GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) atau penyakit refluks gastroesofagus adalah kondisi medis kronis yang terjadi ketika asam lambung secara terus-menerus naik ke kerongkongan (esofagus). Walaupun kerap dianggap sepele, GERD dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik. Di Indonesia, penyakit ini sering dikaitkan dengan gaya hidup tidak sehat, stres, dan pola makan yang buruk.
Artikel ini akan mengulas secara lengkap mengenai GERD: mulai dari definisi, penyebab, gejala, faktor risiko, komplikasi, diagnosis, hingga cara pengobatan dan pencegahannya.
GERD adalah gangguan pencernaan kronis yang terjadi ketika katup antara kerongkongan dan lambung (disebut sfingter esofagus bawah) tidak berfungsi dengan baik. Ketika katup ini melemah atau terbuka pada waktu yang tidak tepat, asam lambung bisa naik ke kerongkongan dan menyebabkan berbagai gejala tidak nyaman, seperti nyeri ulu hati (heartburn), regurgitasi asam, dan rasa pahit di mulut.
Naiknya asam lambung ke kerongkongan secara berulang tidak hanya menyebabkan rasa tidak nyaman, tetapi juga bisa merusak jaringan kerongkongan dan menyebabkan komplikasi seperti esofagitis, striktur (penyempitan kerongkongan), bahkan kondisi prakanker seperti Barrett’s esophagus.
Gejala GERD bisa ringan hingga berat, dan sering kali menyerupai gangguan kesehatan lainnya. Beberapa gejala umum GERD meliputi:
Nyeri ulu hati (heartburn) – Sensasi panas atau terbakar di dada, terutama setelah makan atau saat berbaring.
Regurgitasi – Naiknya asam atau makanan dari lambung ke kerongkongan atau mulut.
Rasa asam atau pahit di mulut.
Kesulitan menelan (disfagia).
Batuk kronis.
Suara serak atau sakit tenggorokan kronis.
Perasaan ada benjolan di tenggorokan.
Mual atau muntah.
Sakit dada yang bisa menyerupai serangan jantung.
Penting untuk membedakan nyeri dada akibat GERD dan yang disebabkan oleh masalah jantung. Jika nyeri dada disertai sesak napas, nyeri menjalar ke lengan kiri, dan keringat dingin, segeralah cari pertolongan medis.
Penyebab utama GERD adalah melemahnya otot sfingter esofagus bawah, namun ada berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena GERD:
Obesitas – Tekanan pada perut mendorong asam lambung naik ke atas.
Kebiasaan makan berlebihan atau makan larut malam.
Mengonsumsi makanan pemicu seperti makanan pedas, berlemak, cokelat, kopi, alkohol, dan minuman berkarbonasi.
Merokok – Nikotin dapat melemahkan sfingter esofagus.
Kehamilan – Hormon dan tekanan pada perut saat hamil bisa memicu refluks.
Stres dan kecemasan – Mempengaruhi produksi asam lambung dan fungsi saluran pencernaan.
Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti NSAID, aspirin, obat tekanan darah, dan obat penenang.
Jika tidak ditangani, GERD dapat menyebabkan komplikasi serius:
Esofagitis – Peradangan pada lapisan kerongkongan akibat iritasi asam.
Striktur esofagus – Jaringan parut menyebabkan penyempitan kerongkongan, membuat sulit menelan.
Barrett’s Esophagus – Perubahan sel di kerongkongan yang dapat berkembang menjadi kanker.
Kanker esofagus – Meskipun jarang, GERD kronis dapat meningkatkan risiko kanker, terutama adenokarsinoma esofagus.
Masalah pernapasan – Seperti asma, bronkitis kronis, dan pneumonia aspirasi.
Dokter biasanya mendiagnosis GERD berdasarkan gejala, tetapi untuk memastikan, beberapa pemeriksaan dapat dilakukan:
Endoskopi – Untuk melihat kondisi kerongkongan dan lambung secara langsung.
Tes pH esofagus – Mengukur seberapa sering dan berapa lama asam lambung naik ke kerongkongan.
Manometri esofagus – Mengukur kekuatan dan koordinasi otot esofagus.
Foto rontgen saluran cerna atas – Mengidentifikasi adanya hernia hiatus atau masalah lain.
Penanganan GERD bertujuan untuk mengurangi gejala, menyembuhkan esofagitis, dan mencegah komplikasi. Pengobatan bisa bersifat konservatif hingga operatif, tergantung pada tingkat keparahan.
Menurunkan berat badan jika obesitas.
Menghindari makanan dan minuman pemicu.
Tidak berbaring setelah makan (tunggu minimal 2-3 jam).
Makan dalam porsi kecil dan lebih sering.
Meninggikan posisi kepala saat tidur.
Menghentikan merokok dan alkohol.
Antasida – Menetralkan asam lambung.
H2 Blocker – Mengurangi produksi asam (misal: ranitidine, famotidine).
PPI (Proton Pump Inhibitor) – Obat utama GERD, bekerja lebih efektif menghambat produksi asam (misal: omeprazole, lansoprazole, pantoprazole).
Obat prokinetik – Membantu mempercepat pengosongan lambung dan memperkuat sfingter esofagus.
Jika terapi obat tidak efektif atau ada komplikasi berat, prosedur bedah seperti fundoplikasi Nissen bisa dilakukan untuk memperkuat sfingter esofagus.
Mencegah GERD sangat berkaitan dengan pola hidup sehat. Berikut tips sederhana yang bisa diterapkan:
Makan secara teratur dan tidak berlebihan.
Hindari makanan pedas, asam, berlemak, dan berkafein secara berlebihan.
Jangan langsung tidur setelah makan.
Olahraga secara rutin.
Kendalikan stres dan kecemasan.
Tidur dengan posisi kepala lebih tinggi dari dada.
Hindari pakaian ketat di area perut.
GERD adalah kondisi yang umum, namun dampaknya bisa signifikan terhadap kualitas hidup jika tidak ditangani dengan benar. Gejala seperti heartburn dan regurgitasi asam tidak boleh diabaikan, terutama jika terjadi lebih dari dua kali seminggu. Diagnosis dini dan pengelolaan yang tepat — mulai dari perubahan gaya hidup hingga pengobatan — dapat mencegah komplikasi serius.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala GERD yang berulang, sebaiknya konsultasikan dengan dokter spesialis penyakit dalam atau gastroenterologi untuk evaluasi lebih lanjut.
Piala Dunia 2026 tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga ikut terseret ke dalam isu politik…
Di balik tanah yang basah dan berlapis lumut, di lorong-lorong gelap yang tak pernah disentuh…
Kolagen atau protein struktural adalah protein utama dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai perekat alami…
Pendahuluan Fenomena perjudian online (judol) kian marak di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Jakarta Barat (Jakbar).…
"Negara ASEAN tidak hanya kaya budaya dan sejarah, tetapi juga menghadirkan fenomena menarik seperti pertumbuhan…
“Duduk seharian bukan alasan untuk pasif. Dengan gerakan kecil, tubuh tetap bugar dan pikiran segar…