Pada 4 September 2025, Kementerian Kesehatan Republik Demokratik Kongo (DRC) resmi menyatakan adanya wabah baru Ebola di Provinsi Kasaï, Afrika Tengah. Wabah ini merupakan yang ke-15 dalam sejarah panjang Ebola di negara tersebut sejak virus ini pertama kali ditemukan pada tahun 1976.
Wabah terbaru ini dikonfirmasi sebagai infeksi dari Zaire ebolavirus (EBOV) — jenis Ebola yang paling mematikan, dengan tingkat kematian bisa mencapai hingga 90% jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Jumlah Kasus Terkonfirmasi: 81
Jumlah Kematian Terkonfirmasi: 28
Wilayah Terdampak: Boulapé, Mweka, Mushenge, Kakenge, dan Dekese
Angka ini diperkirakan belum mencerminkan skala penuh karena banyak penduduk melarikan diri dari desa-desa terdampak, menyulitkan pelacakan dan pengendalian penyebaran virus.
Wabah dimulai dari seorang wanita hamil berusia 34 tahun yang tinggal di zona kesehatan Boulapé. Ia dirawat di Rumah Sakit Rujukan Umum Bulape pada 20 Agustus dan meninggal lima hari kemudian karena kegagalan multi-organ. Kasus ini menjadi titik awal penyebaran Ebola di kawasan tersebut.
Hanya dalam dua minggu, virus menyebar ke berbagai zona kesehatan termasuk Mweka, Kakenge, dan Mushenge. Petugas medis menjadi korban, termasuk perawat dan teknisi laboratorium yang terpapar saat menangani pasien.
Setelah mendapat laporan dari otoritas kesehatan lokal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) langsung menerjunkan tim bantuan dan memerintahkan pelepasan 2.000 dosis vaksin Ebola yang sudah disiapkan di Kinshasa.
Pada 5 September, pemerintah setempat menutup sekolah, membatalkan upacara kelulusan, dan melarang pasar mingguan untuk mengurangi mobilitas warga. Boulapé dikarantina total, dan checkpoints dibangun di seluruh wilayah.
Sebuah pusat perawatan Ebola (ETC) didirikan di rumah sakit Boulapé dengan dukungan Dokter Tanpa Batas (MSF). Pasien pertama menerima terapi antibodi monoklonal mAb114 pada 9 September, sebuah langkah penting dalam upaya penyelamatan nyawa.
Vaksinasi menjadi salah satu pilar utama pengendalian wabah ini. Pada 12 September, helikopter PBB mengangkut vaksin dari Kinshasa ke zona merah Boulapé. Distribusi awal 400 dosis diberikan kepada petugas kesehatan dan kontak langsung dari pasien Ebola.
Strategi vaksinasi “cincin” (ring vaccination) digunakan untuk memutus rantai penyebaran. Artinya, setiap orang yang berkontak langsung dengan pasien terkonfirmasi dan semua yang tinggal di sekitarnya akan divaksin secara berlapis.
1. Infrastruktur Lemah:
Kondisi jalan buruk dan akses ke desa terpencil sangat sulit. Tim medis menghadapi hambatan logistik besar.
2. Ketakutan dan Misinformasi:
Beberapa warga menolak vaksin karena percaya bahwa virus adalah “kutukan” atau propaganda pemerintah. Edukasi publik menjadi tantangan utama.
3. Pelacakan Kontak Terganggu:
Karena banyak warga melarikan diri ke hutan atau provinsi lain, pelacakan kontak dan pemantauan sulit dilakukan.
4. Risiko Penyebaran ke Wilayah Lain:
Dengan mobilitas penduduk yang tinggi, ada kekhawatiran bahwa wabah bisa menyebar ke provinsi lain, bahkan lintas negara.
Ebola adalah penyakit virus akut yang sangat mematikan. Virus menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, termasuk darah, keringat, muntahan, dan cairan tubuh lainnya.
Gejala awal:
Demam tinggi
Nyeri otot
Sakit kepala
Mual dan muntah
Diare berdarah
Pendarahan internal dan eksternal
Jika tidak diobati, Ebola dapat menyebabkan kematian hanya dalam hitungan hari.
Wabah ini telah memengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat:
Sekolah ditutup: Ribuan anak kehilangan akses pendidikan.
Pasar mingguan dilarang: Petani dan pedagang kehilangan mata pencaharian.
Stigma meningkat: Penyintas dan keluarga pasien mengalami diskriminasi.
Masyarakat internasional mulai menyoroti situasi ini. Sejumlah negara Afrika tengah bersiap meningkatkan pengawasan di perbatasan. WHO dan CDC Afrika memperingatkan bahwa “ini adalah momen kritis untuk menghentikan penyebaran sebelum menjadi krisis regional.”
Wabah Ebola di Kasaï 2025 menjadi pengingat bahwa virus mematikan ini belum sepenuhnya dikendalikan. Respons cepat, koordinasi lintas lembaga, edukasi masyarakat, dan distribusi vaksin yang merata menjadi kunci utama dalam menekan angka kematian.
Meski dunia fokus pada pandemi COVID-19 dalam beberapa tahun terakhir, Ebola tetap menjadi ancaman kesehatan global — terutama di wilayah dengan infrastruktur lemah seperti DRC.
Gelombang Besar dalam Industri Musik Industri musik internasional kembali digemparkan oleh kabar mengejutkan: T.O.P resmi…
Timnas Indonesia menatap dua laga krusial dalam misi lolos ke Piala Dunia 2026. Berikut jadwal…
Buah Semangka bukan hanya buah penyegar di cuaca panas, tapi juga superfood yang menyimpan 7…
Kondisi jalan rusak di Gorontalo memaksa warga mengangkut jenazah dengan motor menuju rumah duka. Potret…
DPRD desak Pemko Medan bangun pompa air di titik rawan banjir, langkah penting untuk tanggulangi…