Ketenangan malam di kawasan Asia Mega Mas, Sukaramai, mendadak berubah menjadi kepanikan besar. Sekitar pukul 22.00 WIB, warga dikejutkan dengan munculnya kobaran api dari salah satu rumah. Api yang awalnya kecil, dengan cepat membesar hingga melahap bangunan lain di sekitarnya.
Suasana menjadi semakin mencekam ketika kobaran api memanjat atap rumah-rumah warga. Dalam sekejap, langit Sukaramai diselimuti cahaya merah menyala disertai asap pekat. Jeritan warga bercampur dengan bunyi ledakan kecil yang diduga berasal dari tabung gas elpiji.
Menurut keterangan beberapa saksi, api pertama kali muncul dari sebuah rumah di blok padat penduduk. Pemilik rumah diduga sedang tertidur ketika korsleting listrik memicu percikan api di ruang tengah. Dalam hitungan menit, api menjalar melalui kabel listrik yang terhubung dengan ruangan lain.
Rumah-rumah di Asia Mega Mas Sukaramai sebagian besar terbuat dari material kayu dan tripleks, sehingga api semakin mudah menyebar. Angin malam yang cukup kencang memperparah keadaan, membuat si jago merah sulit dikendalikan.
“Awalnya cuma terlihat asap tipis dari salah satu rumah, tapi tidak sampai 10 menit api langsung besar sekali,” ujar Syamsul, salah seorang saksi mata.
Begitu menyadari api semakin membesar, warga langsung panik. Mereka berhamburan keluar rumah, sebagian berusaha menyelamatkan barang berharga seperti surat-surat penting, perhiasan, hingga kendaraan bermotor. Namun, banyak juga yang hanya bisa keluar dengan pakaian di badan.
Tangisan anak-anak terdengar di tengah hiruk pikuk. Beberapa orang tua sibuk menggendong balita, sementara pemuda-pemuda berusaha membantu mengevakuasi lansia.
“Saya cuma sempat ambil KTP sama ijazah, habis itu keluar lari. Semua barang sudah habis terbakar,” kata Nuraini, salah satu korban kebakaran.
Sebelum bantuan datang, warga berusaha memadamkan api dengan ember berisi air, bahkan ada yang menggunakan selang taman. Namun, upaya itu tak berarti banyak. Api terlalu besar, dan suhu panas membuat warga tidak berani mendekat ke titik kebakaran.
Suasana semakin menegangkan ketika terdengar suara ledakan kecil dari dalam rumah. Diduga ledakan berasal dari tabung gas. Hal ini membuat warga semakin menjauh karena khawatir akan terjadi ledakan susulan.
Sekitar 20 menit setelah laporan masuk, mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi. Namun, akses jalan yang sempit membuat mereka kesulitan menjangkau titik api. Petugas harus menarik selang sejauh puluhan meter agar bisa menyemprotkan air ke arah rumah yang terbakar.
“Jalan menuju lokasi sempit dan padat, jadi mobil damkar tidak bisa langsung masuk. Kami harus tarik selang dari luar gang,” ujar salah satu petugas damkar.
Proses pemadaman berlangsung dramatis. Warga berteriak-teriak memberi arahan kepada petugas, sementara petugas terus berusaha melokalisir api agar tidak merembet ke rumah lainnya.
Setelah hampir tiga jam berjibaku, api akhirnya berhasil dipadamkan sekitar pukul 01.30 dini hari. Namun, sebanyak 12 rumah sudah rata dengan tanah, hanya menyisakan puing-puing hangus.
Asap masih mengepul ketika petugas melakukan pendinginan untuk mencegah munculnya titik api baru. Warga hanya bisa berdiri terpaku melihat rumah mereka tinggal puing-puing.
Meski tidak ada korban jiwa, kerugian materi akibat kebakaran ini sangat besar. Puluhan keluarga kehilangan tempat tinggal dan barang-barang berharga. Diperkirakan kerugian mencapai miliaran rupiah.
Beberapa kendaraan bermotor, peralatan rumah tangga, hingga dokumen penting ikut terbakar. Banyak warga yang hanya menyisakan pakaian di badan.
Hingga kini, penyebab pasti kebakaran masih dalam penyelidikan. Polisi menduga kuat kebakaran berasal dari korsleting listrik, mengingat rumah pertama yang terbakar mengalami masalah kelistrikan beberapa waktu lalu.
Namun, ada juga dugaan lain bahwa api dipicu oleh kebocoran tabung gas elpiji. Untuk memastikan hal ini, tim kepolisian bersama dinas pemadam kebakaran akan melakukan olah TKP.
“Kami masih menunggu hasil investigasi, apakah benar korsleting listrik atau faktor lain,” kata Kapolsek setempat.
Banyak warga yang tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Aisyah, seorang ibu rumah tangga, menangis tersedu-sedu ketika melihat rumahnya ludes terbakar.
“Saya cuma sempat selamatkan anak-anak. Semua barang-barang, perabotan, habis semua. Saya bingung mau tinggal di mana sekarang,” ujarnya dengan suara parau.
Sementara itu, Ridwan, seorang pemuda setempat, mengatakan peristiwa ini membuatnya trauma. “Api besar sekali, sampai seperti neraka. Saya tidak pernah lihat kebakaran sebesar ini sebelumnya,” katanya.
Menanggapi musibah ini, pemerintah daerah segera menyiapkan bantuan darurat. Dinas sosial mendirikan posko pengungsian di dekat lokasi kebakaran. Bantuan berupa makanan, selimut, dan pakaian sudah mulai disalurkan kepada korban.
Wali Kota Medan yang meninjau langsung lokasi kebakaran menyampaikan keprihatinannya. Ia berjanji akan membantu korban untuk mendapatkan tempat tinggal sementara dan menyiapkan program rehabilitasi rumah yang terbakar.
Kebakaran di Sukaramai menjadi bukti betapa rawannya kawasan padat penduduk terhadap bencana kebakaran. Rumah-rumah yang berdempetan, instalasi listrik yang tidak terawat, serta penggunaan tabung gas elpiji tanpa pengawasan menjadi faktor utama penyebab kebakaran.
Pengamat kebencanaan menyarankan agar pemerintah melakukan inspeksi rutin terhadap instalasi listrik di pemukiman padat. Selain itu, edukasi kepada warga tentang penggunaan gas elpiji yang aman juga harus digencarkan.
Meski api telah padam, trauma mendalam masih dirasakan oleh para korban. Banyak anak-anak yang ketakutan dan enggan kembali ke lokasi kebakaran. Sementara itu, orang tua mereka berusaha tegar meski harus memulai hidup dari nol.
Bagi warga Sukaramai, kebakaran ini menjadi pelajaran pahit. Namun, di balik musibah, mereka berharap pemerintah benar-benar serius dalam membenahi kawasan padat penduduk agar kejadian serupa tidak terulang.
Kebakaran besar yang melanda Asia Mega Mas Sukaramai tadi malam menjadi tragedi yang menyayat hati. Sebanyak 12 rumah ludes terbakar, puluhan keluarga kehilangan tempat tinggal, dan kerugian mencapai miliaran rupiah.
Hingga kini, penyebab pasti kebakaran masih dalam penyelidikan. Namun, satu hal yang jelas: musibah ini harus menjadi peringatan keras bahwa keamanan instalasi listrik dan penggunaan gas rumah tangga tidak boleh dianggap remeh.
Di balik duka mendalam, warga Sukaramai tetap berpegang pada harapan. Mereka percaya bahwa dengan bantuan pemerintah dan solidaritas sesama, kehidupan baru akan bisa dibangun kembali dari puing-puing yang tersisa.
by : st
Pete atau petai (Parkia speciosa) adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang cukup populer di Asia…
JAKARTA, KOMPAS — Dua wartawan mengalami kekerasan saat meliput peristiwa keracunan paket makan bergizi gratis…
Teh bunga bukan sekadar minuman. Ia adalah perwujudan dari keindahan dan kebaikan alam yang diolah…
Kritik Tajam untuk Pertamina Pernyataan mengejutkan datang dari Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi…
Pendahuluan: Aksi Penuh Risiko dari Seorang Anak Dunia penerbangan kembali diguncang oleh sebuah peristiwa yang…
Chelsea dan Benfica akan berjumpa pada matchday 2 league phase Liga Champions 2025/2026. Pertandingan fase liga UCL (UEFA Champions League)…