Mengapa Banyak Kuliner Nonhalal di Solo? Ini Bukti Sejarahnya
Mengapa Banyak Kuliner Nonhalal di Solo?
Ini Bukti Sejarahnya

Kuliner Nonhalal di Solo- . Menyoal kehadiran kuliner nonhalal di Solo, ternyata berawal dari peristiwa bersejarah Geger Pacinan.
Kasus Ayam Goreng Widuran di Solo mendapat perhatian luas dari publik karena menu ayam goreng yang banyak dikira pasti halal, ternyata nonhalal di tempat ini.
Lantas bagaimana awalnya kuliner nonhalal menjamur di sana? Kepada detikfood (30/5), chef sekaligus sejarawan kuliner, Wira Hardiyansyah menjelaskan sejarahnya. Ia menuturkan meleburnya budaya Pecinan di Solo terjadi sekitar abad ke-18 hingga ke-19.
“Saat itu Belanda mengumpulkan orang etnis Tionghoa di belakang Pasar Gede. Semakin lama, interaksi sosial terjadi, tapi mereka tidak berani terlalu ekstrem. Lalu ketika presiden Gus Dur memberi kebebasan kepada etnis Tionghoa, baru semuanya menjamur,” ujar Wira.
Dalam hal ini, kuliner nonhalal pun jadi jamak ditemui di sana. Ini juga karena ada permintaan pasar. “Jadi orang-orang China di Solo itu biasanya Kuliner Nonhalal di sana merantau dari daerah sekitar di Jawa Tengah, seperti dari Semarang. Saat mereka merantau, mereka membuat masakan nonhalal yang sifatnya rumahan,” kata Wira.
Ia melanjutkan, “Jadi masakan rumahan nonhalal itu sebagai pelepas rindu saat merantau dari kampung. Pada akhirnya disukai orang lain juga. Bahkan di Solo ada festival kuliner nonhalal.”
Peristiwa Geger Pacinan turut menjadi tonggak sejarah kehadiran kuliner nonhalal di sana. Wira menjelaskan, tragedi adu domba oleh pihak Belanda ini memicu pecahnya perang antara etnis Tionghoa dan pribumi. Peristiwa pertama terjadi di Jakarta, kemudian yang kedua terjadi di Semarang. Banyak etnis Tionghoa di Semarang kemudian pindah, salah satunya ke Solo.
Menjamurnya kuliner nonhalal di sana juga terkait dengan peran pemimpin daerah. “Setelah era Gus Dur, para wali kota itu mau menunjukkan bahwa citra Solo sebagai kota toleransi. Tak ada yang salah dengan hal ini. Namun dalam kasus Ayam Goreng Widuran, yang jadi masalah adalah penjual tidak transparan mengatakan menunya nonhalal,” ungkap Wira.
By: BomBom
