7 Fakta Bank Indonesia Cetak Banyak Uang untuk Prabowo
Bank Indonesia cetak banyak uang untuk Prabowo lewat skema burden sharing. Simak 7 fakta penting, risiko, dan dampaknya bagi ekonomi nasional.
Isu Bank Indonesia cetak banyak uang untuk Prabowo menjadi sorotan publik sejak awal September 2025. Kebijakan ini dilakukan melalui mekanisme burden sharing antara Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan. Publik awam menganggap langkah ini identik dengan “cetak uang”, walaupun secara teknis BI tidak benar-benar menambah jumlah uang fisik.
Artikel ini menguraikan tujuh fakta penting yang menjelaskan bagaimana kebijakan tersebut bekerja, apa tujuannya, risiko yang mungkin muncul, hingga dampaknya bagi ekonomi nasional dan politik pemerintahan Prabowo Subianto.
1. Fakta Pertama – Bank Indonesia Cetak Banyak Uang untuk Prabowo Lewat Burden Sharing
Burden sharing adalah kerja sama pembiayaan antara BI dan pemerintah. Dalam skema ini, BI membeli Surat Berharga Negara (SBN) dalam jumlah besar dari pasar sekunder. Bunga SBN kemudian ditanggung bersama: separuh oleh BI, separuh oleh pemerintah.
Langkah ini memberi pemerintah ruang fiskal tambahan untuk membiayai program prioritas Presiden Prabowo. Media lalu menyorotnya sebagai Bank Indonesia cetak banyak uang untuk Prabowo karena jumlah yang dialokasikan mencapai sekitar Rp200 triliun.
2. Fakta Kedua – Tujuan Bank Indonesia Cetak Banyak Uang untuk Prabowo
Dana burden sharing diarahkan untuk mendukung program Asta Cita Prabowo. Program-program tersebut antara lain:
-
Pembangunan jutaan rumah murah untuk rakyat.
-
Subsidi bahan pokok strategis.
-
Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih.
-
Dukungan modal untuk UMKM dan bisnis kecil.
Dengan tambahan likuiditas dari BI, pemerintah bisa lebih cepat merealisasikan janji kampanye.
3. Fakta Ketiga – Mengapa Disebut Cetak Uang?
Bagi masyarakat awam, ketika ada tambahan dana besar dalam APBN, hal itu dianggap sebagai “cetak uang”. Padahal, secara teknis BI tidak memproduksi uang fisik baru. Namun, efek likuiditas dari burden sharing memang bisa memperbesar jumlah uang beredar.
Media kemudian menyederhanakan isu ini dengan istilah Bank Indonesia cetak banyak uang untuk Prabowo agar mudah dipahami publik. Narasi ini cepat populer karena terkait langsung dengan politik.
4. Fakta Keempat – Risiko Bank Indonesia Cetak Banyak Uang untuk Prabowo
Ada beberapa risiko utama dari kebijakan ini:
-
Fiscal dominance → BI bisa dianggap terlalu tunduk pada kebutuhan politik.
-
Inflasi → tambahan likuiditas bisa mendorong harga barang naik.
-
Nilai tukar rupiah → investor asing bisa keluar jika independensi BI diragukan.
-
Pasar obligasi dangkal → peran investor swasta berkurang karena BI terlalu dominan.
Semua risiko ini membuat kebijakan burden sharing harus dijalankan dengan penuh kehati-hatian.
5. Fakta Kelima – Apakah BI Masih Independen?
Gubernur BI menegaskan bahwa independensi tetap dijaga meski ada burden sharing. Namun, karena dana tersebut jelas mendukung program politik Prabowo, banyak akademisi mempertanyakan netralitas BI.
Sebagian pakar menilai kebijakan ini hanya boleh sementara. Jika terus dilakukan, maka BI berpotensi kehilangan kredibilitas sebagai bank sentral yang independen.
6. Fakta Keenam – Perbandingan dengan Negara Lain
Kebijakan serupa sebenarnya juga terjadi di negara lain.
-
Amerika Serikat: The Fed membeli obligasi triliunan dolar melalui Quantitative Easing pasca krisis 2008.
-
Jepang: Bank of Japan membeli obligasi bahkan hingga saham dan ETF.
-
Indonesia: Perbedaannya, kebijakan ini dikaitkan langsung dengan politik, sehingga istilah Bank Indonesia cetak banyak uang untuk Prabowo menimbulkan polemik yang lebih kuat.
7. Fakta Ketujuh – Dampak Jangka Panjang Bank Indonesia Cetak Banyak Uang untuk Prabowo
Dampak positif jangka pendek antara lain: proyek infrastruktur bisa berjalan, rakyat mendapat subsidi, dan konsumsi meningkat. Namun, dalam jangka panjang, kebijakan ini bisa menimbulkan inflasi, pelemahan rupiah, dan berkurangnya minat investor asing.
Secara politik, Prabowo akan mendapat legitimasi yang lebih kuat. Tetapi oposisi akan menjadikan isu ini sebagai kritik bahwa BI terlalu condong mendukung pemerintah.
Analisis Kritis Fakta Bank Indonesia Cetak Banyak Uang untuk Prabowo
Kebijakan burden sharing ibarat pedang bermata dua. Jika berhasil, rakyat merasa terbantu, ekonomi tumbuh, dan stabilitas politik terjaga. Jika gagal, inflasi melonjak, rupiah melemah, dan kepercayaan investor hancur. Oleh sebab itu, transparansi sangat diperlukan agar kebijakan ini tidak menimbulkan krisis kepercayaan.
Kesimpulan Fakta Bank Indonesia Cetak Banyak Uang untuk Prabowo
Isu Bank Indonesia cetak banyak uang untuk Prabowo lebih tepat dipahami sebagai dukungan moneter melalui pembelian SBN, bukan cetak uang fisik. Meskipun bisa membantu pemerintah, kebijakan ini memiliki risiko besar. Inflasi, independensi BI, dan stabilitas rupiah adalah faktor yang harus terus diawasi.