Faktor kedekatan dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, memperkuat dugaan Qatar dan Arab Saudi memang sudah diatur mewakili Asia ke AS, Kanada, dan Meksiko tahun depan.
So, publik dan pencinta Timnas Indonesia tak perlu sedih berlarut-larut dengan kegagalan Jay Idzes dkk. ke Piala Dunia 2026.
“Lolosnya Qatar dan Arab Saudi pembuktian, mereka sangat baik secara teknis dan non-teknis. Jadi kita tak perlu terus kecewa berlebihan dengan kegagalan Timnas Indonesia,” ujar Gusnul Yakin.
“Ini juga bukti pergaulan sepak bola Internasional juga penting. Kita harus akui memang sulit menggagalkan skenario tingkat tinggi seperti itu. Qatar dan Arab Saudi lebih kuat dan duluan membangun jaringan Internasional,” lanjutnya.
Seperti diketahui Qatar adalah tuan rumah Piala Dunia 2022. Sedangkan Arab Saudi telah diputuskan dalam pertemuan Kongres Luar Biasa FIFA pada 11 Desember 2024 lalu, sebagai tuan rumah Piala Dunia edisi 2034.
“Jika melihat peta itu, kita harus sadar diri, di mana posisi Indonesia? Timnas Indonesia bisa mencapai putaran keempat dan nyaris ke Piala Dunia 2026 sebuah pencapaian luar biasa,” tegas Gusnul Yakin.
“Ini seperti kegagalan Timnas Indonesia U-23 ke Olimpiade Paris 2024 lalu. Semua masih tergantung kekuatan lobi dan jaringan Internasional,” lanjutnya.
Move On
Yang harus dilakukan, lanjut pengamat sepak bola senior asal Malang ini, publik harus move on dan mendukung Timnas Indonesia di ajang Internasional berikutnya.
Misalnya, saat Timnas Indonesia U-17 tampil di Piala Dunia U-17 Qatar pada November 2025 nanti dan Timnas Indonesia senior di Piala Asia 2027.
“Akhiri semua polemik sepak bola Indonesia. Lepas kegagalan karena faktor Patrick Kluivert, tapi kita harus respek dan apresiasi perjuangan para pemain. Saya yakin semua pemain telah tampil maksimal. Siapa pun pasti ingin mencatat sejarah bermain di Piala Dunia,” jelasnya.
Selanjutnya, Gusnul Yakin meminta publik menanti hasil laporan Manajer Timnas Indonesia, Sumardji, kepada Ketum PSSI Erick dan para anggota Exco.
“Semua ada prosedur organisasinya. Semoga hasil pertemuan nanti membawa kabar baik untuk masa depan sepak bola Indonesia. Berikutnya waktu petinggi PSSI berpikir tenang dan mengambil keputusan yang tepat,” ujarnya.
Selain keuntungan sebagai tuan rumah, jadwal pertandingan juga menjadi sumber kontroversi yang signifikan dalam kelolosan Arab Saudi dan Qatar. Ketimpangan waktu istirahat antar pertandingan memicu kritik tajam dari tim-tim peserta lainnya.
Kedua tim tuan rumah, Arab Saudi dan Qatar, diberikan waktu istirahat yang lebih lama, yaitu enam hari antara pertandingan pertama dan kedua mereka. Sebaliknya, lawan-lawan mereka seperti Oman, Uni Emirat Arab, Irak, dan Indonesia, dipaksa bermain dua kali hanya dalam waktu 72 jam atau tiga hari.
Pelatih Timnas Oman, Carlos Queiroz, melontarkan kritik keras terhadap jadwal yang timpang ini. Ia mempertanyakan netralitas keputusan AFC dan menyindir, “Apakah tidak ada stadion di Jepang atau Kuwait yang bisa digunakan?”
Pada akhirnya, protes hanya didengar, kontroversi pun akan segera dilupakan. Arab Saudi dan Qatar lolos ke Piala Dunia 2026.