Bali dilanda bencana banjir parah setelah hujan lebat terus terjadi sejak Senin malam, 8 September hingga Rabu pagi, 10 September 2025. Angka terbaru mencatat sekitar 9 orang tewas di Bali, termasuk di antaranya korban yang tersapu bangunan yang roboh di Pasar Kumbasari, Denpasar.AP News Luapan air juga merenggut korban lain, sementara 6 orang lain masih dinyatakan hilang, hingga saat artikel ini dibuat.AP News
Secara nasional, kombinasi bencana di Bali dan Nusa Tenggara Timur telah mengambil korban jiwa sedikitnya 15 orang dan menyebabkan 10 orang hilang, dengan ribuan warga mengungsi.AP News
BMKG mengonfirmasi bahwa banjir disebabkan oleh hujan ekstrem yang berlangsung terus-menerus selama lebih dari 24 jam. Curah hujan mencapai intensitas tinggi dalam waktu singkat, di atas ambang normal harian.
Fenomena atmosfer gelombang Rossby ekuatorial diklaim menjadi pemicu utama. Gelombang ini mendorong pembentukan awan konvektif raksasa yang memproduksi hujan lebat secara intensif. Kondisi kelembapan juga meningkat hingga ketinggian tertentu, memperkuat potensi hujan ekstrem di Bali.
Denpasar mencatat paling sedikit 43 titik banjir, termasuk dua yang paling parah adalah di Pasar Badung serta sepanjang aliran Tukad Badung – area yang berhimpitan (padat) dan minim drainase memadai
Di beberapa titik, tinggi air mencapai atap rumah, bahkan menyebabkan dua toko kain (ruko) di pinggir Tukad Badung roboh ketika tak mampu menahan tekanan arus.
Akses jalan terganggu total, termasuk Jalan Pura Demak dan ruas utama lainnya; transportasi lumpuh dan aktivitas perdagangan terganggu
Meski hujan ekstrem adalah pemicu utama, banyak pihak menyalahkan drainase kota yang buruk:
Banyak saluran pembuangan air tersumbat oleh sampah plastik dan limbah padat.
Drainase yang ada memiliki kapasitas terlalu kecil dibandingkan volume air hujan yang datang tiba-tiba.
Alih fungsi lahan: kawasan resapan berubah menjadi perumahan, komersial, bahkan hotel. Ruang terbuka hijau (RTH) menyusut drastis—kini hanya tersisa sekitar 15–20%, jauh dari rekomendasi minimal 30%.
Pengelolaan air tradisional seperti sistem subak perlahan terkikis, mengurangi kemampuan ekologis Bali untuk menyerap dan menyalurkan air dengan baik.
Denpasar merupakan wilayah dataran rendah dengan banyak aliran sungai besar seperti Tukad Badung. Saat hujan ekstrem, daerah hulu langsung mengalir deras ke kota namun tak tertampung.
Pasang laut (rob) pada saat bersamaan memperparah situasi. Saat kondisi laut sedang pasang, aliran air sungai menuju laut terhambat, menyebabkan air meluap balik ke daratan.
Sektor kehidupan terganggu parah:
Negeri “paradise” mendadak lumpuh: ribuan rumah terendam, masyarakat trauma, ratusan kendaraan rusak, dan pedagang kehilangan seluruh dagangan.https://yokmaju.com/
Pasar tradisional seperti Kumbasari porak-poranda; pedagang terpaksa diungsikan, bahkan permintaan penggantian kerugian mulai diajukan
Infrastruktur vital seperti rumah sakit, pertokoan, dan bangunan komersial ada yang terendam dan rusak. Pasokan air, listrik, komunikasi terganggu.
Sekitar 200 petugas SAR diterjunkan di Denpasar untuk mengevakuasi warga terjebak.
Pemerintah provinsi dan kota bergerak cepat: Gubernur Wayan Koster meninjau langsung lokasi terdampak, sementara Walikota Denpasar dan instansi terkait mendata kerusakan serta klaim ganti rugi pada pedagang dan warga terdampak.
TRC (Tim Reaksi Cepat), BPBD, dan aparat desa bersinergi melakukan evakuasi massal, membuka posko pengungsian, dan menyebarkan informasi melalui BMKG.
Revitalisasi drainase — perlu perluasan, pengerukan sedimen, serta penanganan rutin agar air dapat mengalir lancar saat hujan ekstrem tiba.
Pengelolaan tata ruang yang ketat — penghentian pembangunan ilegal di bantaran sungai, memperkuat regulasi inklusif kawasan resapan.
Penambahan RTH minimal 30% — taman kota, hutan kota, sumur resapan, bantuan ruang hijau sebagai penahan air.
Revitalisasi subak sebagai sistem pengelolaan air tradisional yang sejak ratusan tahun berfungsi secara alami.
Sistem peringatan dini dari BMKG — memastikan masyarakat dapat mempersiapkan diri lantaran hujan ekstrem dapat diprediksi lebih awal.
Partisipasi masyarakat aktif — mengurangi sampah plastik penyumbat saluran, menjaga kebersihan lingkungan.
Bencana banjir besar di Bali awal September 2025 adalah hasil pahit dari kombinasi cuaca ekstrem (gelombang Rossby), kebocoran sistem drainase, tata ruang yang kacau, kurangnya ruang resapan, dan pasang rob. Kerusakan yang ditimbulkan sangat besar—nyawa hilang, rumah hancur, ekonomi terhenti, dan trauma kolektif warga Bali.
Pemerintah dan masyarakat tengah bergotong-royong berusaha pulih, namun tanpa mitigasi sistemik dan perbaikan struktural, Bali tetap terancam oleh banjir hebat serupa di masa depan.
by : st
Buah Semangka bukan hanya buah penyegar di cuaca panas, tapi juga superfood yang menyimpan 7…
Kondisi jalan rusak di Gorontalo memaksa warga mengangkut jenazah dengan motor menuju rumah duka. Potret…
DPRD desak Pemko Medan bangun pompa air di titik rawan banjir, langkah penting untuk tanggulangi…
Fobia adalah ketakutan berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu yang bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari. Artikel…
"Temukan 10 buah-buahan penyerap racun yang membantu detoks alami tubuh. Dari lemon, apel, hingga buah…