Jakarta, 22 September 2025 – Situasi kemanusiaan di GAZA semakin mengkhawatirkan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laporan terbarunya menyatakan bahwa wilayah utara GAZA kini menghadapi krisis pangan dan bahan bakar yang paling parah sejak konflik meletus tahun lalu. Kekurangan suplai makanan, air bersih, hingga energi membuat lebih dari 2 juta penduduk berada dalam kondisi hidup yang nyaris tidak layak.
PBB menyebutkan bahwa jika tidak ada tindakan cepat dalam hitungan minggu, GAZA berpotensi mengalami bencana kemanusiaan terbesar dalam satu dekade terakhir.
Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Timur Tengah menegaskan bahwa GAZA utara saat ini sudah mencapai titik nadir. Gudang makanan kosong, distribusi terhenti, dan bahan bakar yang biasanya dipakai untuk rumah sakit maupun pompa air hampir habis.
“Situasi di GAZA sudah sangat kritis. Anak-anak tidur dalam keadaan lapar, rumah sakit beroperasi dengan listrik darurat, dan warga terpaksa berjalan puluhan kilometer untuk mendapatkan sebotol air bersih,” ungkap laporan resmi PBB.
PBB menyerukan agar semua pihak segera membuka akses kemanusiaan tanpa syarat, khususnya untuk suplai makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.
Bahan bakar menjadi isu paling vital di GAZA. Tanpa bahan bakar:
Rumah sakit tidak bisa mengoperasikan mesin medis.
Truk bantuan tidak bisa mengirim logistik.
Pompa air tidak bisa berfungsi.
Listrik darurat tidak menyala.
Menurut data PBB, cadangan bahan bakar di GAZA utara tinggal cukup untuk 2–3 hari saja. Setelah itu, seluruh sistem layanan publik diperkirakan akan lumpuh total.
Seorang dokter di rumah sakit Beit Hanoun berkata:
“Kami sedang memilih pasien mana yang harus kami selamatkan lebih dulu. Jika listrik mati, banyak nyawa akan hilang, terutama bayi di inkubator dan pasien ICU.”
Krisis pangan di GAZA juga mencapai level membahayakan. Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan bahwa lebih dari 70% keluarga di GAZA hanya makan sekali sehari, itu pun dengan porsi sangat minim.
Banyak warga yang terpaksa memakan makanan hewan atau mencari dedaunan untuk bertahan hidup. Laporan lapangan menunjukkan antrean panjang ribuan orang hanya untuk mendapatkan sepotong roti.
Anak-anak paling terdampak. Tingkat malnutrisi melonjak, dengan gejala mulai dari berat badan turun drastis hingga gangguan perkembangan. UNICEF memperingatkan bahwa GAZA bisa kehilangan satu generasi anak akibat gizi buruk yang ekstrem.
Krisis di GAZA bukan hanya angka di atas kertas. Cerita nyata dari warga setempat menggambarkan penderitaan yang luar biasa:
Fatimah (38 tahun), seorang ibu lima anak di GAZA utara, mengatakan keluarganya sudah dua minggu tidak makan daging. Anak-anaknya hanya diberi air bercampur tepung untuk menahan lapar.
Yusuf (17 tahun) terpaksa berhenti sekolah karena harus mencari kayu bakar dan air bersih sejauh 10 km setiap hari.
Di banyak desa, sumur-sumur sudah kering, sementara warga bergantung pada truk tangki bantuan yang jarang datang.
Bagi warga GAZA, setiap hari adalah perjuangan antara hidup dan mati.
Meski PBB dan berbagai lembaga kemanusiaan sudah bersiap mengirim suplai, jalur masuk ke GAZA masih dipenuhi hambatan politik. Perbatasan ditutup rapat, sementara otoritas yang terlibat saling menyalahkan.
Israel menuduh kelompok bersenjata di GAZA menyalahgunakan bahan bakar untuk keperluan militer.
Pihak lokal menegaskan bahwa semua bahan bakar dan pangan murni digunakan untuk bertahan hidup warga sipil.
Negara-negara donor merasa frustrasi karena truk bantuan mereka tertahan di perbatasan tanpa bisa masuk.
Seorang diplomat PBB menyebut kondisi ini sebagai “penyanderaan kemanusiaan” di abad modern.
Berbagai negara dan organisasi internasional kini menyoroti krisis di GAZA. Media global memuat foto-foto memilukan: anak-anak kurus dengan perut kembung, rumah sakit gelap gulita, dan ibu-ibu menangis memegang anak kelaparan.
Tagar #SaveGaza dan #PrayForGaza menjadi tren di berbagai platform media sosial. Ribuan netizen mendesak komunitas internasional untuk menghentikan penderitaan rakyat GAZA.
Bahkan beberapa selebriti dunia ikut bersuara. Penyanyi internasional dan atlet papan atas menggunakan platform mereka untuk menggalang dana dan menyebarkan kesadaran.
Jika krisis ini tidak segera ditangani, dampaknya bisa sangat fatal:
Kematian Massal – terutama bayi, anak-anak, dan lansia yang paling rentan.
Penyakit Menular – karena air bersih langka, risiko wabah kolera, diare, dan penyakit kulit meningkat.
Trauma Psikologis – generasi muda GAZA akan tumbuh dengan trauma perang dan kelaparan.
Ketidakstabilan Politik Regional – kondisi ini bisa memicu konflik lebih luas di Timur Tengah.
Sekretaris Jenderal PBB menekankan bahwa dunia tidak boleh menutup mata. “Setiap anak yang meninggal karena lapar di GAZA adalah kegagalan kolektif kemanusiaan,” ujarnya.
Organisasi kemanusiaan mendesak negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, hingga negara-negara Arab, untuk segera menekan semua pihak agar membuka akses bantuan.
Menurut mereka, GAZA bukan sekadar isu politik, tetapi tragedi kemanusiaan yang membutuhkan tindakan nyata sekarang juga.
Krisis pangan dan bahan bakar di GAZA utara kini berada di titik paling mengkhawatirkan. PBB telah mengeluarkan peringatan keras bahwa tanpa intervensi segera, jutaan nyawa bisa melayang.
Laporan ini bukan hanya sekadar data, tetapi cermin dari penderitaan manusia yang nyata. Dunia dituntut untuk memilih: tetap diam atau bergerak menyelamatkan rakyat GAZA.
Satu hal yang pasti, sejarah akan mencatat bagaimana komunitas internasional merespons tragedi ini.
Salah satu bentuk obat yang paling sering digunakan dalam dunia medis adalah painkiller atau obat…
Jakarta Timnas Rusia dipastikan tidak bisa tampil di Piala Dunia 2026. Tuan rumah Piala Dunia…
Indonesia kembali dihadapkan pada isu energi yang mengejutkan publik. Kabar bahwa tiga raksasa energi global,…
Bulan purnama adalah salah satu fenomena alam yang sejak dahulu kala selalu memikat perhatian manusia.
Gaya hidup modern yang serba cepat sering membuat banyak orang kurang bergerak. Padahal, aktivitas fisik…
Urap sayuran adalah salah satu hidangan tradisional khas Nusantara yang sangat digemari. Sajian ini terkenal…