InternasionalEkonomi & KeuanganTrending

AS Serang Tiga Situs Nuklir di Iran, Dunia dalam Ketegangan

AS Serang Tiga Situs Nuklir di Iran, Dunia dalam Ketegangan

Amerika Serikat kembali mengguncang geopolitik global. Pada Jumat pagi waktu setempat, Presiden Donald Trump mengumumkan serangan udara besar-besaran terhadap tiga fasilitas nuklir utama milik Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan. Serangan ini menjadi langkah paling agresif AS terhadap Iran sejak krisis Teluk Persia meletus dua dekade lalu.
Sejak awal tahun, ketegangan antara Washington dan Teheran terus meningkat. Melalui berbagai laporan intelijen, AS mengklaim Iran terus memperkaya uranium secara diam-diam di luar batas kesepakatan internasional. Alih-alih merespons dengan diplomasi, Trump memilih jalur militer. Ia mengerahkan pesawat pengebom B-2 Spirit yang membawa bom penghancur bunker berkekuatan tinggi.
Di tengah malam yang gelap, langit Iran mendadak menyala. Bom-bom menghantam fasilitas bawah tanah yang dikenal sebagai pusat pengayaan nuklir rahasia. Ledakan-ledakan itu mengguncang tanah sekitar dan menciptakan kepanikan di sejumlah kota besar, termasuk Qom dan Esfahan. Meski Iran mengklaim tidak ada korban jiwa, warga setempat melaporkan suasana panik dan ketakutan.
Selanjutnya, Gedung Putih langsung menggelar konferensi pers. Trump tampil percaya diri dan menyebut operasi ini sebagai “tindakan pencegahan untuk perdamaian global.” Ia menyampaikan ultimatum kepada pemimpin Iran: “Berhenti atau hancur lebih dalam.” Dalam pernyataannya, Trump juga menegaskan bahwa serangan ini merupakan koordinasi penuh dengan Israel, sekutu utama AS di kawasan Timur Tengah.
Sementara itu, Iran tidak tinggal diam. Presiden Iran merespons dengan pidato nasionalis yang membakar semangat perlawanan rakyat. Ia menyebut serangan itu sebagai bentuk agresi terang-terangan dan menyerukan balas dendam. Militer Iran langsung meningkatkan status siaga dan mengerahkan sistem pertahanan di berbagai titik strategis.
Tidak lama setelah serangan, milisi pro-Iran di Suriah dan Irak mulai menembakkan roket ke pangkalan militer AS. Bahkan kelompok Houthi di Yaman juga meluncurkan rudal balistik ke arah wilayah Israel. Dengan kata lain, dampak serangan ini langsung memicu respons militer berantai di beberapa titik panas Timur Tengah.
Di sisi lain, komunitas internasional bereaksi cepat. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatinan mendalam dan menyerukan de-eskalasi segera. Uni Eropa juga meminta semua pihak untuk menahan diri dan kembali ke meja perundingan. Akan tetapi, hingga saat ini, belum ada sinyal damai dari kedua belah pihak.
Lebih lanjut, harga minyak dunia langsung melonjak. Investor global panik dan menarik dana dari pasar saham. Selain itu, maskapai internasional mulai membatalkan rute penerbangan ke Timur Tengah demi alasan keamanan.
Kini dunia menanti langkah selanjutnya. Akankah Iran membalas dalam skala besar, ataukah memilih jalur diplomasi dengan tekanan publik? Apapun jawabannya, keputusan AS telah membuka babak baru dalam konflik yang sudah lama membara. Konflik ini tidak hanya melibatkan dua negara, namun juga mempertaruhkan stabilitas kawasan dan masa depan perdamaian dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *