal ini bisa bertahan cukup lama sebelum akhirnya terbongkar.
Aparat kepolisian yang menggerebek lokasi mengaku terkejut dengan kelengkapan peralatan yang digunakan pelaku. Bukan sekadar memindahkan isi tabung secara manual, mereka ternyata menggunakan selang khusus, timbangan digital, serta alat pengaman yang dimodifikasi.
Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pengoplosan sudah diatur dengan sangat profesional dan sistematis. Tidak sembarangan orang bisa melakukannya tanpa pengalaman dan modal besar. Bahkan, pabrik ini diduga melibatkan lebih dari 10 pekerja yang terbagi dalam beberapa shift agar produksi bisa berjalan nyaris 24 jam tanpa henti.
Sistem ini dirancang agar suplai tabung oplosan ke pasar tidak pernah terputus. Para pelaku juga menggunakan jaringan distribusi yang rapi, bekerja sama dengan pengecer hingga warung kecil yang menjual tabung gas ke masyarakat. Dengan kata lain, pabrik ini adalah sebuah “industri ilegal” yang sudah mapan.
Selain merugikan negara dan masyarakat, gas oplosan juga menimbulkan ancaman serius terhadap keselamatan. Tabung gas hasil oplosan biasanya tidak memenuhi standar keamanan. Proses pemindahan isi gas yang tidak sesuai prosedur bisa menyebabkan kebocoran kecil yang luput dari perhatian.
Ledakan tabung gas di rumah tangga sudah sering terjadi di Indonesia, dan sebagian besar kasus terkait dengan tabung yang tidak standar atau gas oplosan. Bayangkan jika puluhan atau ratusan tabung yang disimpan di gudang tersebut bocor secara bersamaan. Ledakan besar bisa saja meluluhlantakkan seluruh area pemukiman sekitar.
Petugas yang menggerebek bahkan sempat harus menggunakan alat pelindung khusus, mengingat risiko tinggi dari kebocoran gas yang sudah menyebar di ruangan. Fakta ini semakin menegaskan bahwa praktik gas oplosan bukan hanya masalah kriminal, tapi juga ancaman nyawa bagi banyak orang.
Dari hasil penyelidikan awal, terungkap bahwa praktik pabrik gas oplosan ini tidak dilakukan oleh individu tunggal. Ada jaringan terorganisir yang mengatur distribusi gas mulai dari pengepul hingga penjual eceran. Diduga kuat, ada oknum yang membantu melancarkan jalur distribusi ilegal tersebut sehingga bisa bertahan lama tanpa terendus.
Aparat kini tengah mendalami kemungkinan adanya keterlibatan pihak-pihak tertentu, termasuk apakah ada oknum aparat atau distributor resmi yang bermain di belakang layar. Jika benar, maka kasus ini tidak hanya soal pengoplosan, melainkan sindikat besar yang merugikan negara dalam jumlah masif.
Kasus ini meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Pekanbaru. Gas subsidi 3 kilogram semakin sulit ditemukan di pasaran, dan harga yang seharusnya terjangkau justru melambung tinggi. Para ibu rumah tangga paling merasakan dampaknya, karena mereka kesulitan mendapatkan tabung dengan harga resmi.
Selain itu, kepercayaan publik terhadap distribusi gas elpiji juga tercoreng. Banyak warga kini mulai was-was membeli tabung gas, takut kalau-kalau yang mereka gunakan adalah hasil oplosan yang berbahaya.
Kasus pabrik gas oplosan di Pekanbaru ini menjadi alarm keras bagi pemerintah dan aparat penegak hukum. Bukan hanya karena kerugian negara yang mencapai miliaran rupiah, tetapi juga karena nyawa masyarakat dipertaruhkan.
Pengawasan distribusi gas bersubsidi harus diperketat. Masyarakat pun diminta lebih waspada ketika membeli tabung gas, terutama dari penjual tidak resmi. Jika menemukan hal mencurigakan, sebaiknya segera dilaporkan agar tidak ada lagi korban akibat praktik haram semacam ini.
by : st
Pemanggilan Bobby Nasution oleh KPK bersamaan dengan kontroversi razia kendaraan di luar Sumut, memperlihatkan dinamika…
Kecantikan sejati bukan hanya soal makeup, tapi mengekspresikan diri lewat rambut yang tepat. Model Rambut…
1. Pendahuluan Sejak berabad-abad lalu, cengkeh menjadi salah satu rempah yang paling dicari di dunia.…
Lordosis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kelengkungan abnormal ke arah dalam pada tulang…