Categories: Trending

Dokter Harvard Beberkan : 8 Tanda Kanker Usus Besar, Kerap Tak Disadari Pasien

Pendahuluan

Kanker usus besar (kolorektal) adalah jenis kanker yang tumbuh di usus besar (kolon) atau rektum. Di banyak kasus, kanker ini berkembang secara perlahan melalui fase polip (pertumbuhan awal) yang kemudian bisa berubah menjadi keganasan. Karena pertumbuhannya bisa bertahap dan gejalanya (pada awalnya) bisa ringan atau tidak khas, banyak pasien yang baru menyadari ketika kondisinya sudah lanjut.

Sebuah artikel baru-baru ini mengutip peringatan dari Dr. Saurabh Sethi, seorang gastroenterolog terlatih di Harvard, tentang delapan tanda yang harus diwaspadai.

Di artikel ini, kita akan mengulas:

  1. Siapa yang berisiko

  2. Kanker usus besar: bagaimana tumbuh dan mekanisme dasar

  3. Delapan tanda peringatan menurut dokter Harvard

  4. Penjelasan medis dan bukti terkait tiap tanda

  5. Langkah diagnostik dan pentingnya deteksi dini

  6. Pencegahan, pola hidup, dan screening

  7. Kesimpulan dan pesan penting bagi pembaca


1. Siapa yang Berisiko?

Sebelum membahas tanda-tanda, penting memahami siapa yang cenderung lebih berisiko terkena kanker usus besar. Dengan mengetahui faktor risikonya, seseorang bisa lebih waspada terhadap gejala yang muncul.

Beberapa faktor risiko utama:

  • Usia: Risiko meningkat seiring bertambahnya usia — sebagian besar kasus terjadi pada usia di atas 50 tahun.

  • Riwayat keluarga / genetika: Bila ada anggota keluarga (ortu, saudara) yang pernah menderita kanker kolorektal atau polip usus, risiko meningkat.

  • Sindrom genetik: Seperti Lynch syndrome (HNPCC), Familial adenomatous polyposis (FAP), dsb.

  • Penyakit radang usus kronis: Penyakit seperti kolitis ulseratif atau penyakit Crohn yang mengenai kolon dalam jangka panjang meningkatkan risiko.

  • Polip usus: Polip adenomatosa tertentu bisa berubah menjadi kanker dalam kurun waktu bertahun-tahun.

  • Gaya hidup: Diet tinggi daging merah dan daging olahan, rendah serat, obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebih, merokok.

  • Obesitas dan diabetes tipe 2 juga dikaitkan secara statistik dengan peningkatan risiko kanker kolorektal.

  • Riwayat pemeriksaan (kolonoskopi) dan temuan polip: Bila sebelumnya sudah ditemukan polip, pengawasan lebih intens diperlukan.

Penting dicatat bahwa seseorang bisa tanpa faktor risiko utama pun tetap terkena kanker usus besar — itulah mengapa deteksi dini melalui monitoring gejala dan screening rutin sangat penting.


2. Kanker Usus Besar: Mekanisme dan Perkembangan

Untuk memahami mengapa gejala sering tersembunyi atau samar, ada baiknya kita memahami bagaimana kanker usus besar tumbuh dan berkembang:

  1. Tahap Praduktual / Polip (adenoma)
    Banyak kanker kolorektal dimulai sebagai polip pada lapisan mukosa usus. Polip ini bisa bersifat jinak pada awalnya tetapi selama bertahun-tahun berubah secara genetik menjadi sel ganas.

  2. Invasif Lokal
    Setelah melewati tahap polip, sel kanker mulai menembus lapisan usus, merusak dinding dan jaringan sekitarnya. Pada tahap ini, gejala lokal bisa mulai muncul, tergantung lokasi tumor.

  3. Penyebaran (Metastasis)
    Bila tidak terdeteksi lebih awal, kanker bisa menyebar ke kelenjar getah bening lokal, kemudian ke organ lain seperti hati, paru, peritoneum. Pada tahap lanjut inilah gejala sistemik (penurunan berat badan, kelelahan) lebih besar kemungkinan muncul.

Karena proses transformasi ini membutuhkan waktu bertahun-tahun, ada jendela yang cukup untuk intervensi jika gejala kecil dikenali dan tindakan diambil. Namun, banyak gejala awal yang “bertemu” kondisi non-kanker (seperti wasir, infeksi usus, sindrom iritasi usus) — sehingga sering diabaikan.

Dalam panduan dari Harvard Health, gejala-gejala seperti perubahan kebiasaan buang air (diare atau konstipasi), rasa bahwa usus belum kosong sepenuhnya, darah dalam tinja, tinja yang lebih tipis dari biasanya, dan penurunan berat badan tanpa sebab dikenal sebagai tanda kolorektal kanker.


3. Delapan Tanda Peringatan Menurut Dokter Harvard

Berdasarkan laporan media dan kutipan dari Dr. Saurabh Sethi, delapan gejala yang harus tidak diabaikan adalah sebagai berikut:
(Sumber utama: media liputan tentang pernyataan Dr. Sethi)

  1. Darah dalam tinja (bright red atau gelap seperti tar)

  2. Perubahan kebiasaan buang air usus persistem (diare, sembelit, atau keluarnya tinja tipis terus-menerus)

  3. Nyeri perut atau kram yang tidak wajar / tidak hilang-hilang

  4. Penurunan berat badan tak terduga (tanpa diet atau usaha khusus)

  5. Kelelahan kronis / rasa lemah

  6. Anemia defisiensi besi yang tidak jelas penyebabnya

  7. Rasa bahwa usus belum kosong sepenuhnya (tenesmus, sensasi selalu ada sisa tinja)

  8. Riwayat keluarga kanker usus besar

Di bawah ini kita akan membedah tiap tanda: bagaimana gejala itu muncul, apa artinya, dan seberapa penting untuk bertindak.


4. Penjabaran dan Penjelasan Medis Tiap Tanda

1. Darah dalam Tinja (Hematochezia / Melena)

Apa yang dimaksud?
Darah merah cerah pada tinja bisa menunjukkan perdarahan di bagian bawah usus besar atau rektum. Sedangkan tinja berwarna hitam pekat atau lengket (seperti tar) bisa menunjukkan perdarahan dari bagian usus yang lebih tinggi (kolon bagian atas) — darah teroksidasi saat melewati usus.

Mengapa muncul pada kanker?
Tumor bisa merusak pembuluh darah di dinding usus, menghasilkan perdarahan mikro atau makro. Beberapa perdarahan mungkin minimal atau lambat sehingga tak disadari. Bila terus terjadi, bisa memicu anemia.

Catatan klinis:

  • Tidak semua darah di tinja berarti kanker — wasir, fisura anus, polip jinak, kolitis, dan infeksi pun bisa menyebabkan perdarahan.

  • Tetapi darah tinja yang muncul berulang atau permanen harus ditindak lanjuti.

  • Bila darah bercampur lendir atau muncul bersama tinja tipis, ini lebih mencurigakan.

  • Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan feses okultis (FOBT/FIT) atau kolonoskopi jika ada indikasi.

2. Perubahan Kebiasaan Buang Air Usus yang Persistem

Apa yang dimaksud?
Perubahan waktu, frekuensi, konsistensi tinja — misalnya, seseorang yang biasanya teratur tiba-tiba menjadi lebih sering buang air besar (diare) atau lebih sulit buang air besar (sembelit). Juga perubahan bentuk tinja — menjadi tipis, pipih, atau seperti pita.

Mengapa muncul?
Tumor yang tumbuh di dinding usus dapat mempersempit lumen (saluran), sehingga tinja harus melewati celah yang lebih sempit → menghasilkan tinja yang pipih atau tipis. Selain itu, tumor dapat menyebabkan iritasi lokal, peradangan, atau penyumbatan sebagian sehingga mempengaruhi motilitas usus.

Catatan klinis:

  • Bila perubahan ini hanya berlangsung 1–2 hari, kemungkinan disebabkan oleh infeksi atau gangguan pencernaan biasa.

  • Namun, jika berlangsung lebih dari beberapa hari hingga berminggu-minggu, ini patut dicek.

  • Perubahan stokastik atau bolak-balik (kadang sembelit, kadang diare) juga perlu diwaspadai.

3. Nyeri Perut atau Kram yang Tak Wajar

Apa yang dimaksud?
Keluhan rasa nyeri, kram, atau tidak nyaman di perut yang tidak hilang atau kambuh-kambuh, kadang disertai kembung atau perasaan “tertekan.”

Mengapa muncul?
Tumor dapat menekan jaringan sekitarnya, menyebabkan inflamasi, obstruksi parsial atau spasme usus. Letak tumor menentukan lokasi nyeri — misalnya, tumor di kolon kanan bisa menyebabkan rasa tumpul di kanan bawah, sedangkan di kolon kiri bisa menimbulkan kram di bagian kiri perut atau bahkan di sisi bawah. Kadang rasa nyeri muncul usai makan atau disertai kembung dan gas.

Catatan klinis:

  • Nyeri perut sering dianggap sebagai gejala gastritis, dispepsia, atau gangguan pencernaan sederhana.

  • Bila rasa sakit menetap, memburuk, atau disertai gejala lain seperti perdarahan, maka risiko harus dipertimbangkan.

  • Pemeriksaan penunjang seperti USG abdomen, CT scan, atau kolonoskopi dapat membantu identifikasi.

4. Penurunan Berat Badan Tak Terduga

Apa yang dimaksud?
Seseorang kehilangan berat badan tanpa usaha seperti diet atau olahraga yang signifikan — misalnya, beberapa kilogram dalam beberapa bulan secara tidak direncanakan.

Mengapa muncul?

  • Kanker secara umum meningkatkan konsumsi energi tubuh (metabolisme basal) — tubuh “membakar” lebih banyak.

  • Tumor bisa mengganggu penyerapan nutrisi pada dinding usus yang sehat.

  • Sel kanker juga memproduksi zat yang memicu reaksi sistem imun / inflamasi yang bisa menyebabkan cachexia (kehilangan berat badan yang tajam).

Catatan klinis:

  • Jika seorang pasien melaporkan penurunan berat badan signifikan dalam waktu pendek tanpa alasan jelas, ini menjadi sinyal merah.

  • Apalagi jika disertai gejala perut, kelelahan, atau perdarahan.

5. Kelelahan / Kelemahan Kronis

Apa yang dimaksud?
Rasa lelah terus-menerus meskipun istirahat cukup; kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari karena kurang tenaga.

Mengapa muncul?

  • Perdarahan mikro kronis → kekurangan sel darah merah (anemia) → jaringan kurang oksigen → timbul kelelahan.

  • Reaksi sistem imun terhadap tumor dapat memicu kelelahan (inflammatory cytokines).

  • Metabolisme tubuh terganggu oleh kanker yang aktif.

Catatan klinis:

  • Kelelahan bisa berasal dari banyak kondisi (anemia, gangguan tiroid, gangguan tidur, stres, dsb).

  • Namun bila dikombinasikan dengan gejala GI (gastrointestinal) lainnya, perlu dicurigai sebagai bagian dari sindrom kanker usus besar.

6. Anemia Defisiensi Besi yang Tidak Dijelaskan

Apa yang dimaksud?
Pemeriksaan darah menunjukkan kadar hemoglobin rendah dan kekurangan zat besi, tanpa penyebab jelas (misalnya tidak ada perdarahan menstruasi, tidak ada riwayat perdarahan besar lainnya).

Mengapa muncul?
Adanya perdarahan mikro jangka panjang dari tumor usus dapat menyebabkan kehilangan besi lambat-lambat, yang pada akhirnya memicu anemia. Karena pendarahan mikro sering tidak terdeteksi oleh pasien (tidak disadari sebagai darah dalam tinja), anemia bisa menjadi tanda tersembunyi.

Catatan klinis:

  • Kerap terjadi pada pria dan wanita pascamenopause — bila ditemukan anemia defisiensi besi pada kelompok ini, pemeriksaan GI termasuk kolonoskopi sering direkomendasikan.

  • Kombinasi anemia dengan gejala GI lainnya sangat mencurigakan.

  • Dokter bisa memeriksa kadar besi, ferritin, total iron-binding capacity (TIBC), dll.

7. Sensasi Usus Belum Kosong Sepenuhnya / Tenesmus

Apa yang dimaksud?
Kesadaran atau sensasi bahwa usus belum tuntas dikeluarkan, walaupun sudah buang air. Rasanya seperti masih ada “sisa tinja” yang belum keluar.

Mengapa muncul?
Tumor dekat rektum atau di kolon bagian bawah bisa menyebabkan iritasi lokal atau penyempitan, sehingga sinyal untuk pengosongan usus tidak berjalan sempurna. Juga bisa terjadi kontraksi spastik di area sekitar tumor.

Catatan klinis:

  • Gejala ini sering muncul pada kanker rektum atau kolon distal.

  • Bila pasien sering pergi ke kamar mandi merasa “belum puas,” tetapi tidak ada tinja yang keluar, ini patut dicurigai.

  • Perlu pemeriksaan rektal (jika memungkinkan), kolonoskopi, atau imaging.

8. Riwayat Keluarga Kanker Usus Besar

Mengapa ini menjadi gejala penting?
Seseorang dengan riwayat keluarga (orang tua, saudara kandung) kanker usus besar memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit ini. Maka, bila mereka muncul gejala 1–7 di atas, kewaspadaan harus lebih tinggi.

Catatan klinis:

  • Individu dengan riwayat keluarga sering disarankan untuk memulai screening lebih awal daripada populasi umum.

  • Fokus lebih intens terhadap gejala sekecil apapun.

  • Dokter bisa memutuskan kolonoskopi lebih sering atau screening genetik (terutama bila riwayat kanker pada usia muda).


5. Langkah Diagnostik & Pentingnya Deteksi Dini

Setelah mengenali gejala-gejala tersebut, apa langkah yang sebaiknya dilakukan? Berikut panduan umum yang banyak dianjurkan:

  1. Konsultasi ke dokter / spesialis GI (gastroenterologi)
    Segera konsultasikan bila gejala gejala mencurigakan berlanjut atau kombinasi gejala muncul.

  2. Pemeriksaan darah dasar

    • Hemoglobin, hematokrit

    • Indikator besi (serum iron, ferritin, TIBC)

    • Tes fungsi hati / ginjal jika diperlukan

  3. Tes feses (stool test)

    • FOBT (fecal occult blood test) atau FIT (fecal immunochemical test) untuk mendeteksi darah tersembunyi dalam tinja

    • Beberapa tes molekuler (DNA tinja) juga kini tersedia

  4. Kolonoskopi

    • Pemeriksaan internal usus besar menggunakan endoskopi yang memungkinkan visualisasi langsung, biopsi, dan pengangkatan polip.

    • Kolonoskopi dianggap standar emas untuk diagnosis dan pencegahan karena memungkinkan penemuan dan pengangkatan lesi awal.

  5. Sigmoidoskopi / kolonoskopi fleksibel

    • Untuk bagian bawah usus besar. Bila temuan mencurigakan, digunakan kolonoskopi penuh.

  6. Imaging (CT scan, MRI, PET-CT)

    • Bila kanker sudah dicurigai atau ingin mengetahui apakah sudah menyebar.

    • CT abdomen dan pelvis sering menjadi pemeriksaan staging.

  7. Biopsi patologi / analisis histologis

    • Bila ditemukan lesi abnormal, biopsi diambil untuk memastikan apakah ganas dan jenis sel kanker.

  8. Pemeriksaan lanjutan & staging

    • Setelah diagnosis, dokter akan menentukan stadium (lokal, invasi, metastasis) untuk merencanakan terapi.

Manfaat Deteksi Dini

  • Menangkap kanker pada stadium awal (I atau II) jauh meningkatkan kemungkinan keberhasilan pengobatan.

  • Dapat menghilangkan atau memotong polip sebelum berubah menjadi kanker.

  • Meminimalkan komplikasi seperti obstruksi usus, perdarahan besar, atau penyebaran jauh.

  • Mengurangi beban terapi intensif (kemoterapi berlebih, operasi besar, terapi paliatif).

Menurut Harvard Health, kolonoskopi tidak hanya mendeteksi tumor, tetapi juga memungkinkan pengangkatan polip pra-kanker sebelum berkembang menjadi kanker.


6. Pencegahan, Pola Hidup, dan Strategi Screening

Mengetahui gejala saja tidak cukup — tindakan preventif memiliki peran besar. Berikut beberapa rekomendasi berdasarkan penelitian dan sumber Harvard:

A. Pola Hidup & Nutrisi

  • Konsumsi serat tinggi: buah, sayur, biji-bijian, kacang-kacangan — serat membantu mempercepat pencernaan, mengurangi waktu kontak zat karsinogenik dengan dinding usus.

  • Kurangi konsumsi daging merah dan daging olahan: penelitian mengaitkan konsumsi daging olahan dan daging merah tinggi dengan peningkatan risiko kanker kolorektal.

  • Batasi alkohol: konsumsi alkohol dalam jumlah besar dikaitkan dengan risiko kanker kolorektal.

  • Berhenti merokok: merokok adalah faktor risiko kanker gastrointestinal termasuk usus besar.

  • Aktivitas fisik teratur / menjaga berat badan ideal: obesitas adalah salah satu faktor risiko.

  • Konsumsi makanan antioksidan dan anti-inflamasi: sayur hijau, polifenol, biji-bijian utuh, omega-3, dsb.

  • Hindari konsumsi makanan ultra-processed: makanan tinggi lemak, gula, bahan pengawet disinyalir memicu inflamasi usus dan disbiosis (gangguan mikrobiota usus) yang bisa berkaitan dengan risiko kanker. (Beberapa penelitian terkait disebutkan dalam literatur kesehatan Harvard)

B. Screening Rutin

  • Bagi populasi berisiko rata-rata, banyak pedoman kini merekomendasikan memulai screening kolorektal pada sekitar usia 45 tahun (tergantung negara dan guideline lokal).

  • Bila ditemukan polip atau kondisi risiko, screening lebih dini dan lebih sering perlu dilakukan.

  • Sistem screening bisa berupa FOBT / FIT tahunan, kolonoskopi setiap 5–10 tahun (tergantung hasil), atau metode lain seperti kolonoskopi virtual (CT colonography).

  • Harvard Health mendiskusikan bahwa meskipun tes darah untuk kanker kolorektal (misalnya “Shield”) sedang diteliti, kolonoskopi masih menjadi metode paling komprehensif saat ini.

  • Setelah hasil kolonoskopi dan polip ditemukan, pengawasan atau follow-up disesuaikan berdasarkan jenis dan jumlah polip.

C. Kepatuhan & Edukasi Publik

  • Kesadaran diri akan gejala-gejala awal harus ditingkatkan.

  • Populasi dengan risiko tinggi (riwayat keluarga, penyakit usus kronis) perlu edukasi dan pengawasan lebih intens.

  • Sistem kesehatan perlu menyediakan akses mudah ke kolonoskopi dan tes screening lainnya agar deteksi dini bisa dijangkau oleh masyarakat luas.


7. Studi Kasus dan Tantangan

a) Kasus nyata: keterlambatan diagnosis

Dalam artikel terkait, seorang pasien berusia 36 tahun mengalami keluhan seperti konstipasi, tekanan, dan darah dalam tinja, namun awalnya disangka wasir dan diberikan saran ringan (pelembut tinja, serat). Karena gejalanya berlanjut, akhirnya kolonoskopi dilakukan dan ditemukan tumor besar di rektum. Kejadian ini mencerminkan bahwa gejala kanker usus bisa “disamarkan” sebagai penyakit ringan sehingga diagnosis tertunda.

b) Kanker usus pada usia muda

Dulu kanker kolorektal dianggap “penyakit usia tua,” tetapi tren menunjukkan peningkatan insiden pada orang muda (<50 tahun). Banyak yang kurang dicurigai atau terlambat tertangani karena dokter atau pasien sendiri menganggap gejala ringan sebagai gangguan pencernaan biasa. Beberapa peneliti dan klinisi menyarankan agar batas usia screening diturunkan dan peningkatan kewaspadaan dini pada kelompok muda.

c) Tantangan dalam diagnosis

  • Banyak gejala awal merupakan gejala umum (diare, sembelit, kram) yang bisa disebabkan oleh kondisi non-kanker (IBS, infeksi, gangguan pencernaan).

  • Perdarahan mikro mungkin tidak terdeteksi tanpa pemeriksaan khusus.

  • Beban akses (biaya, fasilitas) untuk kolonoskopi di banyak wilayah masih menjadi hambatan.

  • Kepatuhan pasien terhadap screening rutin masih rendah.

  • Kapasitas tenaga medis dan infrastruktur di banyak tempat mungkin belum memadai untuk screening masif.


Kesimpulan dan Pesan Penting

Kanker usus besar adalah penyakit yang bisa berkembang dengan gejala awal yang sangat halus dan mudah diabaikan. Delapan tanda peringatan yang sering disebut oleh dokter terlatih Harvard (Dr. Saurabh Sethi) — mulai dari darah dalam tinja, perubahan buang air, nyeri perut, penurunan berat badan, kelelahan, anemia, sensasi usus belum kosong, hingga riwayat keluarga — adalah sinyal penting yang sebaiknya tidak diabaikan.

Deteksi dini melalui screening (terutama kolonoskopi) sangat penting karena memungkinkan pengobatan yang lebih efektif dan prognosa yang jauh lebih baik. Pola hidup sehat, diet tinggi serat, pembatasan daging olahan, olahraga rutin, serta edukasi masyarakat juga sangat krusial dalam pencegahan.

Jika Anda, keluarga, atau kenalan mengalami salah satu atau beberapa gejala tersebut dalam jangka waktu yang tidak wajar, pertimbangkan untuk segera berkonsultasi ke dokter spesialis GI. Jangan tunggu sampai gejala semakin parah — tindakan dini bisa menyelamatkan hidup.

By: BomBom

Update24

Recent Posts

7 Camilan Super Sehat untuk Malam Hari Tanpa Rasa Bersalah

Makan camilan di malam hari sering dianggap kebiasaan buruk yang bisa menggagalkan diet atau menambah…

48 menit ago

Mimpi yang Kandas di Ujung Asa: Indonesia Tersingkir dari Kualifikasi Piala Dunia, Ribuan Suporter Menangis di Tribun

1. Harapan yang Menyala di Tengah Ketidakpastian Ketika peluit pertama babak kualifikasi Piala Dunia dibunyikan,…

2 jam ago

Revolusi Kualitas Hidup: Manfaat Ilmiah Berhubungan Intim bagi Kesehatan Fisik dan Mental

1: Pelepasan Hormon Kebahagiaan: Senjata Rahasia Melawan Stres   Aktivitas seksual sering kali dipandang hanya…

5 jam ago

5 Fakta Mengejutkan di Balik Penataan Permukiman Jati Bunder: Program Unggulan yang Ubah Wajah Kawasan!

Permukiman Jati Bunder jadi program unggulan Pemprov DKI. Kawasan kumuh diubah jadi hunian modern, hijau,…

8 jam ago

🖥️ 5 Tanda Awal Mata Lelah Digital yang Sering Diabaikan

Sering mata kering, buram, atau pusing setelah menatap layar? Waspadai tanda-tanda mata lelah digital dan…

9 jam ago