Waxing adalah salah satu metode penghilangan bulu yang populer karena hasilnya yang cepat dan tahan lama. Baik di gunakan pada area kaki, tangan, ketiak, hingga area sensitif seperti bikini line dan wajah, waxing di anggap solusi praktis untuk tampil lebih bersih dan rapi. Namun, di balik sensasi kulit yang halus, waxing ternyata menyimpan berbagai potensi bahaya yang tidak boleh diabaikan. Prosedur ini bisa menimbulkan risiko kesehatan kulit, terutama jika di lakukan secara tidak tepat atau terlalu sering.
Bahaya paling umum dari waxingg adalah iritasi kulit. Setelah waxing, kulit biasanya menjadi merah, gatal, dan terasa perih. Ini terjadi karena proses pencabutan bulu secara paksa dari akar menyebabkan stres pada permukaan kulit. Iritasi ini bersifat sementara, tetapi pada kulit sensitif bisa berkembang menjadi luka atau reaksi alergi.
Penggunaan wax panas juga dapat memperparah kondisi iritasi. Jika suhu wax terlalu tinggi, bisa menyebabkan luka bakar ringan hingga sedang. Hal ini kerap terjadi jika waxingg di lakukan sendiri di rumah tanpa pengawasan profesional.
Kulit yang baru selesai waxing menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Saat bulu tercabut dari akar, pori-pori kulit terbuka dan menjadi pintu masuk bagi bakteri. Jika area kulit tidak di jaga kebersihannya setelah waxing, infeksi bakteri seperti folikulitis (radang folikel rambut) bisa terjadi. Gejala infeksi ini meliputi benjolan merah, nanah, rasa gatal, hingga nyeri.
Selain itu, waxingg di salon yang tidak steril atau penggunaan alat waxing bekas pakai dapat meningkatkan risiko penyebaran infeksi kulit atau bahkan penyakit menular.
Waxingg dengan wax panas memiliki potensi menyebabkan luka bakar. Terutama jika tidak di uji suhunya sebelum di aplikasikan ke kulit. Wax yang terlalu panas bisa mengelupas lapisan atas kulit, menyebabkan luka terbuka dan sensasi terbakar yang menyakitkan.
Luka lecet juga bisa terjadi ketika wax ditarik terlalu cepat atau dengan arah yang salah. Jika kulit ikut terangkat bersama wax, maka akan terjadi luka yang bisa meninggalkan bekas atau mengelupas jaringan kulit sehat.
Bahaya lain dari waxingg adalah hiperpigmentasi atau penggelapan kulit. Proses waxing yang agresif dapat menyebabkan trauma pada kulit yang memicu peningkatan produksi melanin, terutama pada orang dengan warna kulit gelap atau sawo matang.
Biasanya hiperpigmentasi muncul sebagai bercak gelap pada area yang sering di waxing, seperti ketiak dan bikini line. Meskipun tidak berbahaya secara medis, kondisi ini dapat mengganggu penampilan dan rasa percaya diri.
Salah satu keluhan pasca-waxingg yang cukup umum adalah pertumbuhan bulu ke dalam atau ingrown hair. Hal ini terjadi ketika rambut baru tumbuh namun tidak bisa menembus permukaan kulit, melainkan tumbuh ke arah dalam. Akibatnya, muncul benjolan kecil yang terkadang terasa sakit atau gatal.
Ingrown hair lebih sering terjadi di area yang memiliki rambut kasar, seperti kaki dan area intim. Jika tidak di tangani, kondisi ini bisa menyebabkan peradangan, infeksi, dan bahkan meninggalkan bekas luka.
Beberapa produk wax mengandung bahan kimia atau pewangi buatan yang bisa memicu reaksi alergi, terutama pada kulit sensitif. Reaksi ini bisa berupa ruam, gatal, bengkak, atau sensasi terbakar. Untuk menghindari hal ini, penting untuk melakukan tes patch terlebih dahulu sebelum waxingg, terutama jika menggunakan produk baru.
Penggunaan waxing secara terus-menerus dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan kulit yang lebih serius. Kulit bisa menjadi lebih tipis, sensitif, dan rentan terhadap kerutan atau tanda penuaan dini. Beberapa orang juga mengalami hilangnya elastisitas kulit karena sering di tarik dan di tekan saat waxingg.
Waxingg tidak di sarankan untuk semua orang, terutama bagi yang memiliki kondisi medis tertentu. Misalnya, penderita diabetes memiliki penyembuhan luka yang lebih lambat, sehingga luka kecil akibat waxing bisa berkembang menjadi infeksi serius. Orang yang sedang menggunakan obat jerawat seperti isotretinoin (Accutane) juga sebaiknya tidak melakukan waxingg karena kulit menjadi lebih rapuh dan mudah mengelupas.
Waxingg di area wajah (seperti alis, bibir atas), atau area intim (bikini wax) memiliki risiko yang lebih tinggi. Kulit di area tersebut sangat tipis dan mudah iritasi. Kesalahan teknik atau produk yang tidak cocok bisa menyebabkan peradangan serius, luka, hingga infeksi saluran kemih atau vagina.
Di luar risiko fisik, ada juga dampak psikologis yang timbul dari tren waxingg. Banyak perempuan (dan pria) merasa tertekan secara sosial untuk tampil mulus dan bebas bulu demi memenuhi standar kecantikan tertentu. Tekanan ini bisa berdampak pada kesehatan mental dan kepercayaan diri, bahkan menyebabkan kecemasan jika tidak melakukan waxing secara rutin.
Meskipun waxingg menawarkan hasil instan dan kulit yang mulus, penting untuk menyadari bahwa prosedur ini tidak sepenuhnya aman. Berbagai risiko mulai dari iritasi ringan hingga infeksi serius mengintai jika waxingg di lakukan secara sembarangan, terlalu sering, atau tanpa memperhatikan kebersihan dan teknik yang tepat.
Melakukan di tempat yang steril dan profesional.
Menghindari waxingg saat kulit sedang iritasi, luka, atau setelah berjemur.
Melakukan perawatan kulit setelah waxingg, seperti menggunakan gel lidah buaya atau losion anti-inflamasi.
Menghindari pakaian ketat setelah waxingg agar kulit bisa “bernapas”.
Konsultasi dengan dokter kulit jika sering mengalami efek samping.
memang penting, tetapi tidak seharusnya mengorbankan kesehatan kulit. Bijaklah dalam memilih metode perawatan tubuh yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pribadi. Kulit yang sehat adalah hasil dari perawatan yang tepat, bukan hanya dari tampilan luar yang mulus.
Buah Semangka bukan hanya buah penyegar di cuaca panas, tapi juga superfood yang menyimpan 7…
Kondisi jalan rusak di Gorontalo memaksa warga mengangkut jenazah dengan motor menuju rumah duka. Potret…
DPRD desak Pemko Medan bangun pompa air di titik rawan banjir, langkah penting untuk tanggulangi…
Fobia adalah ketakutan berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu yang bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari. Artikel…
"Temukan 10 buah-buahan penyerap racun yang membantu detoks alami tubuh. Dari lemon, apel, hingga buah…