Kecanduan – Fenomena judi online kian marak belakangan ini. Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, kasus kecanduan judi online menjadi salah satu masalah sosial yang mengkhawatirkan. Kemajuan teknologi, mudahnya akses internet, dan iming-iming kemenangan besar membuat banyak orang terjerumus. Menurut sejumlah psikolog, kecanduan judi online adalah bentuk gangguan perilaku yang mirip dengan kecanduan zat, seperti narkoba atau alkohol. Orang yang terjebak seringkali kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri.
Kecanduan judi online adalah kondisi psikologis di mana seseorang tidak mampu menghentikan kebiasaan berjudi meskipun sudah mengalami dampak negatif secara finansial, emosional, maupun sosial. Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), kondisi ini dikategorikan sebagai Gambling Disorder.
Berbeda dengan sekadar hobi atau hiburan sesekali, pada kecanduan judi online, individu tidak lagi mengontrol keinginannya untuk berjudi. Pikiran mereka dipenuhi dorongan untuk terus memasang taruhan. Aktivitas lain, seperti bekerja, belajar, atau bersosialisasi, seringkali terbengkalai
Menurut para psikolog, judi online memiliki sifat yang sangat adiktif karena memadukan unsur-unsur psikologis berikut:
Reinforcement Intermittent (Penguatan Berselang): Judi online menawarkan kemenangan secara acak, yang membuat otak terus berharap menang lagi. Pola ini sangat kuat dalam membentuk kecanduan.
Cepat dan Mudah Diakses: Orang bisa berjudi kapan pun dan di mana pun, hanya dengan smartphone.
Desain yang Menarik: Tampilan situs judi atau aplikasi dirancang untuk menstimulasi otak dengan warna-warna mencolok, suara kemenangan, dan animasi yang menggoda.
Iming-iming Hadiah Besar: Banyak situs menjanjikan bonus, cashback, dan jackpot yang menggiurkan.
Psikolog mengidentifikasi beberapa tanda atau gerak-gerik yang khas pada orang yang sudah kecanduan judi online. Gerak-gerik ini mencakup perilaku, ekspresi emosional, hingga gejala fisik. Berikut penjelasannya:
Orang yang kecanduan judi online biasanya sangat sering terlihat menatap layar ponsel atau laptop. Bahkan di waktu-waktu yang tidak tepat — saat rapat, berkendara, makan bersama keluarga — mereka tetap sibuk dengan gadget-nya.
Menurut psikolog, kecanduan judi online memicu pelepasan dopamin di otak, sehingga pelaku merasakan semacam “high” setiap kali bermain. Akibatnya, mereka sulit melepaskan diri dari layar.
Mereka sering berjudi hingga larut malam atau bahkan sampai pagi. Waktu tidur menjadi berantakan, dan sering terlihat lelah di siang hari. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini merusak ritme sirkadian tubuh dan berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental.
Jika dilarang atau tidak bisa mengakses situs judi, mereka akan mudah marah, tersinggung, atau gelisah. Gejala ini serupa dengan sindrom putus zat pada pecandu narkoba. Emosi mereka jadi labil, bahkan terhadap hal-hal kecil.
Banyak pecandu judi online berbohong kepada keluarga atau pasangan tentang apa yang mereka lakukan. Mereka menyembunyikan aktivitas berjudi dengan alasan bekerja, belajar, atau sekadar “scrolling media sosial”.
Pekerjaan, sekolah, atau tugas rumah sering diabaikan karena waktu dan perhatian mereka habis untuk berjudi. Prestasi kerja atau nilai sekolah menurun drastis.
Mereka mulai mengalami masalah finansial: meminjam uang, menjual barang, bahkan mencuri demi mendapatkan modal untuk berjudi. Uang gaji habis tidak sampai tengah bulan, dan sering berutang ke teman atau pinjaman online.
Seseorang yang kecanduan judi online cenderung menarik diri dari pergaulan. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu sendirian dengan gadget daripada berkumpul dengan teman atau keluarga.
Psikolog juga mencatat perubahan ekspresi: wajah tegang saat kalah, sangat antusias saat menang, dan sering terlihat gelisah atau murung. Perubahan suasana hati ini bisa terjadi dalam hitungan menit.
Faktor-Faktor Penyebab
Ada beberapa faktor yang membuat seseorang lebih rentan terhadap kecanduan judi online:
Orang dengan harga diri rendah mencari validasi lewat kemenangan.
Mereka yang mudah bosan atau suka sensasi lebih cenderung mencari tantangan lewat judi.
Gangguan mental seperti depresi dan kecemasan juga meningkatkan risiko.
Teman sebaya yang juga berjudi.
Lingkungan keluarga yang permisif terhadap perjudian.
Iklan judi online yang masif dan sulit dihindari.
Penelitian menunjukkan adanya kecenderungan genetik pada orang dengan gangguan kontrol impuls.
Ketidakseimbangan neurotransmiter di otak, seperti dopamin dan serotonin, juga berperan.
Depresi, kecemasan, dan stres kronis.
Merasa bersalah dan malu.
Gangguan tidur.
Konflik dengan pasangan, keluarga, dan teman.
Kehilangan kepercayaan orang lain.
Terisolasi dari lingkungan sosial.
Kebangkrutan.
Terjerat utang.
Kehilangan aset penting.
Kurang tidur menyebabkan masalah kesehatan.
Gangguan makan karena lupa makan atau makan tidak teratur.
Penurunan daya tahan tubuh.
Kecanduan judi online adalah masalah serius yang tidak boleh dianggap remeh. Dari gerak-geriknya, orang yang kecanduan menunjukkan tanda-tanda jelas: ketergantungan pada gadget, perubahan perilaku, masalah keuangan, dan isolasi sosial.
Psikolog mengingatkan bahwa kecanduan ini bisa diatasi jika penderita menyadari masalahnya dan mendapat dukungan yang tepat. Penting juga bagi kita semua untuk waspada terhadap godaan judi online, memahami risikonya, dan membantu orang terdekat yang mungkin sedang terjebak.
By : BomBom
Lordosis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kelengkungan abnormal ke arah dalam pada tulang…
Malam Mencekam di Sukaramai Ketenangan malam di kawasan Asia Mega Mas, Sukaramai, mendadak berubah menjadi…
Pete atau petai (Parkia speciosa) adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang cukup populer di Asia…
JAKARTA, KOMPAS — Dua wartawan mengalami kekerasan saat meliput peristiwa keracunan paket makan bergizi gratis…
Teh bunga bukan sekadar minuman. Ia adalah perwujudan dari keindahan dan kebaikan alam yang diolah…
Kritik Tajam untuk Pertamina Pernyataan mengejutkan datang dari Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi…