Categories: Trending

Bukan Kesurupan! 3 Siswi Ini Tiba-tiba Kena Gangguan Jiwa Usai Nonton Film Horor

1. Peristiwa yang Mengejutkan: Siswi Mendadak Alami Gangguan Jiwa

Sebuah peristiwa mengejutkan terjadi di sebuah sekolah menengah di Indonesia. Seorang siswi berusia 16 tahun tiba-tiba mengalami gangguan jiwa usai menonton film horor bersama teman-temannya. Awalnya, para guru dan siswa lain mengira remaja itu mengalami kesurupan karena berteriak histeris dan tidak bisa dikendalikan. Namun, setelah diperiksa oleh pihak medis dan psikolog, ternyata kondisinya bukan kesurupan melainkan gangguan psikotik akut akibat trauma psikologis dari tontonan film horor.

Kejadian itu bermula saat siswi tersebut menonton film horor lokal yang sedang populer di bioskop. Film itu menampilkan adegan supranatural yang sangat mencekam, dengan efek suara dan visual yang intens. Setelah menonton, dia tampak ketakutan dan sulit tidur. Dalam beberapa hari, perilakunya mulai berubah—sering berbicara sendiri, menangis tanpa alasan, dan menunjukkan rasa takut berlebihan pada hal-hal gelap.

Pihak keluarga pun membawa siswi itu ke rumah sakit jiwa. Dari hasil pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa tontonan tersebut memicu gangguan psikotik sementara yang memperburuk kondisi mentalnya yang sebelumnya sudah rentan.


2. Bukan Kesurupan, Tapi Gangguan Mental Akibat Trauma

Banyak orang masih beranggapan bahwa remaja yang berteriak histeris setelah nonton film horor mengalami kesurupan. Padahal, dalam banyak kasus, fenomena tersebut adalah reaksi psikologis ekstrem terhadap rasa takut. Menurut dr. Ratna Widyaningsih, Sp.KJ, psikiater dari Fakultas Kedokteran UGM, kasus seperti ini bukan hal baru.

“Tubuh manusia memiliki batas dalam mengelola rasa takut. Jika seseorang mengalami ketakutan yang sangat intens, apalagi dalam kondisi stres atau kelelahan, maka otaknya bisa ‘terlalu panas’. Akibatnya, bisa muncul gejala seperti kehilangan kesadaran realita, histeris, bahkan gangguan psikotik sementara,” jelas dr. Ratna.

Gangguan psikotik sementara ini mirip dengan mimpi buruk dalam kondisi sadar. Penderitanya merasa seolah-olah berada dalam dunia film yang baru saja ditontonnya. Mereka bisa berhalusinasi, mendengar suara-suara aneh, atau melihat bayangan yang sebenarnya tidak nyata.


3. Mengapa Film Horor Bisa Begitu Mempengaruhi Otak Remaja?

Film horor sengaja dirancang untuk menstimulasi reaksi ketakutan otak manusia. Efek suara mendadak, pencahayaan gelap, dan adegan mengejutkan membuat tubuh memproduksi hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Pada orang dewasa yang mentalnya kuat, efek ini mungkin terasa seru. Namun, pada remaja yang sistem emosinya belum stabil, hal ini bisa memicu gangguan serius.

Psikolog klinis Mira Pradipta, M.Psi menjelaskan bahwa film horor bekerja seperti “simulator ketakutan.” Ia meniru situasi bahaya yang memaksa otak untuk bereaksi seolah-olah sedang menghadapi ancaman nyata.

“Ketika seseorang menonton film horor, amigdala di otaknya langsung aktif. Otak tidak bisa sepenuhnya membedakan mana ancaman nyata dan mana yang hanya di layar. Akibatnya, tubuh bereaksi seperti sedang berada dalam bahaya,” ujar Mira.

Jika kondisi itu terjadi berulang atau terlalu intens, sistem saraf bisa kelelahan. Dalam kasus tertentu, remaja yang memiliki trauma masa kecil atau gangguan kecemasan dapat mengalami reaksi ekstrem seperti disosiasi (kehilangan kontak dengan realita) atau bahkan gangguan jiwa akut.


4. Dari Hiburan Jadi Ancaman Psikologis

Bagi sebagian besar orang, film horor hanyalah hiburan. Tapi bagi individu dengan sensitivitas tinggi, film horor bisa menjadi pemicu masalah psikologis yang serius. Dalam beberapa studi internasional, peneliti menemukan bahwa paparan berlebihan terhadap film horor dapat menyebabkan mimpi buruk, insomnia, dan kecemasan jangka panjang.

Sebuah penelitian di Journal of Media Psychology menyebutkan bahwa remaja perempuan cenderung lebih rentan terhadap dampak emosional dari film horor dibandingkan remaja laki-laki. Hal ini disebabkan oleh faktor hormonal dan cara otak perempuan memproses emosi yang lebih dalam.

Efeknya tidak hanya muncul sesaat. Beberapa korban bahkan mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD) ringan setelah menonton film yang terlalu menakutkan. Mereka menjadi takut gelap, enggan sendirian, bahkan menghindari televisi dan bioskop selama berbulan-bulan.


5. Tanda-Tanda Gangguan Mental Setelah Nonton Film Horor

Keluarga dan guru perlu waspada jika remaja menunjukkan perubahan perilaku setelah menonton film menakutkan. Berikut tanda-tanda yang sering muncul:

  1. Sulit tidur atau mimpi buruk terus-menerus.

  2. Menolak berada di tempat gelap atau sendirian.

  3. Sering menangis tanpa sebab atau tampak ketakutan.

  4. Mendengar suara atau melihat hal-hal yang tidak nyata.

  5. Menarik diri dari lingkungan sosial.

  6. Menunjukkan ekspresi datar atau kehilangan minat pada hal-hal yang disukai.

Jika gejala-gejala ini berlangsung lebih dari seminggu, maka penting untuk segera mendapatkan bantuan dari psikolog atau psikiater. Penanganan dini bisa mencegah kondisi berkembang menjadi gangguan mental berat.


6. Film Horor dan Mekanisme Otak: Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Secara neurologis, ketika seseorang menonton film horor, otaknya melepaskan zat kimia seperti dopamin dan adrenalin yang menimbulkan sensasi tegang sekaligus menyenangkan. Namun, jika produksi hormon stres ini berlebihan, otak bisa kehilangan keseimbangan.

Ahli neuropsikologi Prof. Daniel Siegel menyebut fenomena ini sebagai “overstimulation of the fear circuit”—yakni ketika sistem ketakutan otak bekerja terlalu keras hingga tidak bisa kembali normal. Dalam kondisi seperti ini, seseorang dapat mengalami panic attack, delusi, bahkan halusinasi visual dan auditif.

Dengan kata lain, bukan roh halus yang “masuk” ke tubuh seseorang, melainkan otak yang kewalahan menghadapi ketakutan.


7. Faktor Risiko yang Membuat Remaja Lebih Rentan

Tidak semua orang yang menonton film horor akan mengalami gangguan mental. Namun, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko, seperti:

  • Riwayat trauma masa kecil (terutama kekerasan atau kehilangan).

  • Kecenderungan gangguan cemas atau depresi.

  • Kurang tidur atau kelelahan ekstrem.

  • Tidak memiliki dukungan emosional yang cukup dari keluarga.

  • Menonton dalam kondisi stres berat atau sendirian.

Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat membuat seseorang lebih mudah “terpicu” oleh film yang mengandung unsur menakutkan, darah, atau supranatural.


8. Peran Lingkungan Sekolah dan Orang Tua

Dalam kasus siswi tersebut, pihak sekolah sempat menyesalkan kejadian itu. Mereka mengaku tidak menduga bahwa tontonan yang awalnya untuk hiburan bersama justru berujung tragedi psikologis. Guru BK di sekolah itu kini melakukan pendampingan khusus dan memberikan edukasi kepada siswa lain tentang cara menonton film dengan aman.

Orang tua pun diimbau untuk lebih selektif terhadap tontonan anak-anaknya. Meskipun banyak film horor yang dikemas sebagai hiburan, tidak semua sesuai dengan usia remaja. Film dengan rating 17+ sebaiknya dihindari oleh anak usia sekolah menengah.

Selain itu, penting untuk membangun komunikasi terbuka. Jika anak merasa takut setelah menonton sesuatu, orang tua perlu memberikan dukungan emosional, bukan mengejek atau menganggapnya lemah. Validasi perasaan adalah langkah pertama dalam menjaga kesehatan mental remaja.


9. Nasihat dari Psikolog: Cara Aman Menikmati Film Horor

Psikolog merekomendasikan beberapa cara agar pengalaman menonton film horor tetap aman dan tidak berujung pada gangguan psikologis:

  1. Ketahui batas diri. Jika mudah terkejut atau cemas, hindari film dengan konten ekstrem.

  2. Jangan menonton sendirian, terutama di malam hari.

  3. Istirahatkan pikiran setelah menonton. Lakukan aktivitas yang menenangkan seperti mendengarkan musik ringan.

  4. Jangan langsung tidur setelah menonton. Beri waktu minimal 30–60 menit agar adrenalin turun.

  5. Pilih film berdasarkan rating usia.

  6. Jika merasa terganggu, bicarakan dengan orang terdekat atau ahli.

Film horor tidak salah. Namun, cara kita merespons rasa takutlah yang menentukan apakah efeknya positif atau justru berbahaya.


10. Dari Kasus Ini, Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Kisah siswi yang mengalami gangguan jiwa usai menonton film horor menjadi pengingat penting bahwa kesehatan mental sama rapuhnya dengan fisik. Rasa takut yang dibiarkan tanpa pengelolaan bisa berubah menjadi trauma mendalam. Apalagi di era digital, di mana akses ke film-film ekstrem sangat mudah melalui platform streaming.

Diperlukan literasi kesehatan mental yang lebih luas agar masyarakat memahami bahwa gangguan psikologis bukan hal mistis atau “kesurupan”, melainkan kondisi medis yang bisa dijelaskan dan diobati.


11. Penanganan dan Harapan Pemulihan

Setelah menjalani perawatan intensif selama beberapa minggu, siswi yang mengalami gangguan tersebut mulai menunjukkan perbaikan. Dengan terapi psikologis dan obat penenang ringan, kondisinya kini stabil. Namun, dokter menekankan bahwa pemulihan total membutuhkan waktu dan dukungan sosial yang kuat.

“Pasien seperti ini bisa pulih sepenuhnya asal tidak dipaksa untuk kembali menghadapi pemicu ketakutannya terlalu cepat,” ujar dr. Ratna.

Ia menambahkan, masyarakat perlu berhenti melabeli korban gangguan jiwa dengan stigma negatif. “Bukan kesurupan, bukan lemah iman. Ini murni reaksi otak terhadap stres ekstrem,” tegasnya.


12. Kesimpulan: Tak Semua Hiburan Aman untuk Semua Orang

Kasus siswi yang mengalami gangguan jiwa usai menonton film horor membuka mata banyak pihak bahwa hiburan tidak selalu aman bagi semua orang. Film horor memang menawarkan sensasi adrenalin, tetapi di sisi lain bisa menjadi pemicu gangguan psikis bagi individu yang rentan.

Rasa takut sejatinya adalah bagian alami dari manusia, namun jika berlebihan, bisa merusak keseimbangan mental. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk:

  • Mengenali batas diri terhadap rasa takut.

  • Tidak memaksakan diri mengikuti tren tontonan seram.

  • Mengedukasi remaja agar paham dampak psikologis tontonan.

  • Membuka ruang diskusi tentang kesehatan mental tanpa stigma.

Pada akhirnya, film horor memang bisa menghibur—tetapi hanya jika kita tahu cara menontonnya dengan bijak. Dan yang terpenting, tidak semua hal aneh setelah menonton film seram harus dikaitkan dengan hal mistis. Kadang, jawabannya sederhana: otak manusia pun punya batas ketahanan terhadap rasa takut.

By : BomBom

Update24

Recent Posts

4 Penyebab Tubuh Dapat Mengalami Alergi Dingin

Tdak seimua orang dapat menikmati udara, cuaca, atau suhu dingin. Selain menggigil karena kedinginan, beberapa…

3 hari ago

Apa Itu Tiket Dinamis Piala Dunia 2026 dan Mengapa Merugikan Suporter?

Tiket dinamis Piala Dunia 2026 mirip dengan mekanisme tiket pesawat atau hotel Tahap distribusi tiket…

3 hari ago

7 Manfaat Dahsyat Buah Belimbing untuk Kesehatan Tubuh

Buah belimbing, atau dikenal juga dengan nama star fruit karena bentuknya menyerupai bintang ketika dipotong…

3 hari ago

Polri Tetapkan 1 Tersangka Baru : Tambang Ilegal Batu Bara di IKN

Polri Tetapkan 1 Tersangka Baru : Kasus Tambang Ilegal Batu Bara Rp 5,7 T di…

3 hari ago

Analisis Saham PT Repower Asia Indonesia Tbk

Kami berkomitmen menghadirkan hunian dan proyek properti di lokasi strategis dengan standar kualitas tinggi, dirancang…

3 hari ago