Suasana tenang di sekitar kawasan Pajak USU, Medan, mendadak berubah menjadi kepanikan pada Jumat malam. Seorang tukang becak yang tengah mencari nafkah menjadi korban kecelakaan maut setelah ditabrak sebuah mobil mewah jenis Toyota Fortuner. Insiden tersebut terjadi sekitar pukul 21.00 WIB dan langsung menarik perhatian warga sekitar.
Menurut kesaksian beberapa orang di lokasi, kecelakaan itu terjadi begitu cepat. Mobil Fortuner berwarna hitam melaju dengan kecepatan tinggi dari arah Jalan Dr. Mansyur menuju Pajak USU. Di saat bersamaan, seorang tukang becak yang baru saja menurunkan penumpang hendak menepi ke pinggir jalan. Belum sempat menghindar, benturan keras tak terelakkan. Becak motor korban terpental beberapa meter, sementara pengemudi mobil langsung tancap gas meninggalkan lokasi.
Beberapa warga berusaha menolong korban yang terkapar di tengah jalan. “Kami dengar suara benturan keras, waktu lihat, becaknya sudah terbalik dan bapak itu tergeletak,” ujar seorang saksi mata yang enggan disebutkan namanya. Warga sekitar segera menghubungi pihak kepolisian dan ambulans, namun nyawa sang tukang becak tak tertolong. Ia meninggal dunia di tempat akibat luka parah di kepala dan dada.
Suasana di lokasi berubah haru. Sejumlah rekan sesama tukang becak yang mengenal korban tampak menangis. Mereka mengenal korban sebagai sosok pekerja keras dan ramah kepada semua orang. “Dia orangnya baik, nggak pernah cari ribut, tiap hari narik dari pagi sampai malam,” ucap salah satu teman korban dengan suara bergetar.
Tidak lama setelah kejadian, petugas dari Polsek Medan Baru bersama Unit Laka Lantas Polrestabes Medan tiba di lokasi. Mereka langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), mengumpulkan keterangan saksi, dan memeriksa rekaman CCTV dari toko-toko di sekitar Pajak USU. Dari hasil sementara, polisi memastikan bahwa mobil pelaku merupakan Toyota Fortuner berwarna hitam dengan nomor polisi yang sebagian berhasil terekam oleh kamera pengintai.
“Kami masih melakukan penyelidikan mendalam. Identitas kendaraan sudah kami kantongi sebagian, dan kami sedang berkoordinasi dengan pihak Samsat serta Dirlantas untuk melacak pemilik kendaraan tersebut,” ujar salah satu petugas kepolisian di lokasi kejadian.
Kabar tentang tabrakan itu cepat menyebar melalui media sosial. Banyak warga dan netizen yang mengecam tindakan pengemudi mobil mewah yang kabur tanpa tanggung jawab. Komentar pedas bermunculan di berbagai platform, menuntut agar pelaku segera menyerahkan diri dan dihukum setimpal.
“Kalau sudah berani nyetir, harus berani tanggung jawab. Jangan cuma karena bawa mobil mahal, seenaknya lari dari kesalahan,” tulis salah satu warganet.
Beberapa pengguna media sosial bahkan membuat tagar khusus untuk menyoroti kasus ini. Mereka menuntut keadilan bagi keluarga korban yang kehilangan tulang punggung keluarga.
Korban diketahui adalah seorang pria berusia sekitar 50 tahun yang telah puluhan tahun bekerja sebagai tukang becak di sekitar kawasan USU. Setiap hari ia mengangkut penumpang dari pagi hingga malam untuk menafkahi istri dan anak-anaknya. Dalam keseharian, ia dikenal sabar, tekun, dan selalu menyapa siapa pun yang lewat.
Seorang rekan sesama tukang becak bercerita, korban sempat bercerita ingin segera pulang malam itu karena merasa lelah. Namun takdir berkata lain. “Dia sempat bilang mau pulang cepat, tapi malah kena musibah. Kami semua kaget, nggak nyangka dia pergi secepat itu,” kata rekannya dengan mata berkaca-kaca.
Kejadian tragis ini bukanlah yang pertama kali terjadi di kawasan Pajak USU. Jalur tersebut memang dikenal padat, terutama pada malam hari ketika aktivitas pasar dan kuliner meningkat. Banyak pengendara yang melintas dengan kecepatan tinggi tanpa memperhatikan keselamatan pengguna jalan lain.
Menurut data dari Dinas Perhubungan dan Kepolisian setempat, kawasan tersebut termasuk salah satu titik rawan kecelakaan di Medan. Setiap tahunnya tercatat puluhan insiden lalu lintas yang sebagian besar disebabkan oleh kelalaian pengemudi dan kecepatan berlebih.
Setelah jenazah korban dibawa ke rumah duka, suasana duka mendalam menyelimuti keluarga. Sang istri tampak lemah, sementara anak-anaknya berusaha menenangkan diri. Mereka hanya berharap pihak berwenang bisa segera menangkap pelaku dan memberikan keadilan yang layak.
“Kami tidak menuntut banyak, hanya ingin pelaku bertanggung jawab. Nyawa suami saya tidak bisa kembali, tapi setidaknya ada keadilan,” ujar istri korban lirih di rumah duka.
Sejumlah rekan tukang becak juga berencana melakukan aksi solidaritas dan doa bersama di lokasi kejadian. Mereka berharap tragedi ini menjadi pelajaran bagi semua pengemudi agar lebih berhati-hati di jalan.
Beberapa hari setelah kejadian, polisi mengonfirmasi bahwa mereka telah mengidentifikasi mobil pelaku melalui rekaman CCTV. Kendaraan tersebut diketahui sempat melaju menuju arah Jalan Setia Budi, lalu menghilang di perempatan besar. Polisi juga telah memeriksa beberapa bengkel di sekitar Medan untuk mencari kemungkinan mobil yang sedang diperbaiki akibat kerusakan benturan.
Kepolisian berjanji akan menindak tegas siapa pun yang terlibat dalam insiden tersebut. “Tidak ada yang kebal hukum. Siapa pun yang melarikan diri setelah menabrak dan menyebabkan korban meninggal dunia akan dijerat pasal berlapis,” tegas salah satu pejabat kepolisian.
Kecelakaan seperti ini memicu kembali perbincangan soal fenomena pengemudi mobil mewah yang kerap bertindak arogan di jalan raya. Tidak sedikit masyarakat yang menilai bahwa sebagian pengemudi merasa kebal hukum hanya karena kendaraan mereka bernilai miliaran rupiah. Padahal, di mata hukum semua orang memiliki tanggung jawab yang sama di jalan raya.
Pakar transportasi dari Universitas Sumatera Utara (USU) menyatakan bahwa kesadaran berlalu lintas masyarakat masih rendah, terutama di kota besar. “Masalahnya bukan hanya pada sarana dan prasarana, tapi pada perilaku pengendara. Banyak yang merasa punya hak lebih hanya karena kendaraannya besar atau mahal,” ujar sang pakar.
Tragedi ini menjadi pengingat keras bagi semua pengguna jalan bahwa keselamatan adalah tanggung jawab bersama. Jalan bukan hanya milik mobil atau motor, tetapi juga bagi pejalan kaki, tukang becak, dan pengendara sepeda. Setiap pengemudi seharusnya memiliki empati terhadap sesama pengguna jalan yang lebih rentan.
Dinas Perhubungan Medan menyatakan akan memasang rambu tambahan serta meningkatkan penerangan di sekitar Pajak USU. Selain itu, kepolisian juga berencana memperbanyak razia malam untuk menekan angka pelanggaran lalu lintas di kawasan tersebut.
Beberapa hari setelah kejadian, warga sekitar bersama komunitas tukang becak menggelar doa bersama di tempat korban terakhir bekerja. Mereka menyalakan lilin dan meletakkan bunga sebagai bentuk penghormatan terakhir. Momen tersebut penuh keharuan dan menjadi simbol solidaritas antarwarga.
“Kami semua berharap, kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Semoga almarhum tenang di sisi Tuhan dan pelakunya segera ditemukan,” ujar salah satu peserta doa bersama.
Kisah tragis tukang becak yang meninggal karena ditabrak mobil mewah di dekat Pajak USU bukan sekadar berita lalu lintas. Ini adalah cerminan nyata tentang ketimpangan sosial, kurangnya empati, dan lemahnya disiplin berkendara. Ketika seorang pekerja kecil kehilangan nyawa di jalan yang sama-sama ia gunakan untuk mencari nafkah, maka sudah sepatutnya seluruh pihak—mulai dari masyarakat, pemerintah, hingga penegak hukum—berbenah.
Hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu, dan keadilan harus berpihak pada mereka yang lemah. Karena di balik roda becak tua itu, ada kisah perjuangan, cinta keluarga, dan harapan yang kini terhenti di tengah jalan.
by : st
https://yokmaju.com/
mikroplastik Hujan di Jakarta kini mengandung bahaya. Para ahli memperingatkan potensi bahaya bagi kesehatan dan…
1: Pentingnya Aktivitas Fisik bagi Anak Muda Aktivitas fisik menjadi fondasi utama bagi kesehatan anak…
Pendahuluan Di tengah meningkatnya kesadaran terhadap lingkungan dan kebutuhan akan sumber protein alternatif, budidaya maggot…
Temukan 10 tumbuhan obat alami di sekitar kita yang terbukti bermanfaat untuk kesehatan. Dari kunyit,…
Indonesia tidak hanya mengekspor rempah, tapi juga mengekspor standar, integritas, dan kepercayaan global.” — Prof.…