Matcha dalam beberapa tahun terakhir semakin populer di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Minuman berwarna hijau terang ini sering dipromosikan sebagai minuman sehat karena kaya antioksidan, dapat meningkatkan energi, membantu fokus, hingga mendukung metabolisme tubuh. Bahkan, banyak orang mengganti kopi dengan matcha karena dianggap lebih “ramah” bagi lambung.
Namun, seperti halnya makanan dan minuman lain, konsumsi matcha tidak bisa dilakukan sembarangan. Kandungan kafein, katekin, serta zat aktif lain di dalam matcha bisa menimbulkan efek samping tertentu jika dikonsumsi berlebihan, terutama bagi kelompok orang yang kondisi kesehatannya lebih rentan.
Artikel ini akan membahas 6 kelompok orang yang disarankan untuk membatasi konsumsi matcha demi menjaga kesehatan, lengkap dengan penjelasan ilmiah dan tips aman mengonsumsinya.
Sebelum masuk ke siapa saja yang perlu berhati-hati, mari kita pahami dulu apa yang membuat matcha begitu istimewa.
Kaya antioksidan (EGCG – Epigallocatechin Gallate)
EGCG adalah polifenol yang terkenal mampu melawan radikal bebas, mendukung kesehatan jantung, hingga berpotensi menurunkan risiko kanker.
Mengandung kafein
Matcha memiliki kafein sekitar 30–40 mg per gram, lebih rendah dibanding kopi, tetapi tetap bisa memengaruhi sistem saraf.
Mengandung L-theanine
Asam amino ini bekerja menenangkan otak, mengurangi stres, dan meningkatkan konsentrasi. Inilah alasan matcha sering dianggap menyeimbangkan efek kafein.
Mendukung metabolisme
Beberapa penelitian menunjukkan konsumsi teh hijau, termasuk matcha, dapat membantu pembakaran lemak dan mendukung program penurunan berat badan.
Menyehatkan hati
EGCG dalam matcha juga diketahui membantu fungsi hati dan melindunginya dari kerusakan akibat lemak.
Walau banyak manfaatnya, efek matcha bisa berbeda pada tiap individu. Pada kondisi tertentu, konsumsi berlebihan justru bisa memperburuk masalah kesehatan.
Kafein adalah faktor utama yang membuat ibu hamil dan menyusui perlu berhati-hati.
Mengapa berisiko?
Kafein dapat menembus plasenta dan masuk ke aliran darah janin, sementara metabolisme janin belum cukup matang untuk menguraikannya.
Beberapa studi mengaitkan konsumsi kafein berlebih dengan peningkatan risiko keguguran, bayi lahir dengan berat rendah, hingga kelahiran prematur.
Pada ibu menyusui, kafein dapat masuk ke ASI dan menyebabkan bayi menjadi lebih rewel atau sulit tidur.
Anjuran konsumsi
WHO dan berbagai lembaga kesehatan merekomendasikan batas aman kafein untuk ibu hamil sekitar 200–300 mg per hari. Karena 1 cangkir matcha bisa mengandung sekitar 70 mg kafein, maka ibu hamil sebaiknya membatasi konsumsi tidak lebih dari 1 cangkir per hari, atau bahkan menghindarinya jika tubuh lebih sensitif.
Alternatif sehat
Ibu hamil dapat memilih teh herbal non-kafein seperti chamomile (dengan catatan konsultasi ke dokter), atau air hangat dengan lemon yang menyegarkan.
Meskipun matcha dianggap sehat, anak-anak tidak dianjurkan mengonsumsinya terlalu sering.
Alasan utama
Sistem saraf anak masih berkembang sehingga kafein bisa menyebabkan hiperaktif, sulit tidur, hingga gangguan konsentrasi.
Kafein juga dapat meningkatkan risiko jantung berdebar pada anak-anak yang sensitif.
Matcha kaya katekin, yang dalam dosis berlebih bisa mengganggu penyerapan zat besi pada anak.
Batas konsumsi aman
American Academy of Pediatrics merekomendasikan anak usia di bawah 12 tahun sebaiknya tidak mengonsumsi kafein sama sekali. Untuk remaja usia 12–18 tahun, batas maksimal sekitar 100 mg per hari.
Kesimpulan
Anak-anak sebaiknya menghindari matcha, kecuali dalam jumlah sangat kecil, misalnya dicampur dalam makanan (kue, es krim) dan tidak dikonsumsi setiap hari.
Kafein dalam matcha memang lebih “halus” dibanding kopi, tetapi tetap bisa mengganggu kualitas tidur.
Dampak kafein
Menunda produksi hormon melatonin, yang berfungsi mengatur siklus tidur.
Membuat tubuh tetap terjaga lebih lama, menyebabkan susah tidur atau tidur gelisah.
Waktu konsumsi yang berisiko
Minum matcha di sore atau malam hari bisa membuat insomnia semakin parah. Efek kafein biasanya bertahan 4–6 jam setelah diminum, bahkan lebih lama pada individu yang metabolisme kafeinnya lambat.
Tips aman
Jika Anda punya gangguan tidur tetapi masih ingin menikmati matcha, sebaiknya konsumsi pada pagi hingga siang hari. Hindari setelah jam 2 siang.
Katekin dalam matcha adalah antioksidan bermanfaat, namun ada sisi negatifnya: bisa mengganggu penyerapan zat besi non-heme dari makanan nabati.
Mengapa berbahaya?
Pada penderita anemia, tubuh sudah kekurangan zat besi. Jika matcha diminum berdekatan dengan waktu makan, penyerapan zat besi semakin berkurang.
Hal ini dapat memperparah gejala seperti lemas, pucat, dan mudah lelah.
Tips aman
Jangan minum matcha bersamaan dengan makanan utama. Beri jeda minimal 1–2 jam.
Tingkatkan konsumsi makanan kaya vitamin C (jeruk, stroberi, jambu biji) untuk membantu penyerapan zat besi.
Matcha dalam dosis moderat bisa menyehatkan hati, tetapi konsumsi berlebihan justru berpotensi merusaknya.
Alasan ilmiah
EGCG dalam jumlah besar dapat bersifat hepatotoksik (merusak hati).
Beberapa laporan kasus menunjukkan konsumsi ekstrak teh hijau dosis tinggi menyebabkan peradangan hati.
Kelompok berisiko
Orang dengan riwayat penyakit hati seperti hepatitis, fatty liver, atau sirosis harus lebih berhati-hati.
Batas aman
Mengonsumsi matcha 1–2 cangkir per hari biasanya aman, tetapi mengonsumsi suplemen ekstrak matcha atau teh hijau dosis tinggi bisa sangat berbahaya.
Banyak orang beralih ke matcha karena dianggap lebih ramah lambung dibanding kopi. Namun, bagi penderita GERD atau maag, matcha tetap bisa menimbulkan masalah.
Mengapa bisa memperburuk gejala?
Kafein dapat merangsang produksi asam lambung berlebih.
Teh hijau, termasuk matcha, bisa melemaskan katup esofagus sehingga asam lambung lebih mudah naik.
Efek samping yang muncul biasanya berupa perut perih, mulas, hingga sensasi panas di dada (heartburn).
Tips konsumsi
Jangan minum matcha saat perut kosong.
Batasi konsumsinya hanya 1 cangkir per hari.
Pilih matcha dengan kadar kafein lebih rendah atau campur dengan susu untuk mengurangi efek asam.
Agar matcha tetap memberikan manfaat tanpa menimbulkan efek buruk, berikut beberapa tips aman:
Batasi konsumsi: 1–2 cangkir per hari sudah cukup bagi kebanyakan orang.
Jangan minum saat perut kosong: dapat memicu iritasi lambung.
Perhatikan waktu minum: sebaiknya pagi atau siang hari, hindari malam.
Hindari campuran berlebihan: matcha latte dengan gula tinggi justru bisa merusak manfaatnya.
Pilih kualitas matcha yang baik: matcha berkualitas rendah bisa mengandung logam berat atau pestisida.
Matcha memang memiliki banyak manfaat, mulai dari meningkatkan energi, membantu fokus, hingga mendukung kesehatan jantung dan hati. Namun, tidak semua orang bisa mengonsumsinya dengan bebas.
Enam kelompok yang perlu membatasi konsumsi matcha adalah:
Ibu hamil dan menyusui
Anak-anak
Penderita insomnia
Penderita anemia
Orang dengan gangguan hati
Penderita gangguan lambung
Dengan memahami kondisi tubuh masing-masing, kita bisa tetap menikmati matcha tanpa mengorbankan kesehatan. Prinsip utamanya adalah konsumsi secukupnya, jangan berlebihan, dan kenali batas tubuh Anda.
By: BomBom
JAKARTA, KOMPAS — Dua wartawan mengalami kekerasan saat meliput peristiwa keracunan paket makan bergizi gratis…
Teh bunga bukan sekadar minuman. Ia adalah perwujudan dari keindahan dan kebaikan alam yang diolah…
Kritik Tajam untuk Pertamina Pernyataan mengejutkan datang dari Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi…
Pendahuluan: Aksi Penuh Risiko dari Seorang Anak Dunia penerbangan kembali diguncang oleh sebuah peristiwa yang…
Chelsea dan Benfica akan berjumpa pada matchday 2 league phase Liga Champions 2025/2026. Pertandingan fase liga UCL (UEFA Champions League)…
Pendahuluan: Ancaman Lama, Wajah Baru Lima tahun setelah dunia pertama kali diguncang oleh pandemi global…