kebiasaan-sepele-bikin-otak-menyusut
Otak Menyusut : duduk terlalu lama setiap hari bisa menjadi pemicu serius Otak Menyusut, bahkan jika kamu sudah rutin berolahraga? Sebuah studi yang diterbitkan dalam Alzheimer’s & Dementia: The Journal of the Alzheimer’s Association menemukan bahwa perilaku sedentari, atau kebiasaan terlalu banyak duduk, berkontribusi terhadap penyusutan materi abu-abu otak. Penyusutan ini bisa berdampak pada kemampuan berpikir, mengingat, dan memproses informasi.
Menurut peneliti utama, Marissa Gogniat, menjaga kesehatan otak tidak cukup hanya dengan olahraga. “Kita harus mengurangi waktu duduk dalam keseharian. Duduk terlalu lama bisa tetap membawa dampak negatif bagi otak meski sudah rutin beraktivitas fisik,” ungkapnya.
Dalam penelitian tersebut, 404 orang berusia 50 tahun ke atas dilibatkan sebagai peserta. Sebagian dari mereka tidak menunjukkan gangguan kognitif apa pun saat studi dimulai. Namun menariknya, sepertiga dari mereka membawa gen APOE ε4 — gen yang meningkatkan risiko terkena penyakit Alzheimer.
Studi ini menggunakan pemindaian MRI untuk mengamati struktur otak peserta secara detail. Hasilnya menunjukkan penurunan volume otak yang cukup signifikan pada mereka yang duduk lebih lama, dibandingkan dengan mereka yang lebih aktif bergerak sepanjang hari.
Walau 87% dari peserta mengaku berolahraga sedang hingga berat minimal 150 menit per minggu (standar rekomendasi kesehatan), ternyata mereka tetap duduk rata-rata selama 13 jam per hari. Aktivitas fisik tersebut tidak mampu mengimbangi dampak negatif dari durasi duduk yang panjang.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan, perilaku sedentari adalah kegiatan yang melibatkan duduk atau berbaring dalam waktu lama di luar waktu tidur. Ini termasuk menonton TV, bekerja di depan laptop, atau bersantai dengan gawai tanpa aktivitas fisik berarti.
Aktivitas ini sering dianggap sepele karena tidak langsung terasa dampaknya. Namun, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa duduk terlalu lama punya efek jangka panjang yang membahayakan, terutama pada otak.
Studi ini juga menyoroti bahwa olahraga sedang hingga berat tidak bisa sepenuhnya menangkal efek buruk dari duduk terlalu lama. Aktivitas seperti jalan cepat, bersepeda, atau berenang memang penting. Namun jika setelah olahraga kita kembali duduk berjam-jam, manfaatnya bisa jadi berkurang drastis.
Para ahli menjelaskan bahwa aktivitas sedang biasanya ditandai dengan meningkatnya detak jantung dan keluarnya keringat, sementara aktivitas berat seperti lari atau naik sepeda di tanjakan membuat kita sulit berbicara tanpa kehabisan napas.
Penyusutan materi abu-abu yang terjadi akibat terlalu banyak duduk bukan hanya teori. Dalam penelitian ini, penyusutan ditemukan di area frontal dan parietal otak, bagian yang bertanggung jawab atas fungsi berpikir dan mengingat.
Penurunan volume materi abu-abu di otak juga dikaitkan dengan munculnya gejala depresi, penurunan kemampuan mengambil keputusan, dan penurunan kreativitas. Ini bisa berdampak besar pada kualitas hidup seseorang, terutama di usia produktif.
Ini berarti seseorang yang sering duduk terlalu lama setiap hari, walau rutin olahraga, tetap berisiko mengalami penurunan daya ingat dan kemampuan memproses informasi — dua gejala awal penyakit Alzheimer yang cukup serius.
Kebiasaan duduk terlalu lama bukan hanya jadi masalah bagi lansia. Anak muda yang terbiasa bekerja di depan komputer atau terlalu lama scroll media sosial pun tidak lepas dari risiko ini. Semakin lama kita mempertahankan kebiasaan ini, semakin tinggi pula risiko penurunan fungsi otak di kemudian hari.
Bahkan di usia 30-an atau 40-an, kita sudah bisa merasakan dampaknya jika kebiasaan duduk terus berlangsung tanpa diselingi aktivitas. Banyak kasus gangguan konsentrasi, pelupa, dan kelelahan mental terjadi karena gaya hidup pasif ini.
Pencegahan perlu dilakukan sejak dini. Mulailah dengan menyisipkan aktivitas kecil di sela-sela duduk, seperti berjalan ringan setiap satu jam, melakukan peregangan, atau berdiri saat melakukan panggilan telepon.
Berikut beberapa kebiasaan sederhana yang bisa kamu lakukan untuk menjaga kesehatan otak:
Setiap 30-60 menit duduk, berdirilah sejenak selama 3–5 menit.
Gunakan meja kerja berdiri (standing desk) jika memungkinkan.
Gunakan tangga dibanding lift atau eskalator.
Lakukan peregangan ringan saat jeda iklan atau loading video.
Berjalan kaki sambil menelepon atau mendengarkan podcast.
Meskipun terkesan kecil, kebiasaan ini memberi dampak besar dalam jangka panjang. Otak kita butuh aliran darah yang lancar, dan duduk terlalu lama bisa menghambat sirkulasi tersebut.
Jelas sudah, olahraga saja tidak cukup. Kunci untuk menjaga otak tetap sehat dan tajam di usia lanjut adalah dengan tetap aktif sepanjang hari. Kurangi waktu duduk, selingi aktivitas harianmu dengan gerakan ringan, dan jangan remehkan kekuatan dari langkah-langkah kecil ini.
Studi ini memberi pelajaran penting: menjaga otak tetap sehat bukan hanya soal rajin olahraga, tapi juga soal mengubah pola hidup. Jadi, yuk mulai ubah kebiasaan duduk terlalu lama, demi masa depan otak yang lebih sehat!
Otak adalah pusat komando tubuh kita. Menjaganya tetap sehat adalah investasi jangka panjang yang tak ternilai. Dengan perubahan kecil yang konsisten, kita bisa menghindari risiko besar di masa depan.
Pendahuluan: Panggung Diplomasi Dunia dan Harapan Indonesia Pada Senin, 22 September 2025 waktu setempat, Presiden…
Salah satunya adalah kebiasaan meminum kopi 12 shoot — sebuah minuman yang mengandung 12 kali…
buah Kiwi dikenal sebagai buah eksotis yang memiliki rasa unik, perpaduan antara manis dan asam…
Deretan rekomendasi kabel data micro USB terbaik dari berbagai merk, mulai dari Samsung, Vivan, UNEED, dan…
Gelombang Protes Anti-Imigrasi Mengguncang Inggris Inggris kembali menjadi sorotan dunia setelah gelombang protes Anti-Imigrasi merebak…
Taipei, 24 September 2025 – Topan Ragasa, badai terkuat yang melanda Taiwan dalam kurun lima…