kanker payudara
Kenali 10 Gejala Kanker Payudara dari Awal Hingga Ganas
Pedangdut senior Yunita Ababiel dikabarkan meninggal dunia pada Minggu (13/7/2025) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB di rumahnya di kawasan Depok, Jawa Barat.
Dikabarkan pula bahwa Yunita Ababiel telah mengidap kanker payudara selama bertahun-tahun. Bahkan, ia sempat menjalani operasi besar sekaligus terapi untuk memulihkan kondisinya.
Namun nasib berkata lain. Perempuan 60 tahun itu wafat dalam perjuangan melawan penyakit kanker payudaranya.
“Innalillahi wainnailaihi rojiun, telah pulang ke Rahmatullah pedangdut senior Yunita Ababil, Minggu, 13 Juli 2025 pukul 01.00 WIB di kediamannya kawasan Depok,” tulis pesan singkat dari pihak keluarga.
Tidak diketahui sejak kapan Yunita Ababiel mengidap penyakit mematikan tersebut.
Tetapi sebagai pembelajaran, kita juga perlu memahami beberapa hal terkait kanker payudara, termasuk gejala awalnya dan bagaimana perubahan saat menjadi ganas.
Gejala Awal hingga Ganas Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum menyerang perempuan. Deteksi dini sangat penting karena gejala awal sering kali tidak disadari.
Berikut adalah daftar gejala yang perlu diwaspadai, mulai dari tanda ringan hingga yang menunjukkan keganasan, dikutip dari laman resmi Rumah Sakit Siloam dan Ciputra:
Gejala paling umum adalah munculnya benjolan yang tidak nyeri, keras, dan tidak berpindah saat disentuh. Benjolan ini bisa muncul di payudara atau area ketiak karena jaringan payudara meluas ke bagian tersebut.
Payudara yang tiba-tiba membesar atau bentuknya berubah drastis bisa menjadi tanda awal kanker. Perubahan ini biasanya disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal.
Kanker dapat menyebabkan peradangan pada kulit payudara, sehingga tampak seperti ruam, bersisik, atau bahkan menyerupai kulit jeruk (peau d’orange).
Jika puting yang sebelumnya normal tiba-tiba tertarik ke dalam, ini bisa menjadi gejala kanker yang menyerang jaringan di belakang puting.
Cairan yang keluar bisa berwarna bening, kuning, atau bahkan berdarah. Ini merupakan tanda yang patut dicurigai, terutama jika disertai perubahan bentuk puting.
Meski tidak selalu menandakan kanker, rasa nyeri yang muncul di luar siklus menstruasi dan tidak kunjung hilang perlu diperiksa lebih lanjut.
Kanker payudara bisa menyebar ke kelenjar getah bening, menyebabkan pembengkakan di area ketiak atau tulang selangka.
Kulit bisa tampak menebal, berkerut, atau muncul lesung pipit. Perubahan ini sering kali terjadi pada kanker yang sudah mulai menyebar.
Jika muncul luka atau jerawat yang menetap lebih dari dua minggu, terutama di area payudara, segera konsultasikan ke dokter.
Gejala ini biasanya muncul pada kanker payudara yang sudah ganas dan menyebar ke organ lain seperti tulang, hati, atau paru-paru.
Mendeteksi kanker payudara sejak dini bisa meningkatkan peluang kesembuhan. Lakukan pemeriksaan mandiri (SADARI) secara rutin dan segera konsultasikan ke dokter jika menemukan gejala mencurigakan.
Ketika seseorang menemukan benjolan di payudaranya, ketakutan akan kanker sering kali menjadi reaksi pertama. Bahkan, penyakit ganas itu dianggap menjadi momok yang akan mengancam jiwa seseorang.
Namun, menurut dr. Andhika Rahman, Sp.PD-KHOM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam sekaligus Konsultan Hematologi-Onkologi Medik, tidak semua benjolan di payudara adalah pertanda kanker ganas.
“Jadi tidak semua benjolan berarti keganasan (kanker), dan tidak semua keganasan harus langsung dioperasi,” ujarnya
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menekankan bahwa langkah pertama dan paling penting ketika seseorang menemukan benjolan adalah melakukan biopsi
Perlu diketahui, Biopsi adalah prosedur medis di mana sampel jaringan diambil dari benjolan dan diperiksa di laboratorium. Hasil dari biopsi inilah yang akan menjadi dasar penentuan apakah benjolan tersebut bersifat jinak atau ganas.
Melalui pemeriksaan yang akurat, dokter bisa menentukan jenis kanker yang diderita pasien, bila memang terbukti ganas. Dari sana, pengobatan yang tepat bisa dirancang apakah melalui operasi, kemoterapi, radiasi, atau terapi hormonal.
Di tengah meningkatnya kesadaran akan kanker payudara, pesan dr. Andhika mengingatkan kita bahwa edukasi yang tepat dan penghormatan terhadap hak pasien adalah dua hal yang sama pentingnya dengan tindakan medis itu sendiri. Kanker payudara, seperti banyak jenis kanker lainnya, membutuhkan penanganan yang personal dan berbasis data—bukan ketakutan.
Sebagai penutup, dr. Andhika menekankan pentingnya kolaborasi antara pasien dan dokter. Keputusan medis yang baik adalah keputusan yang diambil bersama, dengan pemahaman menyeluruh tentang kondisi, risiko, dan pilihan yang tersedia.
“Ketika pasien paham apa yang sedang dihadapi, maka proses penyembuhan juga bisa berjalan dengan lebih tenang, lebih manusiawi,” tutupnya.
Timnas Indonesia menatap dua laga krusial dalam misi lolos ke Piala Dunia 2026. Berikut jadwal…
Buah Semangka bukan hanya buah penyegar di cuaca panas, tapi juga superfood yang menyimpan 7…
Kondisi jalan rusak di Gorontalo memaksa warga mengangkut jenazah dengan motor menuju rumah duka. Potret…
DPRD desak Pemko Medan bangun pompa air di titik rawan banjir, langkah penting untuk tanggulangi…
Fobia adalah ketakutan berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu yang bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari. Artikel…