Awas Keliru! Ini Beda Gejala Maag, GERD, Gastritis & Cara Penanganannya
Awas Keliru! Ini Beda Gejala
Maag, GERD, Gastritis & Cara Penanganannya

Awas Keliru! Ini Beda Gejala Maag, GERD, Gastritis – Kesibukan sehari-hari seringkali membuat pola makan tidak teratur. Kegiatan yang padat bikin makan terburu-buru, bahkan tak jarang jadi melewatkan waktu makan.
Membiarkan kebiasaan ini bisa menyebabkan berbagai masalah pencernaan. Keluhan perut kembung, nyeri ulu hati, atau sensasi panas di dada sering dikira sebagai Maag. Padahal gejala ini juga bisa menandakan penyakit lambung lainnya, seperti Gastritis (radang lambung) atau GERD (asam lambung naik).
Ketiganya memiliki gejala dan faktor pemicu yang mirip. Karena itu, kita perlu memahami perbedaannya agar bisa menanganinya dengan tepat. Lantas apa bedanya?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Internist) Konsultan Hati & Saluran Cerna Mayapada Hospital Surabaya, dr. Gunady Wibowo R, Sp.PD, KGEH memberikan panduan lengkap mengenai maag, gastritis, dan GERD, serta perbedaannya.
Pertama, penyakit lambung yang sering kita kenali ialah Maag. Atau yang dalam istilah medis disebut dispepsia.
Lebih lanjut dia menjelaskan Gastritis adalah kondisi peradangan pada dinding lambung. Umumnya, penyakit lambung ini menimbulkan gejala berupa nyeri yang terasa panas atau perih di ulu hati, perut kembung, mual dan muntah, penurunan nafsu makan, cegukan, serta rasa cepat kenyang. Peradangan yang semakin parah bisa menyebabkan perdarahan pada saluran cerna, ditandai dengan feses berwarna hitam dan muntah darah.
Sedangkan GERD atau gastroesophageal reflux disease terjadi akibat naiknya asam lambung ke kerongkongan. Adapun gejalanya meliputi sensasi terbakar di dada (heartburn), rasa asam atau pahit di mulut, nyeri di dada, sensasi mengganjal di tenggorokan, serta perut kembung. Pada kondisi tertentu, GERD dapat semakin parah jika penderita makan dalam porsi besar, langsung berbaring setelah makan, atau saat beristirahat malam
Berbagai faktor dapat menyebabkan GERD, termasuk obesitas, kehamilan, usia lanjut, kebiasaan tidur setelah makan, serta konsumsi obat-obatan tertentu. Selain itu, kondisi seperti melemahnya dinding lambung (Gastroparesis), hernia hiatus, atau riwayat operasi di area dada dan perut bagian atas juga dapat meningkatkan risiko GERD.
By : BomBom
