5 Kebiasaan yang Dapat Tingkatkan Perkembangan Otak Anak

5 Kebiasaan yang Dapat Tingkatkan Perkembangan Otak Anak

5 Kebiasaan yang Dapat Tingkatkan Perkembangan Otak Anak Orang tua perlu mencoba setidaknya lima kegiatan menarik bersama anak untuk mengoptimalkan perkembangan otaknya

Otak anak-anak selalu dalam tahap perkembangan sehingga sangat penting bagi orang tua untuk memberikan nutrisi dan mengajarkan gaya hidup yang tepat. Mengutip Hindustan Times, Selasa 22 Juli 2025, Konsultan Senior Neurologi dan Epilepsi di Artemis Hospital, India, Vivek Barun mengatakan bahwa keputusan yang dibuat orang tua mulai dari makanan yang dikonsumsi anak sampai jadwal tidur akan berdampak besar pada perkembangan otak anak.

Barun menyarankan bagi orang tua untuk mencoba setidaknya lima kegiatan menarik bersama anak untuk mengoptimalkan perkembangan otaknya.

1. Prioritaskan Pola Makan

Barun menyarankan agar orang tua untuk memprioritaskan pola makan yang ramah otak karena nutrisi nutrisi memiliki efek langsung pada cara kerja otak. Supaya anak-anak dapat mengingat, tetap fokus, dan mengendalikan emosi. Barun mengingatkan mereka membutuhkan pola makan seimbang yang mengandung asam lemak omega-3, antioksidan dalam buah beri dan sayuran hijau, serta zat besi dalam kacang lentil dan telur.

Sang dokter juga menyarankan untuk menjauhi camilan olahan, minuman manis, dan terlalu banyak kafein, karena dapat membuat anak merasa tidak enak badan dan sulit berkonsentrasi.

2. Ajak Anak Berolahraga

Barun menyarankan ajaklah anak untuk berolahraga guna memperlancar aliran darah ke otak yang dapat meningkatkan suasana hati dan kinerja kognitif. Aktivitas yang disarankan antara lain ialah berenang, bersepeda, berlari, atau bahkan menari, yang baik untuk melatih anak mengingat dan berkonsentrasi. “Anak-anak sebaiknya berolahraga setidaknya 60 menit setiap hari,” ujar Barun.

3. Batasi Kegiatan di Depan Layar

Ketiga, batasi anak untuk berkegiatan di depan layar karena dapat memperlambat pertumbuhan otak, membuat anak sulit tidur dan mengganggu kemampuan berbicara. Sebaliknya, biarkan anak-anak bermain dengan mainan fisik, membaca buku, mengerjakan teka-teki, dan bermain di luar ruangan untuk membantu mereka berpikir, berkreasi, dan belajar.

4. Jangan Lupa Tidur

Keempat, tekankan pula pada anak bahwa waktu tidur penting untuk mengingat dan mengendalikan emosi. Anak-anak berusia antara 6 dan 12 tahun membutuhkan 9 hingga 12 jam tidur setiap malam. Jaga waktu tidur yang teratur, kurangi waktu menonton layar sebelum tidur, dan jadikan kamar tidur tempat yang tenang untuk tidur.

5. Bangun Hubungan Emosional dengan Anak

Terakhir, usahakan untuk menjalin hubungan emosional dan komunikasi dengan anak. Otak sosial dan emosional anak berkembang ketika mereka memiliki ikatan emosional yang kuat dan dapat berkomunikasi dengan mudah. “Seringlah berbicara dengan anak anda, dengarkan dengan sungguh-sungguh, dan pastikan mereka merasa aman. Anak-anak yang merasa didukung secara emosional memiliki perkembangan otak yang lebih baik dan cara yang lebih baik untuk mengatasi masalah,

Chief Executive Officer (CEO) Save the Children Indonesia Dessy Kurwiany menyebut, anak-anak di Indonesia masih berada dalam situasi rentan akan ancaman kekerasan. Ia mendesak penguatan sistem perlindungan pada momentum Hari Anak Nasional.

Merujuk catatan Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni-PPA) per Juli 2025, tercatat 15.615 kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak. Artinya, kata dia, secara statistik 1 dari 2 anak pernah mengalami kekerasan fisik, psikis, atau seksual.

Kekerasan seksual merupakan kasus tertinggi dengan 6.999 kasus,” kata Dessy melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu, 23 Juli 2025.

Dia melanjutkan, dari catatan Simfoni PPA juga disebutkan bahwa anak usia 13-17 tahun merupakan kelompok usia anak yang paling banyak menjadi korban kekerasan. khususnya kekerasan seksual.

Dessy menuturkan, bentuk kekerasan seksual yang menimpa anak kelompok usia tersebut dilakukan dengan bentuk yang beragam, misalnya menyentuh tubuh tanpa diinginkan, memaksa melakukan hubungan seksual, menyaksikan tindakan seksual, melakukan perkawinan anak, hingga meminta mengirimkan konten seksual.

Masalahnya, kata dia, kasus kekerasan ini paling banyak terjadi di lingkungan rumah tangga dengan 9.956 kasus. Alih-alih menjadi rumah yang aman bagi anak, rumah justru menjadi ruang yang amat rentan terjadi kasus kekerasan pada anak.

“Ketika rumah tidak lagi jadi tempat aman bagi anak, maka ada yang salah dari sistem perlindungan ini,” ujar dia.

Update24

Recent Posts

Akibat Jalan Rusak, Jenazah di Gorontalo Terpaksa Diangkut Menggunakan Motor: Potret Ironi Infrastruktur Daerah

Kondisi jalan rusak di Gorontalo memaksa warga mengangkut jenazah dengan motor menuju rumah duka. Potret…

3 jam ago

DPRD Dorong Pemko Medan Bangun Pompa Air di Titik Rawan Banjir

DPRD desak Pemko Medan bangun pompa air di titik rawan banjir, langkah penting untuk tanggulangi…

5 jam ago

Fakta Menarik Tentang Fobia Jenis, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Fobia adalah ketakutan berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu yang bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari. Artikel…

5 jam ago

10 Buah-Buahan yang Bisa Menyerap Racun di Tubuh, Rahasia Alami untuk Detoksifikasi

"Temukan 10 buah-buahan penyerap racun yang membantu detoks alami tubuh. Dari lemon, apel, hingga buah…

5 jam ago