KeuanganTrending

Dolar AS Sempat Menyentuh Level Rp 17.200, Tekanan Eksternal dan Ketidakpastian Global Bayangi Rupiah

Jakarta, 7 April 2025 — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mendapat tekanan signifikan. Pada perdagangan Senin pagi, kurs rupiah sempat melemah tajam hingga menembus level Rp 17.200 per dolar AS. Meski sempat terkoreksi, level itu tetap tertinggi sejak krisis pandemi 2020 dan memicu kekhawatiran pasar.

Data Bloomberg mencatat rupiah dibuka di Rp 17.130 per dolar, sempat menyentuh Rp 17.200, lalu berfluktuasi di kisaran Rp 17.070–17.100 hingga siang. Kenaikan nilai tukar dolar ini terjadi di tengah gejolak global yang semakin tidak menentu. Khususnya terkait arah kebijakan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve, dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.


Dolar Global Menguat, Rupiah Tertekan

Kenaikan dolar AS ini tidak hanya berdampak terhadap rupiah, melainkan juga terhadap sebagian besar mata uang di kawasan Asia. Indeks DXY, yang mencerminkan kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, menguat sepanjang pekan lalu.

“Situasi saat ini cukup kompleks. Pasar masih mencerna sinyal dari The Fed yang belum memberikan kejelasan mengenai waktu pasti pemangkasan suku bunga. Ekspektasi suku bunga tinggi yang berkepanjangan mendorong arus modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” ujar Andre Wijaya, analis valas Capital Insight Indonesia.

Ia menambahkan, kekhawatiran atas konflik Iran dan Barat di Timur Tengah mendorong investor mengalihkan dana ke aset aman seperti dolar dan emas.


Faktor Domestik Perkuat Tekanan

Dari sisi domestik, tekanan terhadap rupiah juga datang dari faktor internal. Naiknya inflasi akibat lonjakan harga pangan dan energi, di tambah defisit perdagangan dua bulan terakhir, memperburuk sentimen terhadap rupiah.

“Permintaan impor yang masih tinggi di tengah pelemahan ekspor membuat neraca transaksi berjalan mengalami tekanan. Hal ini memperburuk posisi fundamental rupiah,” ujar Mira Santoso, ekonom dari IndoStrategi Ekonomi.

Bank Indonesia (BI) terus memantau pasar dan siap melakukan triple intervention di pasar spot, DNDF, dan obligasi untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Dalam keterangannya, BI menegaskan bahwa fluktuasi nilai tukar saat ini masih dalam kendali dan sesuai dengan mekanisme pasar.


Dampak ke Perekonomian dan Dunia Usaha

Kenaikan dolar AS tentu membawa konsekuensi luas, terutama bagi sektor-sektor yang bergantung pada impor. Industri manufaktur, elektronik, dan farmasi diperkirakan akan merasakan tekanan biaya produksi yang lebih tinggi dalam beberapa bulan ke depan.

Di sisi lain, eksportir bisa mendapat manfaat dari pelemahan rupiah karena produk mereka menjadi lebih kompetitif di pasar global. Namun, manfaat tersebut bisa berkurang jika ketidakstabilan global terus menekan permintaan luar negeri.

Masyarakat pun mulai merasakan dampak tidak langsung, terutama dari potensi kenaikan harga barang-barang impor dan bahan baku. Selain itu, biaya utang luar negeri—baik bagi pemerintah maupun korporasi—juga akan meningkat jika tren pelemahan rupiah berlanjut.


Apa Selanjutnya?

Pelaku pasar kini menanti rilis data inflasi dan tenaga kerja AS yang akan keluar pekan ini. Jika data tersebut kembali memperkuat argumen untuk mempertahankan suku bunga tinggi, tekanan terhadap mata uang negara berkembang termasuk rupiah kemungkinan akan terus berlanjut.

Namun, beberapa analis menilai pelemahan rupiah saat ini lebih mencerminkan ketidakpastian global, bukan krisis.

“Selama Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas, dan pemerintah memperkuat koordinasi fiskal serta mempercepat reformasi struktural, pelemahan ini bisa diredam,” tutup Andre.


Kesimpulan

Rupiah yang sempat melemah hingga Rp 17.200 per dolar AS menjadi pengingat bahwa dinamika global dapat dengan cepat memengaruhi stabilitas ekonomi domestik. Koordinasi kebijakan yang kuat, komunikasi yang jelas dari otoritas moneter, serta kesiapan menghadapi ketidakpastian global akan menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan pasar dan melindungi daya beli masyarakat

Writter By : Andrew

Follow Sosial Media ITINEWS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *