TrendingbisnisEkonomi & KeuanganHukum & KriminalInternasional

Kamboja dan Thailand Terlibat Ketegangan Serius

Kamboja dan Thailand Terlibat Ketegangan Serius

Ketegangan antara Kamboja dan Thailand kembali mencuat, terutama di wilayah perbatasan yang selama ini menyimpan sejarah panjang konflik teritorial. Pada akhir Mei 2025, bentrokan bersenjata kecil terjadi di kawasan Chong Bok yang menjadi titik rawan. Seorang prajurit Kamboja tewas dalam insiden tersebut, sementara militer kedua negara segera meningkatkan kehadiran mereka di wilayah yang disengketakan.
Sejak kejadian itu, hubungan diplomatik kedua negara semakin memburuk. Pemerintah Kamboja secara terbuka mengecam tindakan militer Thailand yang dinilai melanggar kesepakatan lama. Di sisi lain, Thailand membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa pasukannya hanya berpatroli di wilayah yang sah secara hukum. Karena itu, kedua belah pihak semakin keras dalam mempertahankan klaim masing-masing.
Lebih lanjut, Kamboja mengambil langkah balasan. Pemerintah negara tersebut melarang impor buah dan sayur dari Thailand, memblokir saluran televisi Thailand, serta membatasi masa tinggal visa warga Thailand. Tindakan tersebut menimbulkan dampak langsung pada ekonomi lintas batas. Banyak pedagang di pasar perbatasan mengeluh karena perdagangan harian terhenti secara tiba-tiba.
Tak berhenti sampai di situ, Thailand juga menutup dua pos lintas batas utama. Selain itu, pihak berwenang Thailand membatasi jam operasi kasino dan memberlakukan larangan terhadap pekerja asal Kamboja. Keputusan ini menciptakan keresahan baru di antara ribuan warga yang menggantungkan hidup mereka dari interaksi lintas negara.
Sementara konflik membara, para pejabat tinggi kedua negara mencoba membuka jalur diplomasi. Pada pertengahan Juni, perwakilan dari Kamboja dan Thailand bertemu dalam forum Joint Boundary Commission (JBC). Mereka membahas empat titik konflik, termasuk kawasan Ta Moan Thom dan Ta Krabei yang pernah menjadi pusat sengketa di masa lalu. Meskipun begitu, hasil pertemuan tersebut belum menunjukkan kemajuan signifikan.
Di sisi lain, dunia internasional mulai memperhatikan perkembangan situasi ini. ASEAN menyerukan kedua negara untuk menahan diri dan menghindari eskalasi lebih lanjut. Namun, suasana politik domestik di masing-masing negara memperumit upaya mediasi. Di Thailand, bocoran rekaman percakapan perdana menteri dengan tokoh Kamboja menimbulkan kontroversi. Akibatnya, partai koalisi utama menarik diri dan memicu krisis politik di dalam negeri.
Kini, masyarakat di sepanjang perbatasan hidup dalam kecemasan. Anak-anak terpaksa berhenti sekolah, banyak keluarga memilih pindah ke daerah yang lebih aman, dan aktivitas ekonomi menjadi lumpuh. Setiap hari, suara helikopter dan kendaraan militer mengisi udara. Penduduk setempat berharap situasi segera membaik, namun mereka tidak melihat tanda-tanda penyelesaian dalam waktu dekat.
Melihat situasi tersebut, langkah konkret dan niat tulus dari kedua pemerintah sangat dibutuhkan. Jika Kamboja dan Thailand terus mempertahankan sikap keras, potensi konflik terbuka sangat besar. Sebaliknya, jika mereka mau duduk bersama dan membahas solusi damai, kawasan Asia Tenggara dapat menghindari ketegangan yang lebih besar. Oleh karena itu, keputusan di minggu-minggu mendatang akan sangat menentukan arah hubungan kedua negara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *