Petugas medis mengevakuasi puluhan siswa di Banyuwangi yang diduga keracunan minuman MBG di dua sekolah, suasana panik mewarnai ruang kelas
Banyuwangi, 26 Oktober 2025 β Suasana dua sekolah di Kabupaten Banyuwangi mendadak mencekam pada Kamis siang, ketika puluhan siswa mengalami gejala keracunan massal usai mengonsumsi minuman berenergi merek MBG. Dalam hitungan jam, ruang kelas berubah menjadi arena panik: 41 siswa dilarikan ke rumah sakit dengan keluhan serupa β mual, pusing, dan muntah hebat.
Kasus ini sontak menjadi sorotan nasional, menimbulkan pertanyaan besar: apakah minuman yang seharusnya memberi tenaga justru membawa petaka?
Peristiwa bermula di SDN 2 Srono dan SMPN 1 Srono, dua sekolah yang berjarak hanya sekitar 450 meter. Sekitar pukul 10.20 WIB, beberapa siswa terlihat membeli minuman MBG dari warung depan sekolah. Tak lama berselang, seorang siswi kelas 5 tiba-tiba terkulai lemas di kelas.
Hanya dalam waktu 10 menit, lebih dari 20 siswa menunjukkan gejala serupa: pucat, mual, dan sebagian muntah di ruang kelas.
Guru panik. Proses belajar dihentikan. Kepala sekolah langsung menghubungi Puskesmas Srono untuk meminta bantuan medis darurat.
Petugas datang dengan 3 unit ambulans dan membawa para siswa ke dua fasilitas kesehatan berbeda, yaitu Puskesmas Srono dan RS Blambangan.
βAnak-anak mulai jatuh satu per satu. Awalnya kami kira kelelahan, tapi setelah banyak yang pingsan, kami sadar ini serius,β
ujar Siti Mariam (42), guru kelas 6 yang menyaksikan langsung kejadian tersebut.
Data sementara Dinas Kesehatan Banyuwangi menunjukkan bahwa jumlah siswa yang terdampak mencapai 41 orang dari dua sekolah berbeda β terdiri dari 27 siswa SD dan 14 siswa SMP.
Sebanyak 16 siswa dirawat inap karena mengalami dehidrasi berat, sementara 25 lainnya diobservasi intensif di rumah.
Dari hasil pengamatan medis awal, ditemukan gejala umum berupa:
85% mengalami muntah hebat,
73% mengeluh pusing dan keringat dingin,
25% sempat kehilangan kesadaran ringan.
βKami menduga kuat sumbernya berasal dari satu jenis minuman kemasan yang dikonsumsi bersamaan,β
kata dr. Luh Putu Ardani, Kepala Puskesmas Srono.
Tim gabungan dari Dinas Kesehatan, BPOM Banyuwangi, dan Polresta Banyuwangi segera turun ke lapangan. Dari hasil pemeriksaan di dua lokasi sekolah dan warung sekitar, ditemukan 19 botol MBG dengan kode produksi yang sama.
Sebagian botol masih tersisa setengah isi, dan ketika dibuka, aroma asam tajam tercium menyengat.
Pihak BPOM segera mengambil 10 sampel minuman MBG untuk diuji di laboratorium Surabaya. Dugaan sementara mengarah pada kontaminasi bakteri atau bahan kimia berlebih, namun hasil resmi laboratorium baru akan keluar dalam 7 hari ke depan.
βKami menelusuri kemungkinan adanya cacat produksi atau penyimpanan yang tidak sesuai suhu standar, karena produk yang sama dikirim ke beberapa daerah,β
jelas Kompol Dedi Santoso, Kasat Reskrim Polresta Banyuwangi.
Sebagai langkah cepat, Dinas Pendidikan Banyuwangi mengumumkan penutupan sementara dua sekolah tersebut selama 2 hari untuk proses sterilisasi dan pendampingan siswa.
Sementara itu, 1 warung tempat penjualan minuman MBG resmi disegel polisi karena dianggap menjual produk tanpa izin edar yang jelas.
Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, H. Mulyono, menyebut langkah ini perlu diambil demi menjaga keselamatan anak-anak.
βKami tidak bisa ambil risiko. Lebih baik libur dua hari daripada ada korban tambahan,β tegasnya.
Penelusuran lebih dalam mengungkap fakta mengejutkan.
Ternyata, minuman berenergi MBG ini sudah tiga kali dilaporkan menimbulkan efek mual pada konsumen di daerah Genteng (2 kasus) dan Cluring (1 kasus), namun belum sempat ditindaklanjuti.
Semua laporan masuk sejak Agustus hingga Oktober 2025, tetapi baru sekarang kasusnya menjadi insiden massal terbesar di Jawa Timur tahun ini.
BPOM mengakui, produk MBG termasuk merek baru yang mulai beredar luas sejak awal 2025 dengan target pasar pelajar dan pekerja lapangan. Namun, izin edar resminya masih dalam proses perpanjangan.
Kisah pilu datang dari Sulastri (37), orang tua salah satu korban di SDN 2 Srono.
Ia menuturkan anaknya, Rafi (11), hanya sempat meminum MBG beberapa teguk sebelum tiba-tiba muntah di halaman sekolah.
βAnak saya beli karena botolnya warna mencolok dan katanya bikin kuat belajar. Baru diminum sedikit langsung muntah,β ujarnya dengan suara bergetar.
Kisah serupa disampaikan Ahmad Fauzi (40), wali murid SMPN 1 Srono.
Ahli pangan dan toksikologi dari Universitas Airlangga, Prof. Dr. Hadi Suryana, menjelaskan bahwa kasus seperti ini sering terjadi akibat penambahan kafein dan taurin berlebih tanpa pengawasan produksi ketat.
Selain itu, penyimpanan di bawah sinar matahari dapat menyebabkan reaksi kimia berbahaya antara gula dan zat pengawet, menghasilkan racun ringan seperti formaldehida.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, menggelar konferensi pers darurat malam itu.
Dalam keterangannya, pemerintah akan melakukan penarikan sementara produk MBG dari seluruh warung sekolah di kabupaten tersebut.
βKami tidak main-main. Lebih dari 41 anak sudah jadi korban. Kami minta pengawasan ketat terhadap semua produk minuman anak,β tegasnya.
Kementerian Kesehatan RI pun ikut turun tangan, menginstruksikan seluruh Dinas Kesehatan daerah untuk melakukan inspeksi mendadak ke lebih dari 8.000 sekolah dasar dan menengah di Indonesia yang menjual minuman berenergi.
Hasil investigasi sementara menyebutkan bahwa produk MBG diproduksi oleh PT Mutiara Beverage Group (MBG Indonesia), perusahaan yang berdiri di Bekasi sejak 2022.
Pihak perusahaan mengklaim telah memenuhi semua standar keamanan pangan, namun polisi menemukan ketidaksesuaian data izin edar dan nomor BPOM pada beberapa kemasan.
Jika terbukti bersalah, perusahaan bisa dijerat dengan:
Pasal 62 Ayat (1) UU Perlindungan Konsumen β ancaman 5 tahun penjara,
dan Pasal 142 UU Pangan No. 18/2012 β denda maksimal Rp10 miliar.
βKami akan pastikan proses hukum berjalan. Tidak boleh ada produk berbahaya beredar di lingkungan anak sekolah,β kata Kapolresta Banyuwangi, AKBP Heri Kusuma.
| Waktu | Kejadian | Jumlah Korban |
|---|---|---|
| 10.20 WIB | Siswa membeli MBG di warung depan SDN 2 Srono | 5 siswa mulai mual |
| 10.30 WIB | Gejala meluas ke kelas lain | 20 siswa terdampak |
| 11.00 WIB | Guru melapor ke Puskesmas Srono | 27 korban tercatat |
| 11.45 WIB | 3 ambulans dikerahkan | 35 korban dirawat |
| 13.00 WIB | Data resmi Dinkes keluar | 41 siswa keracunan |
Dalam 24 jam, media sosial penuh dengan amarah dan simpati.
Tagar #MBGBanyuwangi dan #SelamatkanAnakSekolah menjadi trending topic di X (Twitter) dengan lebih dari 120.000 cuitan.
Sebagian besar warganet menuntut pemerintah untuk memperketat izin edar produk minuman di lingkungan sekolah.
βIni bukan sekadar minuman, ini ancaman buat anak-anak kita,β tulis akun @banyuwangiupdate.
Kasus Banyuwangi menjadi wake-up call nasional.
Dengan lebih dari 60 juta pelajar aktif di Indonesia, pengawasan produk konsumsi sekolah masih lemah.
Minuman seperti MBG, yang diklaim menambah energi, kerap dijual bebas tanpa pengawasan gizi atau label yang jelas.
Kementerian Pendidikan diharapkan segera menyusun standar produk aman untuk kantin sekolah yang mengacu pada rekomendasi BPOM dan WHO.
Kasus keracunan MBG di Banyuwangi bukan sekadar insiden lokal β ini adalah peringatan keras bagi seluruh bangsa.
Dari 41 anak yang tumbang, lahir kesadaran bahwa keamanan pangan bukan hal sepele.
Masyarakat kini menuntut tindakan nyata, bukan sekadar imbauan.
Jika hasil laboratorium nanti membuktikan adanya pelanggaran, maka kasus ini akan menjadi preseden besar 2025 dalam sejarah pengawasan pangan sekolah di Indonesia.
Pendahuluan: Tantangan Pakan di Dunia Peternakan Modern Dalam dunia peternakan modern, ketersediaan pakan berkualitas menjadi…
Jangan remehkan bau menyengatnya β di balik aroma kuat buah mengkudu, tersimpan kekuatan alami untuk…
Raisa & Hamish Daud, pasangan yang dulu kita kagumi karena keharmonisannya, kini harus berhadapan dengan…
7 Makanan Terbaik Sebelum Tidur: Tidur Nyenyak, Bangun Segar, Tubuh Sehat!
Jakarta, 25 Oktober 2025 βIsu mengenai produk air minum kemasan besar yang diklaim berasal dari…