China Bagikan Rp8 Juta per Anak untuk Atasi Krisis Populasi, Berlaku Mulai 2025
Pemerintah China akhirnya mengambil langkah nyata untuk melawan krisis populasi yang terus membayangi negeri Tirai Bambu. Pada 28 Juli 2025, Komisi Kesehatan Nasional China [NHC] mengumumkan kebijakan nasional berupa subsidi tunai untuk keluarga yang memiliki anak kecil. Tujuannya jelas: mengurangi beban finansial dan mendorong warga untuk memiliki lebih banyak anak.
Kebijakan ini bukan sekadar program insentif biasa. Pemerintah langsung memberikan “angpao” tunai sebesar 3.600 yuan per tahun atau sekitar Rp8 juta untuk setiap anak sah yang berusia di bawah tiga tahun dan memiliki kewarganegaraan China. Yang menarik, subsidi ini berlaku surut mulai 1 Januari 2025. Artinya, bayi yang lahir sejak awal tahun 2025 sudah berhak mendapatkan dana bantuan tersebut.
Tak seperti kebijakan sebelumnya yang lebih menekankan kelonggaran jumlah anak, sistem subsidi kali ini memberikan dukungan menyeluruh untuk anak pertama, kedua, dan ketiga. Dengan nilai subsidi yang sama tanpa diskriminasi, pemerintah menunjukkan inklusivitas dan keseriusan dalam mendukung keluarga muda.
Menurut He Dan, Direktur Pusat Penelitian Kependudukan dan Pembangunan China, kebijakan ini mencerminkan keadilan karena memperlakukan semua anak setara tanpa memandang urutan kelahiran. Hal ini juga dianggap sebagai upaya pemerintah untuk mendukung kebijakan tiga anak yang sebelumnya kurang diminati karena faktor ekonomi dan tekanan sosial.
NHC menyebutkan bahwa subsidi pengasuhan anak ini bukan langkah jangka pendek, melainkan bagian dari strategi investasi sumber daya manusia jangka panjang. Pemerintah ingin membangun masyarakat yang ramah terhadap kelahiran dan memastikan anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang sehat, aman, dan sejahtera.
Dengan menanamkan investasi sejak dini pada generasi muda, pemerintah berharap mampu menciptakan populasi yang tidak hanya besar secara kuantitas, tetapi juga berkualitas. Dalam jangka panjang, kebijakan ini juga akan berdampak positif terhadap pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial secara menyeluruh.
Data terbaru menunjukkan bahwa setidaknya 20 juta keluarga di seluruh China akan menerima manfaat langsung dari subsidi ini setiap tahunnya. Bagi anak-anak yang lahir sebelum 1 Januari 2025 namun masih berusia di bawah tiga tahun, subsidi tetap diberikan secara proporsional berdasarkan usia yang memenuhi syarat.
Program ini juga menegaskan bahwa negara tidak tinggal diam dalam menghadapi lonjakan angka penuaan dan anjloknya tingkat kelahiran yang sudah mencapai titik terendah sejak tahun 1960-an. Sebagai informasi, tingkat kelahiran di China pada 2023 hanya 6,39 kelahiran per 1.000 orang, jauh di bawah angka pengganti populasi yang ideal.
Saat ini, seluruh wilayah administratif di China tengah berlomba menyusun rencana implementasi subsidi pengasuhan anak. Pemerintah daerah diminta menyesuaikan kebijakan pusat dengan situasi lokal agar penyaluran subsidi berjalan lancar. Targetnya, pengajuan subsidi akan resmi dibuka secara bertahap mulai akhir Agustus 2025.
Program ini tidak hanya akan memberikan dana, tetapi juga diharapkan mengubah cara pandang masyarakat terhadap pengasuhan anak. Dengan dukungan keuangan dari negara, orang tua tidak lagi terlalu terbebani biaya perawatan dan bisa lebih fokus pada tumbuh kembang anak.
Masalah demografi telah menjadi perhatian serius pemerintah China dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah penduduk usia produktif menurun, sementara jumlah lansia meningkat drastis. Jika tidak diatasi segera, kondisi ini bisa membebani sistem ekonomi, sosial, dan kesehatan dalam jangka panjang.
Langkah berani ini juga menunjukkan perubahan sikap pemerintah, yang dulu menerapkan kebijakan satu anak secara ketat, namun kini justru mendorong masyarakat untuk memiliki lebih banyak anak. Namun, tantangan tetap ada. Banyak pasangan muda enggan memiliki anak karena beban biaya pendidikan, perumahan, dan kesehatan yang tinggi.
Para pengamat menyambut baik kebijakan ini, tetapi mereka juga menekankan pentingnya dukungan tambahan di luar bantuan uang tunai. Fasilitas penitipan anak, cuti melahirkan yang lebih fleksibel, serta perlindungan kerja bagi ibu bekerja menjadi hal-hal yang perlu dibarengi agar hasilnya maksimal.
Meski begitu, subsidi Rp8 juta per anak tetap dianggap sebagai awal yang baik. Ini adalah langkah konkret untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap sistem sosial dan keluarga di China. Jika dilaksanakan dengan baik, kebijakan ini berpotensi mengubah tren demografi secara perlahan.
Kebijakan subsidi pengasuhan anak yang diluncurkan oleh Pemerintah China menunjukkan keseriusan negara dalam menangani krisis populasi. Dengan memberikan bantuan langsung kepada keluarga muda, China berharap dapat membangun masyarakat yang berkelanjutan dan mendukung pertumbuhan generasi masa depan. Apakah ini akan berhasil? Waktu yang akan menjawab, tetapi satu hal sudah jelas: China sedang berani bertaruh demi masa depannya.
Kondisi jalan rusak di Gorontalo memaksa warga mengangkut jenazah dengan motor menuju rumah duka. Potret…
DPRD desak Pemko Medan bangun pompa air di titik rawan banjir, langkah penting untuk tanggulangi…
Fobia adalah ketakutan berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu yang bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari. Artikel…
"Temukan 10 buah-buahan penyerap racun yang membantu detoks alami tubuh. Dari lemon, apel, hingga buah…
Fenomena Langka Menghebohkan Dunia Video penampakan paus biru kerdil di perairan Busselton Jetty, Australia Barat,…