Perusahaan raksasa asal Amerika Serikat, Johnson & Johnson (J&J), kembali menjadi sorotan dunia setelah menghadapi lebih dari 7.000 tuntutan hukum dari konsumen di berbagai negara. Gugatan tersebut berkaitan dengan produk andalan mereka yang telah lama dipercaya masyarakat: bedak talkum bayi (talcum powder).
Para penggugat mengklaim bahwa penggunaan bedak Johnson & Johnson menyebabkan kanker ovarium dan penyakit lainnya. Fakta bahwa produk yang selama puluhan tahun diasosiasikan dengan “kesegaran” dan “keamanan bayi” kini diduga menjadi pemicu kanker membuat banyak orang merasa dikhianati dan marah.
Kasus ini bukan hanya soal hukum dan uang, tapi menyangkut kepercayaan konsumen global terhadap salah satu merek paling ikonik di dunia.
Bedak talkum telah digunakan selama lebih dari satu abad untuk menjaga kulit tetap kering, mengurangi gesekan, dan memberikan sensasi segar, terutama pada bayi dan anak-anak. Johnson & Johnson telah menjual produk ini sejak awal abad ke-20, dan produk mereka dikenal luas di Indonesia dan seluruh dunia.
Bedak bayi J&J terkenal dengan aroma lembut dan tekstur halus yang menjadi simbol “perawatan terbaik”. Banyak orang tua menganggapnya sebagai bagian penting dari perawatan harian anak.
Namun, sejak awal tahun 2000-an, mulai muncul kekhawatiran soal kandungan talkum dalam bedak tersebut yang berpotensi mengandung asbestos, zat yang telah lama dikenal sebagai pemicu kanker.
Asbestos adalah mineral berserat yang sangat berbahaya jika terhirup atau masuk ke tubuh, karena dapat menyebabkan berbagai jenis kanker, termasuk mesothelioma dan kanker ovarium. Masalahnya, talkum dan asbestos sering ditemukan berdekatan secara alami di bumi, sehingga risiko kontaminasi sangat tinggi jika tidak disaring secara menyeluruh dalam proses produksi.
Ribuan wanita mengklaim bahwa mereka mengembangkan kanker ovarium setelah bertahun-tahun menggunakan bedak J&J di area genital. Mereka menyatakan tidak pernah diberi peringatan mengenai potensi bahaya ini oleh perusahaan.
Beberapa gugatan juga menyatakan bahwa Johnson & Johnson tahu soal risiko tersebut selama puluhan tahun, tetapi tetap memasarkan produk tanpa peringatan yang jelas.
Beberapa investigasi independen dan dokumen internal perusahaan yang bocor memperkuat tuduhan ini. Salah satu laporan terkenal datang dari Reuters pada tahun 2018, yang mengklaim bahwa dokumen internal J&J menunjukkan perusahaan telah mengetahui tentang kemungkinan kontaminasi asbestos dalam bedak mereka sejak tahun 1970-an.
J&J membantah keras tuduhan ini dan menyatakan bahwa semua produk mereka telah melalui uji laboratorium ketat dan memenuhi standar keamanan internasional. Mereka juga menyebut bahwa riset ilmiah tentang hubungan antara talkum dan kanker masih belum konklusif.
Namun demikian, beberapa pengadilan di Amerika Serikat telah memutuskan untuk mengabulkan gugatan para korban dan menghukum Johnson & Johnson dengan denda miliaran dolar AS.
Pada tahun 2020, sebagai respons terhadap meningkatnya gugatan dan tekanan publik, Johnson & Johnson mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan penjualan bedak berbasis talkum di AS dan Kanada.
Pada 2023, perusahaan akhirnya mengumumkan penghentian global untuk produk bedak bayi berbasis talkum, dan menggantinya dengan formula baru berbasis tepung jagung (cornstarch) yang dianggap lebih aman.
Namun, banyak pihak melihat langkah ini sebagai pengakuan tidak langsung terhadap masalah serius dalam produk sebelumnya, meskipun J&J tetap membantah bahwa bedak mereka berbahaya.
Per Oktober 2025, Johnson & Johnson menghadapi lebih dari 7.000 tuntutan hukum aktif di berbagai negara, termasuk di Inggris, Australia, dan beberapa negara Asia Tenggara.
Beberapa hal penting terkait proses hukum:
J&J telah mengajukan permohonan perlindungan kebangkrutan untuk anak perusahaannya (LTL Management) yang menangani kewajiban hukum atas tuntutan bedak.
Perusahaan mencoba menyelesaikan kasus melalui gugatan massal (class action) dan menawarkan kompensasi sebesar 8,9 miliar dolar AS untuk menyelesaikan ribuan kasus.
Banyak pengacara korban menolak tawaran ini karena dianggap terlalu kecil dibandingkan kerugian fisik dan emosional yang diderita klien mereka.
Kasus ini memberikan efek domino di banyak negara. Sejumlah pemerintah mulai menginvestigasi standar keamanan bedak yang dijual di pasaran, terutama yang berbasis talkum.
Beberapa negara telah melarang total atau memperketat pengawasan terhadap produk bedak bayi. Di Indonesia sendiri, BPOM pernah melakukan uji acak terhadap produk-produk sejenis dan menyatakan bahwa produk yang beredar secara legal masih dalam batas aman, meskipun pengawasan terus ditingkatkan.
Komunitas medis terbagi dua:
Beberapa studi menemukan hubungan statistik antara penggunaan bedak berbasis talkum di area genital dengan peningkatan risiko kanker ovarium, meskipun korelasinya masih dianggap lemah oleh sebagian peneliti.
Organisasi seperti American Cancer Society menyatakan bahwa data belum cukup kuat untuk menyatakan bahwa semua bedak talkum pasti menyebabkan kanker, namun menyarankan kewaspadaan bagi pengguna.
Jika kamu masih menggunakan bedak, terutama di area sensitif, berikut tipsnya:
Periksa label – Hindari produk yang mengandung “talc” jika kamu khawatir tentang risiko.
Gunakan bedak alternatif berbahan cornstarch atau produk alami.
Hentikan penggunaan bedak di area genital kecuali atas saran dokter.
Laporkan efek samping ke BPOM atau lembaga pengawasan obat dan makanan lokal.
Kasus bedak Johnson & Johnson membuka mata banyak orang tentang pentingnya transparansi, kejujuran perusahaan, dan peran regulasi dalam menjaga keselamatan konsumen.
Produk yang selama ini dianggap “aman”, “lembut”, dan bahkan menjadi simbol kasih sayang pada bayi, ternyata bisa membawa risiko kesehatan yang tidak kecil.
Kini, dunia menanti: apakah keadilan akan berpihak pada ribuan korban, atau apakah uang dan kekuasaan perusahaan raksasa akan lagi-lagi menang?
Jamur kulit adalah salah satu gangguan kesehatan yang umum dialami oleh banyak orang di berbagai…
1. Kabar Mengejutkan dari Dunia Hiburan Tanah Air Dunia hiburan Indonesia kembali diguncang oleh kabar…
Pendahuluan: Suasana Mencekam di Tengah Industri Cikande Kawasan industri Cikande, Kabupaten Serang, Banten, mendadak menjadi…
Nama Davina Karamoy belakangan ini kembali jadi sorotan publik. Aktris muda yang dulu dikenal lewat…
https://yokmaju.com/
https://yokmaju.com/