“Kami imbau masyarakat tetap tenang. Fokus utama saat ini adalah penanganan medis korban. Untuk penyelidikan, tim sudah bergerak melakukan penelusuran terkait makanan yang diduga menjadi penyebab,” kata Hendra.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat menetapkan kasus dugaan keracunan massal yang menimpa ratusan siswa usai menyantap MBG di Kecamatan Cipongkor sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
“Jadi sekarang juga kita sudah menetapkannya sebagai statusnya KLB supaya penangannya lebih cepat dan juga lebih menyeluruh seperti itu,” kata Bupati Bandung Barat, Jeje Ritchie Ismail, di Bandung Barat, Selasa (23/9/2025) dilansir dari Antara.
Jeje menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Bandung Barat bersama instansi terkait tengah melakukan investigasi terhadap dapur yang menyajikan hidangan tersebut.
Pihaknya juga telah menutup sementara SPPG di wilayah itu untuk memastikan standar pengelolaan makanan dipenuhi.
“Mulai dari perizinan hingga standarisasi pengelolaan makanan harus kami cek. Kalau memang belum layak, ya kami lakukan perbaikan. Khusus dapur di Cipongkor ini kami tutup dulu untuk investigasi,” ujarnya.
Ia menambahkan, Pemkab Bandung Barat juga akan mengevaluasi secara menyeluruh 85 dapur lainnya yang ada di wilayah Bandung Barat, karena seluruhnya belum memiliki sertifikasi sehat.
“Semuanya tetap kita evaluasi karena data yang saya dapat, 85 dapur memang masih belum memiliki sertifikasi. Yang kami setop saat ini baru dapur di Cipongkor,” kata Jeje.
Akibat insiden yang berdampak pada ratusan siswa sekolah itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung Barat menghentikan sementara distribusi MBG.
“Sudah ada instruksi dari pusat agar dihentikan dulu sambil menunggu hasil uji laboratorium. Informasinya bisa dua minggu, mudah-mudahan lebih cepat,” tutur Wakil Bupati Bandung Barat, Asep Ismail, pada Senin.
Keracunan ini terjadi tak hanya di satu sekolah, melainkan di beberapa tempat, termasuk SMK Pembangunan Bandung Barat, MTs Darul Fiqri, hingga SD Negeri Cipari.
Dalam waktu yang berdekatan, para siswa tersebut melaporkan mengalami keracunan setelah makan hidangan MBG.
Sebelumya, proses evakuasi keracunan massal siswa sekolah di Bandung Barat ini terus dilakukan sejak Senin sore hingga malam.
Kronologi insiden keracunan massal MBG di Bandung Barat bermula dari pelaksanaan makan siang pada Senin. Bermula dari laporan kasus secara terbatas, jumlah korban terus meningkat seiring waktu.
Dilansir dari Antara, insiden ini bermula dari laporan dugaan keracunan pada Senin siang, setelah waktu makan siang di sekolah.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Bandung Barat, Nurul Rasihan, pihaknya menerima laporan pertama dugaan keracunan massal pada sekitar pukul 13.00 WIB.
Dalam laporan tersebut, Nurul menjelaskan bahwa sekolah pertama yang melaporkan adanya keracunan adalah sekolah jenjang SMA/SMK.
Sejumlah siswa disebut mengalami mual dan muntah setelah menyantap makanan MBG yang dibagikan di sekolah mereka.
Berdasarkan informasi sementara, laporan awal keracunan massal tersebut terpusat pada paket MBG yang diproduksi dari salah satu dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Berawal dari puluhan siswa, korban keracunan pasca-makan santapan MBG terus bertambah seiring waktu. Bahkan hingga Selasa pagi, korban keracunan terus bertambah menjadi lebih dari 300 siswa.
Kelompok siswa yang terdampak keracunan juga meluas, dari siswa SMA/SMK, kemudian meluas hingga SMP, SD, dan TK/PAUD.
Pemkab Bandung Barat kemudian membawa para korban keracunan untuk mendapatkan perawatan medis di sejumlah fasilitas kesehatan berbeda, seperti Puskesmas Cipongkor, Bidan Desa Sirnagalih, RSUD Cililin, Posko Kecamatan Cipongkor, dan RSIA Anugrah.
Insiden ini kemudian membuat Dinkes Kabupaten Bandung Barat menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) setelah berhasil mengumpulkan sampel untuk diuji di laboratorium.
Hingga kini, penyebab dari keracunan massal akibat program MBG ini belum terkonfirmasi.
Pihak Pemkab Bandung Barat, bersama Polda Jawa Barat kini masih melakukan penyelidikan penyebab insiden ini bisa terjadi.
Namun, berdasarkan kesaksian para siswa yang mengalami keracunan, paket MBG yang mereka terima pada Senin siang diduga mengandung makanan basi.
“Dari keterangan anak-anak, pas dibuka kayanya ayamnya yang basi, asam, warnanya juga agak beda,” kata Ketua Yayasan SMK Pembangunan Bandung Barat, Erik Zainudin.