Donnarumma Bertemu Kembali dengan Lawan yang Dulu Kerap Menyiksanya
- Allianz Arena bakal menjadi saksi duel sengit antara PSG dan Inter Milan di final Liga Champions 2024/2025. Bagi Gianluigi Donnarumma, laga ini lebih dari sekadar perebutan trofi—ini adalah kesempatan menebus luka lama. Kiper Italia itu membawa beban sejarah kelam setiap kali berhadapan dengan Inter.
Sepanjang musim, Donnarumma tampil gemilang, termasuk saat PSG menumbangkan Arsenal di semifinal. Namun, tantangan terberatnya justru datang dari lawan yang dulu kerap menyiksanya: Inter Milan. Final ini menjadi ujian terbesar baginya sejak hengkang dari AC Milan.
Di balik ketenarannya sekarang, Donnarumma masih menyimpan rekam jejak pahit melawan Inter. Dari Derby della Madonnina hingga kini, dia punya kesempatan emas untuk mengubah narasi itu di panggung tertinggi Eropa.
Derby Milan: Catatan Kelam Donnarumma
Selama membela AC Milan, Donnarumma kerap menjadi korban keperkasaan Inter. Dalam 11 partai Derby Milan, dia hanya merasakan dua kemenangan—angka yang jauh dari cukup untuk kiper sekelasnya. Selebihnya, enam kekalahan dan tiga hasil imbang menjadi noda dalam kariernya.
Gawangnya kebobolan 21 kali oleh Inter, sementara clean sheet hanya tercipta dua kali. Statistik itu menggambarkan betapa beratnya Donnarumma menghadapi rival sekotanya. Bahkan di laga terakhirnya melawan Inter bersama Milan, dia menelan kekalahan telak 0-3 dengan dua gol dicetak Lautaro Martinez.
Momen itu mungkin sudah lama berlalu, tapi bekasnya masih terasa. Kini, di final Liga Champions, Donnarumma punya kesempatan untuk menutup lembar kelam tersebut dengan tinta emas.
Duel Emosional yang Lebih dari Sekadar Taktik
Bagi Donnarumma, pertemuan dengan Inter bukan sekadar pertandingan biasa—ini adalah duel personal yang sarat emosi. Meski kini berseragam PSG, ingatan akan kekalahan-kekalahan pahit masih membekas di benaknya. Final ini adalah momen untuk membalikkan segalanya.
Ini bukan hanya tentang membawa PSG meraih gelar Liga Champions pertamanya. Bagi Donnarumma, ini tentang membuktikan bahwa dia bisa mengatasi momok bernama Inter. Jika tampil seperti saat melawan Arsenal, peluang PSG besar. Namun, jika trauma lama kembali muncul, Inter bisa kembali menjadi mimpi buruknya.
Dengan motivasi ekstra, Donnarumma akan berusaha menjadikan final ini sebagai panggung pembalasan. Kemenangan di Munchen bukan hanya untuk klubnya, tapi juga untuk dirinya sendiri.
Pelampiasan Sempurna di Allianz Arena
Allianz Arena bisa menjadi tempat Donnarumma menulis sejarah baru. Dari kiper yang selalu tersiksa di Derby Milan, dia berpeluang menjadi pahlawan PSG di final Liga Champions. Ini lebih dari sekadar pertandingan—ini tentang penebusan.
Donnarumma sadar betul betapa pentingnya laga ini bagi kariernya. Dia datang bukan hanya untuk menang, tapi untuk mengubah takdirnya melawan Inter. Jika berhasil membawa PSG juara, itu akan menjadi pembuktian terbesar bahwa dia telah melampaui masa lalunya.
Trofi Liga Champions bisa menjadi pelampiasan sempurna bagi dendam lama Donnarumma. Dan di Munchen, dia punya satu kesempatan untuk mengubah semua rasa pahit itu menjadi manis.