Siapa sangka, wajah seseorang bisa mengungkap banyak hal—termasuk kebiasaan buruk seperti penggunaan narkoba. Menurut pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), ciri-ciri pengguna ganja dan ekstasi bisa terlihat langsung dari ekspresi, kondisi kulit, hingga gerak mata mereka.
Penelitian dan pengamatan klinis menunjukkan bahwa kedua jenis narkotika ini meninggalkan tanda fisik yang cukup khas, bahkan setelah pemakaian berulang.
Artikel ini akan mengulas secara mendalam bagaimana pakar farmasi UGM menjelaskan perubahan pada wajah pengguna ganja dan ekstasi, apa yang terjadi di tubuh mereka, serta bagaimana masyarakat bisa lebih waspada terhadap tanda-tandanya.
Menurut Dr. apt. Rika Andayani, pakar farmasi klinik dari Fakultas Farmasi UGM, penggunaan narkotika seperti ganja dan ekstasi tidak hanya merusak otak dan sistem saraf, tetapi juga mengubah tampilan fisik, terutama wajah.
Ia menegaskan bahwa tubuh memiliki cara beradaptasi terhadap zat asing, dan efek adaptasi inilah yang sering kali menimbulkan perubahan signifikan pada ekspresi serta kondisi kulit pengguna.
“Wajah pengguna narkoba sering tampak lebih tirus, mata cekung, dan kulit kusam. Itu akibat efek jangka panjang dari zat psikoaktif yang merusak keseimbangan hormon dan metabolisme tubuh,” ujar Rika dalam wawancara ilmiahnya.
Ganja atau cannabis sativa mengandung zat aktif bernama tetrahydrocannabinol (THC). Zat inilah yang menyebabkan efek “fly” atau melayang. Namun, di balik sensasi tersebut, wajah pengguna sering menampilkan gejala yang cukup jelas.
THC menyebabkan pelebaran pembuluh darah di sekitar mata, membuat mata pengguna ganja tampak merah atau ‘berdarah’.
Selain itu, pandangan mereka sering terlihat sayu dan lamban, seolah kehilangan fokus.
Penggunaan ganja jangka panjang bisa mengganggu produksi hormon, terutama yang berhubungan dengan sistem endokrin. Akibatnya, kulit wajah tampak tidak sehat, kusam, dan mudah berjerawat.
Efek relaksasi berlebihan dari THC membuat gerakan otot wajah menjadi lemah. Ekspresi tampak datar, kurang bersemangat, dan sering menahan senyum lama-lama tanpa alasan.
Pengguna ganja yang sering begadang karena efek “high” biasanya memiliki lingkar hitam tebal di bawah mata. Tidur yang tidak berkualitas memperburuk kondisi ini.
“Mata menjadi indikator paling kuat dari pengguna ganja. Warna merah dan ekspresi lelah sering tidak bisa disembunyikan,” tambah Dr. Rika.
Berbeda dengan ganja yang menenangkan, ekstasi atau MDMA justru bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas dopamin dan serotonin secara ekstrem. Efeknya, pengguna terlihat sangat bersemangat, bahkan hiperaktif.
Pakar farmasi UGM menyebut bahwa pengguna ekstasi sering mengalami bruxism—yakni kebiasaan menggertakkan gigi tanpa sadar. Hal ini membuat rahang terlihat tegang dan senyum tampak kaku.
Mereka juga sering tampak tersenyum berlebihan, bahkan ketika tidak ada hal lucu.
Ekstasi meningkatkan rangsangan sistem saraf pusat, membuat pupil mata membesar (dilatasi). Wajah mereka terlihat tegang, dengan tatapan tajam dan fokus berlebihan pada objek tertentu.
Efek samping lain adalah vasokonstriksi, yaitu penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, kulit pengguna ekstasi tampak lebih pucat dari biasanya.
Karena metabolisme meningkat drastis, keringat berlebih juga sering muncul, terutama di wajah dan leher.
Banyak pengguna ekstasi mengalami dehidrasi berat karena zat ini meningkatkan suhu tubuh. Kondisi ini membuat bibir kering, pecah-pecah, bahkan terluka.
Meskipun sama-sama narkotika, efek ganja dan ekstasi pada wajah sangat berbeda.
Berikut ringkasannya menurut pengamatan pakar farmasi UGM:
| Ciri Wajah | Pengguna Ganja | Pengguna Ekstasi |
|---|---|---|
| Mata | Merah, sayu, berat | Pupil membesar, tajam |
| Ekspresi | Lamban, datar | Berlebihan, hiperaktif |
| Kulit | Kusam, berminyak | Pucat, berkeringat |
| Bibir | Normal/tidak lembap | Pecah-pecah, kering |
| Rahang | Normal | Kaku, sering menggertak |
| Gerak tubuh | Lambat | Gesit, gelisah |
Menurut Dr. Rika, tanda-tanda ini bukan hanya pengamatan kasar. “Ada reaksi biokimia nyata di otak dan sistem saraf yang memicu perubahan tersebut,” jelasnya.
Selain efek kimia, perubahan psikologis akibat konsumsi narkoba juga berkontribusi terhadap tampilan wajah pengguna.
Misalnya, stres, paranoia, dan depresi ringan akibat putus zat membuat ekspresi wajah menjadi tidak stabil.
Ganja sering menimbulkan efek apatis dan malas, membuat ekspresi pengguna tampak kosong.
Ekstasi bisa menimbulkan euforia sementara, lalu diikuti depresi mendalam, menyebabkan wajah pengguna terlihat lelah dan murung setelah efeknya hilang.
Pakar UGM menegaskan bahwa penggunaan berulang bisa membuat wajah seseorang tampak lebih tua dari usia sebenarnya, karena gangguan hormon dan dehidrasi kronis.
Penggunaan ganja dan ekstasi jangka panjang tidak hanya merusak organ dalam, tetapi juga menurunkan kualitas kulit dan otot wajah.
Kerusakan Kolagen: Zat toksik dalam narkoba mempercepat degradasi kolagen, membuat wajah cepat keriput.
Sirkulasi Darah Buruk: Vasokonstriksi menyebabkan aliran darah ke wajah menurun, sehingga kulit kehilangan warna sehat alami.
Infeksi Kulit: Pengguna yang sering menyentuh wajah dalam kondisi tidak higienis mudah mengalami jerawat atau infeksi.
Mimik Terbatas: Kerusakan saraf wajah akibat efek dopamin berlebihan dapat menyebabkan penurunan ekspresi alami.
“Banyak pengguna narkoba terlihat lebih tua lima sampai sepuluh tahun dibanding usia aslinya,” ungkap pakar UGM itu.
Tubuh manusia memiliki banyak sistem pengatur homeostasis yang sensitif.
Begitu zat asing seperti THC atau MDMA masuk, sistem tubuh berusaha menyeimbangkan diri kembali. Respons itu pertama kali terlihat dari organ dengan sistem saraf padat dan pembuluh darah halus, yaitu wajah.
Mata adalah organ yang paling cepat bereaksi terhadap perubahan kimia.
Kulit wajah menunjukkan gangguan hormonal.
Rahang dan bibir mencerminkan aktivitas otot dan hidrasi tubuh.
Inilah mengapa dokter atau apoteker terlatih bisa mendeteksi pengguna narkoba hanya dari ciri visual, bahkan sebelum tes laboratorium dilakukan.
Banyak orang salah paham. Tidak semua orang bermata merah atau wajah pucat berarti pengguna narkoba.
Pakar UGM memberikan tips membedakannya:
Perhatikan Pola Perilaku: Pengguna ganja cenderung malas, pendiam, dan menghindari kontak mata. Pengguna ekstasi justru hiperaktif dan tidak bisa diam.
Amati Konsistensi: Jika ciri-ciri fisik muncul terus-menerus tanpa sebab medis, ada kemungkinan penggunaan zat terlarang.
Cek Waktu Munculnya Gejala: Mata merah karena kurang tidur biasanya hilang setelah istirahat, sedangkan efek narkoba bisa bertahan lebih lama.
Pakar farmasi UGM menekankan bahwa mengenali ciri pengguna ganja dan ekstasi bukan untuk menghakimi, melainkan untuk membantu pencegahan dan rehabilitasi.
“Orang yang terjerat narkoba butuh pertolongan, bukan pengucilan. Edukasi dini kepada remaja dan masyarakat umum sangat penting agar mereka memahami konsekuensinya,” ujar Rika.
Ia juga menambahkan bahwa perubahan di wajah sering kali menjadi alarm pertama bagi keluarga untuk segera bertindak, mencari bantuan medis atau konseling.
UGM mendorong masyarakat untuk aktif dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba dengan langkah berikut:
Edukasi di Sekolah dan Komunitas: Remaja harus memahami bahaya zat psikoaktif dari sisi kesehatan, bukan hanya hukum.
Konsultasi dengan Tenaga Medis: Apoteker, dokter, dan psikolog memiliki peran besar dalam deteksi dini pengguna narkoba.
Pusat Rehabilitasi Terpadu: Pengguna yang sudah terlanjur kecanduan perlu dirujuk ke tempat rehabilitasi yang aman dan terstandar.
Pendampingan Keluarga: Dukungan emosional sangat penting agar mantan pengguna tidak kembali ke kebiasaan lama.
Beberapa studi yang dikutip pakar UGM menunjukkan hubungan kuat antara penggunaan narkotika dan perubahan wajah:
Penelitian di Jurnal Neuropsychopharmacology (2023) menunjukkan bahwa pengguna MDMA kronis memiliki kadar kolagen wajah 25% lebih rendah.
Studi Harvard Medical School (2022) menemukan pelebaran pembuluh darah mata akibat THC bertahan hingga 8 jam setelah konsumsi.
Analisis UGM 2024 terhadap 50 pasien rehabilitasi menunjukkan 86% mengalami perubahan signifikan pada warna kulit dan mata dalam 6 bulan pertama pemakaian.
Wajah adalah cermin tubuh—dan dalam konteks narkoba, wajah bisa menjadi alarm dini.
Pakar farmasi UGM menegaskan bahwa pengguna ganja dan ekstasi dapat dikenali dari tanda-tanda fisik dan ekspresi yang khas, mulai dari mata merah, kulit kusam, rahang kaku, hingga bibir kering.
Namun, hal terpenting bukan sekadar mengenali tanda, melainkan menumbuhkan empati dan kesadaran untuk mencegah serta membantu korban penyalahgunaan narkoba.
Karena sekali seseorang terjerat zat adiktif ini, butuh perjuangan besar untuk kembali ke kehidupan normal.
UGM menegaskan, pendekatan edukatif lebih efektif daripada hukuman semata.
Dengan memahami ciri-ciri pengguna ganja dan ekstasi, masyarakat bisa lebih waspada, tapi juga lebih manusiawi dalam menanggapi kasus narkoba di sekitar mereka.
By : BomBom
Asia pimpin daftar negara paling aman untuk berjalan sendirian di malam hari. Temukan 10 negara…
Rahasia Tetap Produktif Saat Dunia Terlelap 1. Tantangan di Balik Shift Malam yang Tidak Terlihat…
Atasi asam urat tinggi dengan cara alami! Ketahui ramuan tradisional dan makanan penurun asam urat…