Pada Jumat pagi yang tampak tenang itu, suasana mendadak berubah mencekam ketika gempa bumi mengguncang wilayah Pulau Karatung dan Padang Panjang. Getaran yang terjadi sekitar pukul 07.43 WIB itu sontak membuat warga berhamburan keluar rumah dengan rasa panik dan cemas. Tidak hanya itu, sejumlah aktivitas di perkantoran dan sekolah turut terhenti mendadak karena guncangan yang cukup keras terasa selama beberapa detik. Oleh karena itu, banyak warga yang dengan sigap berlari ke luar gedung untuk menyelamatkan diri. Sementara itu, jalan-jalan utama di beberapa kawasan mengalami retakan serius, yang langsung memicu kekhawatiran terhadap keselamatan infrastruktur publik. Bahkan, sebagian besar masyarakat memilih tetap berada di luar rumah sepanjang hari karena takut akan adanya gempa susulan. Kemudian, pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) segera mengonfirmasi bahwa gempa tersebut berkekuatan magnitudo 6,2 dan berpusat di kedalaman 10 km di bawah laut, sekitar 85 km barat daya Pulau Karatung.Dengan cepat, pemerintah daerah segera mengerahkan tim tanggap darurat untuk melakukan pendataan terhadap korban maupun kerusakan. Selain itu, sejumlah rumah warga mengalami retak-retak di dinding, bahkan beberapa bangunan semi permanen roboh total. Tidak hanya kerusakan bangunan, namun saluran air bersih pun turut terdampak sehingga membuat distribusi air menjadi terganggu di beberapa kawasan. Karena itu, pasokan air bersih kini menjadi prioritas dalam bantuan logistik awal yang diberikan. Di sisi lain, aktivitas ekonomi warga pun ikut lumpuh untuk sementara waktu. Para pedagang di pasar memilih untuk tidak membuka lapak mereka karena khawatir dengan keselamatan. Sementara itu, jalur distribusi barang kebutuhan pokok sedikit tersendat akibat kerusakan jalan dan jembatan kecil yang menghubungkan antarkampung. Kendati demikian, pemerintah pusat menjanjikan akan memberikan bantuan logistik serta dana rehabilitasi dalam waktu dekat. Terlebih lagi, sejumlah sekolah dan kantor pemerintahan memutuskan untuk menunda kegiatan selama beberapa hari ke depan demi memastikan keamanan bangunan. Dalam kondisi seperti ini, kerjasama antarlembaga dan kesadaran masyarakat menjadi faktor kunci dalam percepatan pemulihan pascabencana. Berbarengan dengan itu, posko pengungsian pun dibangun di beberapa titik aman untuk menampung warga yang rumahnya rusak berat. Tak kalah penting, edukasi tentang mitigasi bencana kembali digencarkan agar masyarakat lebih siap dalam menghadapi potensi gempa di masa mendatang. Maka dari itu, keberadaan simulasi evakuasi, pelatihan tanggap darurat, dan sistem informasi gempa yang akurat menjadi sangat krusial