Di tengah maraknya tren makanan viral, muncul inovasi jajanan unik berbahan dasar sayuran: bayam dan kangkung gulung. Kuliner ini tidak hanya menawarkan rasa yang lezat, tapi juga mengusung konsep sehat dan murah meriah. Harga jualnya yang hanya Rp1.000 per tusuk membuat jajanan ini langsung menyedot perhatian publik. Terutama di kalangan pelajar dan pekerja harian yang mencari camilan hemat namun bergizi. Dengan memanfaatkan bahan lokal yang mudah didapat, pembuatnya mampu menekan modal secara drastis. Sementara itu, para penjual aktif memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan jajanan ini secara viral. Hasilnya, semakin banyak netizen tertarik mencicipi. Popularitasnya pun menanjak cepat dan meluas ke berbagai kota. Meskipun masih baru, jajanan ini berpotensi menjadi ikon kuliner baru khas daerah. Terutama karena keunikan bentuk dan rasa yang ditawarkannya. Penampilan yang menggoda juga menjadi nilai tambah.
Teknik ini membuat tampilan lebih menarik dan higienis. Selain itu, proses ini memungkinkan produksi massal tanpa alat khusus. Banyak ibu rumah tangga dan pelaku UMKM yang mulai meniru resep ini sebagai usaha rumahan. Karena mudah dibuat, potensi berkembangnya usaha ini cukup besar. Bahkan, banyak pedagang mulai menyasar pasar sekolah dan kantor. Jajanan ini pun dinilai sebagai solusi dari krisis pangan sehat dengan biaya rendah.
Keunikan lainnya terletak pada nilai gizi yang dikandung dalam satu tusuk camilan ini. Bayam dan kangkung mengandung zat besi, vitamin A, C, dan serat yang penting untuk metabolisme tubuh. Ditambah lagi dengan isian yang umumnya kaya protein nabati, menjadikannya camilan lengkap secara nutrisi. Selanjutnya, para ahli gizi aktif merekomendasikan jajanan ini untuk program makan sehat anak-anak dan remaja. Mereka melihat potensi besar untuk memperkenalkan pola makan sehat melalui jajanan lokal.Terlebih di era pasca pandemi, masyarakat semakin peduli pada makanan bergizi. Oleh karena itu, bayam dan kangkung gulung sangat relevan sebagai solusi kuliner masa kini.
Fenomena kuliner ini pun mulai menarik perhatian media lokal dan nasional. Banyak liputan televisi dan artikel daring menyoroti keunikan ide serta prospek bisnisnya. Bahkan, beberapa influencer kuliner di media sosial telah mengulas dan mencicipi langsung jajanan ini. Akibatnya, para wirausaha kuliner aktif membuka lapak di berbagai sudut kota, dari pasar tradisional hingga festival makanan. Dalam waktu singkat, persebarannya terjadi secara organik karena daya tarik yang tinggi.Perpaduan konsep tradisional dan modern inilah yang memperkuat posisinya di pasar makanan kekinian. Para pelaku usaha juga aktif mengajukan izin PIRT agar bisa memasarkannya lebih luas. Peluang ekspor bahkan mulai terbuka seiring meningkatnya minat dari komunitas diaspora Indonesia di luar negeri.
Peluang usaha dari jajanan ini terbukti sangat menjanjikan karena minim risiko dan modal yang ringan. Dalam satu hari, seorang pedagang dapat menjual ratusan tusuk dengan keuntungan bersih yang stabil. Target pasarnya luas dan tidak terbatas usia, menjadikannya bisnis yang fleksibel. Sebagai respons, banyak pelaku UMKM aktif mengikuti pelatihan pengolahan dan pemasaran produk ini secara digital.. Pemerintah pun mulai tertarik untuk mendorong pertumbuhan usaha mikro berbasis pangan sehat seperti ini. Dengan dukungan pembinaan dan akses permodalan, usaha jajanan bayam dan kangkung gulung bisa berkembang secara sistematis. Apalagi dengan munculnya generasi muda yang tertarik berwirausaha di bidang kuliner. Inovasi seperti ini memberi harapan baru bagi sektor informal di tengah tantangan ekonomi yang fluktuatif.