Pada Rabu malam, 20 Agustus 2025, warga Bekasi dikejutkan oleh gempa bumi yang cukup kuat mengguncang wilayah padat penduduk tersebut. Gempa yang terjadi sekitar pukul 21.45 WIB ini menimbulkan kepanikan, terutama di daerah pusat kota dan kawasan perumahan padat.
Berdasarkan laporan BMKG, gempa tersebut berkekuatan magnitudo 5,4 dengan pusat gempa berada di kedalaman dangkal sekitar 15 km dari permukaan tanah. Getaran dirasakan hingga Jakarta, Depok, dan sebagian Tangerang, membuat banyak warga berhamburan keluar rumah.
Seorang warga Bekasi Timur bernama Adi (34) mengaku merasakan getaran cukup lama, sekitar 10-15 detik. “Awalnya saya kira hanya truk besar yang lewat, tapi ternyata gempa. Lantai rumah bergetar hebat, dan kami sekeluarga langsung lari ke luar rumah,” ujarnya.
Gempa Bekasi 20 Agustus 2025 menimbulkan kerusakan pada sejumlah bangunan. Beberapa rumah warga mengalami retakan parah di dinding, bahkan ada yang roboh. Pusat perbelanjaan di kawasan Bekasi Barat sempat dievakuasi karena plafon runtuh sebagian.
Selain itu, sekolah-sekolah di Bekasi Timur melaporkan adanya kerusakan ringan hingga sedang pada bangunan, yang mengakibatkan kegiatan belajar mengajar harus dihentikan sementara. Data Dinas Pendidikan Kota Bekasi mencatat ada sekitar 25 sekolah yang terdampak, sebagian besar mengalami retakan dinding.
Salah satu masjid di Kecamatan Jatiasih juga mengalami kerusakan di bagian kubah, sehingga aktivitas ibadah harus dipindahkan sementara.
Salah satu dampak terbesar dari gempa Bekasi 20 Agustus 2025 adalah terganggunya layanan Kereta Rel Listrik (KRL). Jalur rel sempat dihentikan operasionalnya karena ada laporan kerusakan kecil pada jalur dan sistem kelistrikan. Ribuan penumpang sempat tertahan di stasiun-stasiun utama seperti Stasiun Bekasi dan Stasiun Kranji.
Seorang penumpang bernama Rina (28) mengatakan, “Kami sudah menunggu hampir dua jam. Awalnya tidak ada informasi jelas, hanya diumumkan bahwa perjalanan dihentikan karena alasan keamanan.”
PT KAI Commuter langsung melakukan pengecekan jalur untuk memastikan keamanan perjalanan, sehingga perjalanan KRL mengalami keterlambatan signifikan selama beberapa jam. Peristiwa ini menambah kerugian ekonomi, karena ribuan pekerja tidak bisa pulang tepat waktu.
Tak hanya KRL, layanan kereta cepat Whoosh juga sempat terganggu akibat gempa. Sistem sensor keamanan otomatis menghentikan operasi untuk mengantisipasi risiko kecelakaan. Para penumpang yang sudah berada di dalam kereta sempat menunggu lebih dari satu jam sebelum perjalanan kembali dilanjutkan.
Seorang penumpang Whoosh yang hendak menuju Bandung, Dimas (41), mengaku kecewa namun tetap bersyukur karena keamanan diprioritaskan. “Meskipun harus menunggu lama, saya lebih memilih selamat. Sistem keamanan ini sangat membantu mencegah hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.
Warga Bekasi mengaku panik saat gempa terjadi. Banyak yang keluar rumah tanpa sempat membawa barang penting. Media sosial dipenuhi dengan video dan foto suasana kepanikan, mulai dari orang-orang yang berlarian keluar dari pusat perbelanjaan hingga antrean panjang di jalanan.
Di beberapa kawasan perumahan, terlihat warga menginap di luar rumah karena khawatir terjadi gempa susulan. Fenomena ini mirip dengan kejadian di daerah rawan gempa lainnya seperti di Jawa Barat dan Sumatera.
“Anak-anak saya menangis ketakutan. Kami memilih tidur di mobil malam itu karena khawatir bangunan rumah tidak aman,” tutur Siti (39), warga Rawalumbu.
Pemerintah Kota Bekasi segera menurunkan tim BPBD, pemadam kebakaran, dan aparat keamanan untuk melakukan evakuasi serta pengecekan kerusakan. Rumah sakit juga bersiaga menerima pasien dengan luka-luka ringan akibat tertimpa reruntuhan.
BMKG menghimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi gempa susulan, meski kemungkinan tidak sebesar gempa utama. Pemerintah juga menyiapkan posko darurat di beberapa titik untuk menampung warga yang rumahnya terdampak parah.
Wali Kota Bekasi dalam pernyataannya menyampaikan bahwa pemerintah akan melakukan perbaikan infrastruktur sesegera mungkin. “Kami mengutamakan keselamatan warga. Posko bantuan sudah kami buka di beberapa kecamatan, dan bantuan logistik mulai disalurkan,” katanya.
Menurut Dr. Andi Nugroho, ahli seismologi BMKG, gempa ini kemungkinan besar dipicu oleh pergerakan sesar lokal yang belum banyak terpetakan. “Wilayah Bekasi memang jarang menjadi pusat gempa, namun bukan berarti aman. Ada sesar-sesar kecil yang berpotensi menimbulkan gempa menengah seperti ini,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa warga Jabodetabek harus mulai meningkatkan kesadaran terhadap ancaman gempa bumi. Infrastruktur perkotaan yang semakin padat membuat potensi kerugian lebih besar jika terjadi gempa di kemudian hari.
Kerugian akibat gempa Bekasi 20 Agustus 2025 diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Kerusakan bangunan, terganggunya transportasi, serta aktivitas ekonomi yang lumpuh sementara menjadi penyebab utama.
Pusat perbelanjaan besar di Bekasi Selatan melaporkan kerugian hingga Rp 10 miliar akibat kerusakan fasilitas dan penurunan jumlah pengunjung. Sementara itu, pengusaha kecil di sekitar stasiun Bekasi mengaku kehilangan pendapatan karena jalur KRL sempat lumpuh.
Selain itu, trauma psikologis warga juga menjadi perhatian, terutama bagi anak-anak yang mengalami ketakutan mendalam. Pemerintah merencanakan program rehabilitasi dan pemulihan untuk masyarakat terdampak, termasuk konseling massal di sekolah-sekolah.
Seorang guru SMP di Bekasi Utara, Yuli (30), menceritakan pengalamannya saat gempa. “Saya sedang memeriksa tugas murid ketika tiba-tiba meja bergetar. Kaca jendela pecah, dan saya langsung menyuruh semua orang keluar. Untungnya tidak ada yang cedera serius,” ujarnya.
Sementara itu, seorang pedagang kaki lima di kawasan Bekasi Barat bernama Sarman (50) mengalami kerugian karena gerobaknya tertimpa puing bangunan. “Ini modal saya satu-satunya. Saya harap ada bantuan agar bisa berjualan lagi,” katanya dengan nada sedih.
Gempa Bekasi 20 Agustus 2025 menjadi pengingat penting tentang perlunya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Infrastruktur perkotaan perlu dibangun lebih tahan gempa, sistem transportasi harus memiliki mitigasi yang lebih cepat, dan masyarakat harus dilatih untuk lebih tanggap darurat.
Para pakar menekankan bahwa wilayah Jabodetabek tidak boleh menganggap enteng risiko gempa bumi, meskipun selama ini jarang terjadi gempa besar. Simulasi bencana dan edukasi kebencanaan harus rutin dilakukan di sekolah, kantor, maupun permukiman.
Gempa Bekasi 20 Agustus 2025 meninggalkan luka mendalam bagi warga, meskipun tidak menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar. Namun, dampaknya pada infrastruktur, transportasi, dan psikologis masyarakat tidak bisa diremehkan. Peristiwa ini seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah dan masyarakat untuk lebih siap menghadapi bencana di masa mendatang.
Kesiapsiagaan, kesadaran, dan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci agar kejadian serupa tidak lagi menimbulkan kepanikan yang berkepanjangan.
by : st
Salah satu bentuk obat yang paling sering digunakan dalam dunia medis adalah painkiller atau obat…
Jakarta Timnas Rusia dipastikan tidak bisa tampil di Piala Dunia 2026. Tuan rumah Piala Dunia…
Indonesia kembali dihadapkan pada isu energi yang mengejutkan publik. Kabar bahwa tiga raksasa energi global,…
Bulan purnama adalah salah satu fenomena alam yang sejak dahulu kala selalu memikat perhatian manusia.
Gaya hidup modern yang serba cepat sering membuat banyak orang kurang bergerak. Padahal, aktivitas fisik…
Urap sayuran adalah salah satu hidangan tradisional khas Nusantara yang sangat digemari. Sajian ini terkenal…