kehidupanLove & RelationshipsTrending

Bagikan Cerita Pernikahanmu dengan Cerdas dan Beretika di Sosmed

Beretika di Sosmed : Tak sedikit pasangan yang merasa berada di tengah tuntutan—di satu sisi ingin menjadi pasangan yang harmonis, di sisi lain harus memenuhi ekspektasi dari keluarga besar.

Tulis Postingan Pernikahanmu dengan Cara yang Elegan dan Menginspirasi

Di era digital ini, media sosial menjadi tempat banyak orang mengekspresikan perasaan dan pemikiran, termasuk soal pernikahan dan kehidupan pribadi. Salah satu postingan yang cukup sering muncul adalah pernyataan tegas seperti:

“Aku menikah dengan suamiku untuk menjadi seorang istri, bukan untuk menjadi menantu kesayangan atau ipar yang baik. Tidak menerima saran dan kritik dalam bentuk apapun.”

Pernyataan seperti ini biasanya lahir dari rasa lelah atau tekanan yang dirasakan seseorang dalam perannya sebagai bagian dari keluarga besar setelah menikah. Ia ingin menegaskan bahwa fokus utamanya adalah hubungan dengan suami, bukan memenuhi ekspektasi pihak lain. Seperti postingan orang orang di sosmed berikut ini :

Beretika di Sosmed : Menyuarakan Batasan Tanpa Menimbulkan Pro-Kontra

Namun, cara penyampaian yang terlalu keras bisa menimbulkan pro dan kontra. Apalagi di ruang publik seperti media sosial, di mana setiap kalimat bisa ditafsirkan berbeda oleh banyak orang. Jika tidak disampaikan dengan bijak, niat menyuarakan batasan bisa berubah menjadi kesan menutup diri dari kritik positif atau bahkan dianggap menyindir pihak tertentu.

Sebagai alternatif, kita bisa menyampaikan pesan yang sama dengan cara yang lebih elegan dan tetap tegas, contohnya:

“Aku menikah untuk menjadi istri bagi suamiku. Keharmonisan rumah tangga kami adalah prioritas utama. Aku menghargai keluarga besar, dan berharap bisa menjaga batasan yang sehat dalam hubungan ini.”

Atau:

“Aku tidak menikah untuk menjadi menantu atau ipar terbaik, melainkan untuk membina rumah tangga bersama suamiku. Aku terbuka terhadap masukan yang membangun, bukan yang mencampuri secara berlebihan.”

Dengan menyusun kata-kata yang lebih bijak, kita bisa menyampaikan isi hati tanpa menimbulkan konflik atau kesan negatif. Media sosial adalah ruang terbuka. Sebaiknya kita gunakan untuk berbagi inspirasi, bukan sekadar pelampiasan emosi.

Sebelum memposting sesuatu yang bersifat pribadi di media sosial, ada baiknya kita bertanya pada diri sendiri: Apakah ini akan memperbaiki keadaan, atau justru memperkeruh? Kadang, diam dan berbicara di tempat yang tepat lebih berdampak daripada sebuah unggahan viral

Kesimpulan:

Boleh saja menyuarakan batasan pribadi di media sosial, tapi lakukan dengan bijak. Pilih kata-kata yang tegas tapi tetap menghormati orang lain. Dengan begitu, pesan kita sampai, tapi hubungan tetap terjaga.

Ingatlah, kamu punya hak untuk menetapkan batasan, tapi kamu juga punya kekuatan untuk menyampaikannya dengan kasih. Karena kekuatan bukan hanya soal keberanian berkata ‘tidak’, tapi juga kebijaksanaan dalam memilih ‘bagaimana’ dan ‘kapan.

By : ceksinii

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *