Harga Beras Nasional Melonjak Drastis Jelang Akhir Menjelang akhir Oktober 2025, publik dihebohkan oleh kabar bahwa
Harga Beras Nasional Melonjak Drastis Jelang Akhir Oktober 2025, Pemerintah Gelar Rapat Darurat
Menjelang akhir Oktober 2025, publik dihebohkan oleh kabar bahwa harga beras nasional melonjak drastis di berbagai daerah Indonesia. Kenaikan ini bukan hanya terjadi di pasar tradisional, namun juga di sejumlah platform ritel modern.
Beras, sebagai komoditas pangan utama, memiliki peran vital dalam stabilitas ekonomi dan sosial. Oleh karena itu, lonjakan harga beras nasional menimbulkan kekhawatiran mendalam baik di kalangan masyarakat maupun pelaku industri pangan. Pemerintah pun segera menggelar rapat darurat untuk menanggapi kondisi ini.
Krisis harga beras kali ini disebut sebagai salah satu yang paling signifikan dalam lima tahun terakhir, dipicu oleh berbagai faktor mulai dari anomali cuaca, penurunan produksi, hingga gangguan distribusi nasional.
Salah satu penyebab utama harga beras nasional melonjak drastis jelang akhir Oktober 2025 adalah cuaca ekstrem yang melanda berbagai wilayah sentra produksi padi. Curah hujan yang tinggi di Jawa Tengah dan banjir di Kalimantan Selatan mengakibatkan ribuan hektare sawah gagal panen.
Selain itu, fenomena El Niño yang berkepanjangan sejak awal tahun juga menyebabkan keterlambatan musim tanam di beberapa daerah seperti Sulawesi Selatan dan Lampung. Akibatnya, pasokan beras di pasar menurun signifikan, sementara permintaan tetap tinggi menjelang akhir tahun.
Menurut data Badan Pangan Nasional (Bapanas), produksi beras nasional per Oktober 2025 turun sebesar 8,6% dibanding tahun sebelumnya, memicu tekanan harga yang masif.
Faktor kedua yang menyebabkan harga beras nasional melonjak drastis jelang akhir Oktober 2025 adalah gangguan pada sistem distribusi. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal kuartal IV turut memengaruhi biaya logistik antar daerah.
Transportasi dari wilayah produksi seperti Jawa Timur ke wilayah konsumsi seperti Jakarta dan Sumatera menjadi lebih mahal hingga 15–20%. Selain itu, beberapa jalur distribusi utama sempat terganggu akibat kerusakan infrastruktur jalan pasca banjir di sejumlah daerah.
Ketua Asosiasi Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) menyatakan bahwa kenaikan biaya distribusi menyumbang sekitar 12% terhadap total kenaikan harga beras di pasar nasional
Selain faktor cuaca dan distribusi, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang menipis juga memperparah situasi. Perum Bulog melaporkan bahwa hingga minggu ketiga Oktober 2025, stok beras yang tersedia hanya sekitar 650 ribu ton, jauh di bawah ambang aman 1,2 juta ton.
Penyaluran bantuan pangan dan program stabilisasi harga membuat stok cadangan cepat terkuras. Pemerintah pun terpaksa melakukan importasi beras darurat dari Thailand dan Vietnam untuk menekan gejolak harga di pasar.
Namun, proses impor ini tidak bisa segera dilakukan karena adanya prosedur karantina dan pengawasan mutu pangan, yang memerlukan waktu minimal dua minggu.
Menyadari seriusnya situasi, Presiden Joko Widodo memerintahkan rapat darurat kabinet terbatas pada 26 Oktober 2025 di Istana Negara. Rapat tersebut dihadiri oleh Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, Menteri Keuangan, serta Kepala Bulog.
Hasil rapat menghasilkan tiga langkah cepat:
Operasi Pasar Nasional melalui Bulog untuk menyalurkan beras medium dengan harga subsidi.
Pemberian insentif transportasi bagi distributor dan pengusaha beras untuk menekan biaya logistik.
Importasi beras darurat sebanyak 500 ribu ton dari Vietnam dan Thailand.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat menstabilkan harga beras nasional dalam dua minggu ke depan
Selain itu, pemerintah juga memperluas program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) untuk membantu masyarakat miskin menghadapi kenaikan harga bahan pokok.
Mulai November 2025, setiap Keluarga Penerima Manfaat (KPM) akan menerima tambahan bantuan 10 kg beras per bulan selama tiga bulan ke depan.
Kebijakan ini menjadi bagian dari strategi jangka pendek untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah inflasi pangan yang meningkat akibat harga beras nasional melonjak drastis
Untuk jangka menengah, pemerintah berkomitmen mempercepat revitalisasi sistem irigasi pertanian dan memberikan bantuan benih unggul bagi petani. Program “Gerakan Tanam Padi Serentak” akan digelar pada awal Desember 2025 untuk mempercepat pemulihan produksi.
Menteri Pertanian menegaskan bahwa ketahanan pangan nasional hanya bisa dicapai dengan meningkatkan efisiensi dan produktivitas petani lokal.
Lonjakan harga beras nasional telah memberikan dampak langsung terhadap tingkat inflasi nasional. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada Oktober 2025, inflasi pangan mencapai 4,3%, didorong oleh kenaikan harga beras hingga 18% dalam sebulan.
Bagi masyarakat berpenghasilan rendah, kenaikan harga ini berdampak besar pada pengeluaran harian. Sebagian rumah tangga mulai beralih ke beras kualitas rendah atau mengurangi konsumsi untuk menyesuaikan anggaran.
Para pedagang kecil dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sektor kuliner turut merasakan dampaknya. Kenaikan harga bahan baku utama membuat harga produk ikut naik, sementara permintaan menurun.
Sebagai contoh, pedagang nasi uduk di Jakarta mengaku harus menaikkan harga jual dari Rp10.000 menjadi Rp12.000 per porsi untuk menutupi biaya tambahan.
Kenaikan harga beras nasional yang melonjak drastis jelang akhir Oktober 2025 juga menimbulkan kekhawatiran akan instabilitas sosial. Isu kelangkaan pangan menjadi sensitif menjelang tahun politik 2026, di mana kepercayaan publik terhadap pemerintah menjadi taruhan.
Pemerintah pun meningkatkan koordinasi lintas kementerian untuk memastikan ketersediaan beras di seluruh daerah, terutama di wilayah Timur Indonesia yang rawan distribusi.
Menariknya, harga beras nasional Indonesia kini tercatat lebih tinggi dibandingkan beberapa negara ASEAN. Berdasarkan data FAO dan ASEAN Rice Market Report (Oktober 2025):
Indonesia: Rp14.200/kg (beras medium)
Vietnam: Rp11.800/kg
Thailand: Rp12.300/kg
Filipina: Rp13.000/kg
Perbedaan ini menunjukkan adanya biaya produksi dan distribusi domestik yang masih relatif tinggi. Pemerintah diharapkan mampu mengefisienkan rantai pasok pangan nasional untuk menjaga daya saing.
Implementasi sistem digitalisasi rantai pasok beras dapat meningkatkan transparansi harga dan stok di pasar. Pemerintah tengah mengembangkan platform “Satu Data Pangan Nasional” untuk memantau harga di seluruh daerah secara real time.
Langkah ini diharapkan mampu mendeteksi potensi kelangkaan lebih cepat sehingga pemerintah bisa mengambil tindakan preventif sebelum harga melonjak.
Investasi dalam teknologi pertanian seperti drone pemupukan, sensor tanah, dan irigasi pintar harus diperluas ke tingkat daerah. Dengan peningkatan produktivitas, pasokan beras nasional akan lebih stabil meski menghadapi perubahan iklim.
Program kerja sama dengan perguruan tinggi pertanian dan lembaga riset pangan juga dapat mempercepat inovasi.
Kebijakan impor sebaiknya bersifat adaptif dan berbasis data, bukan reaktif. Dengan demikian, stok cadangan nasional dapat dijaga tanpa harus menunggu kondisi darurat.
Selain itu, kolaborasi antar negara ASEAN dalam ASEAN Food Security Reserve Agreement (AFSRA) perlu diperkuat agar setiap negara dapat saling membantu saat krisis pangan melanda.
Kenaikan harga beras nasional yang melonjak drastis jelang akhir Oktober 2025 merupakan peringatan serius akan pentingnya ketahanan pangan dan manajemen pasokan.
Kombinasi cuaca ekstrem, distribusi terganggu, dan stok menipis memperlihatkan bahwa pangan adalah sektor strategis yang memerlukan perhatian berkelanjutan. Pemerintah telah mengambil langkah cepat melalui rapat darurat, operasi pasar, dan impor beras darurat. Namun, solusi jangka panjang tetap harus diarahkan pada kemandirian produksi domestik.
Dengan kerja sama antara pemerintah, petani, dan masyarakat, diharapkan stabilitas harga beras nasional dapat kembali tercapai, menjaga daya beli rakyat, dan memastikan tidak ada keluarga Indonesia yang kekurangan pangan.
https://yokmaju.com/
KA anjlok di Bekasi picu kekacauan, ribuan penumpang terjebak, dan jadwal perjalanan Jakarta–Bekasi kacau total…
1. Pendahuluan: Nikel dan Era Kendaraan Listrik Dalam dekade terakhir, dunia bergerak cepat menuju transisi…
Daun sirih dikenal sebagai antiseptik alami yang mujarab. Namun, konsumsi air rebusannya setiap hari harus…
Kondisi Terkini Wanita Korban Tembak Begal di Tambora: Pulih dari Luka Dada, Pelaku Dirawat di…
Pertemuan Mendadak Sebelum Keberangkatan Presiden Prabowo Subianto kembali menunjukkan gaya kepemimpinan tegas dan responsif. Prabowo…