Jakarta, Agustus 2025 — Pernahkah Anda masuk ke supermarket hanya untuk membeli satu atau dua barang, tapi berakhir membawa satu troli penuh? Jika iya, Anda bukan satu-satunya. Fenomena ini bukan kebetulan, melainkan hasil dari strategi cermat yang dirancang untuk membuat pelanggan berbelanja lebih banyak dari yang direncanakan.
Supermarket modern menggunakan berbagai trik psikologi dan tata letak toko agar konsumen terdorong membeli barang tambahan. Banyak di antaranya dilakukan secara halus, sehingga pelanggan tidak sadar bahwa mereka sedang “terjebak”.
Berikut lima cara yang sering digunakan supermarket untuk membuat pelanggan belanja lebih banyak.
Salah satu taktik paling umum adalah menempatkan barang-barang kebutuhan pokok — seperti beras, gula, minyak goreng, atau susu — di bagian paling belakang supermarket. Alasannya sederhana: untuk sampai ke sana, Anda harus melewati lorong-lorong penuh produk lain yang bisa memicu pembelian impulsif.
Misalnya, saat menuju rak beras di belakang, Anda mungkin melewati rak cemilan, minuman dingin, hingga peralatan rumah tangga. Meskipun awalnya tidak berniat membeli, otak kita mudah tergoda oleh visual produk yang menarik atau promosi diskon.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin lama seseorang berada di dalam toko, semakin besar kemungkinan mereka membeli barang yang tidak direncanakan. Maka dari itu, penempatan strategis ini adalah “perangkap” pertama yang jarang disadari pelanggan.
Bukan kebetulan jika di dalam supermarket terdengar musik yang lembut atau aroma roti baru dipanggang. Musik dengan tempo lambat, misalnya, terbukti membuat orang berjalan lebih pelan, sehingga mereka menghabiskan waktu lebih lama di toko. Semakin lama berada di dalam, semakin besar peluang mereka membeli lebih banyak.
Begitu juga dengan aroma. Banyak supermarket sengaja menempatkan toko roti atau bagian makanan siap saji di dekat pintu masuk, agar aroma sedap langsung menyambut pelanggan. Ini bukan hanya membuat suasana nyaman, tetapi juga dapat memicu rasa lapar, yang pada akhirnya meningkatkan pembelian makanan, bahkan jika awalnya tidak ada dalam daftar belanja.
Siapa yang tidak tergoda oleh tulisan besar “Diskon 50%”? Namun, banyak promosi sebenarnya hanyalah trik harga. Terkadang, harga “sebelum diskon” dinaikkan terlebih dahulu, sehingga potongan harga terlihat lebih besar dari kenyataannya.
Selain itu, supermarket sering menggunakan label harga yang terlihat seperti angka kecil, misalnya Rp19.900, dibanding Rp20.000. Perbedaan hanya Rp100, tapi secara psikologis, angka yang berawalan “19” terlihat jauh lebih murah dibanding “20”.
Beberapa juga menggunakan promo bundling seperti “Beli 2 Gratis 1” atau “Hemat Rp5.000 jika beli 3”. Padahal, sering kali pelanggan tidak benar-benar membutuhkan tiga produk tersebut, tetapi membeli demi “merasa” untung.
Pernah memperhatikan di dekat kasir selalu ada permen, cokelat, minuman kaleng, atau majalah kecil? Ini adalah contoh nyata dari “point of purchase marketing”.
Produk-produk ini dipilih karena harganya relatif murah dan mudah memicu pembelian impulsif, terutama ketika pelanggan sudah lelah mengantri. Dalam kondisi tersebut, otak cenderung mencari “reward” kecil, dan permen atau snack menjadi pilihan cepat tanpa banyak pertimbangan.
Bahkan, banyak orang yang awalnya tidak berniat membeli, akhirnya mengambil satu atau dua barang kecil ini hanya karena lokasinya strategis di jalur terakhir sebelum keluar.
Tata letak supermarket dirancang sedemikian rupa untuk membuat Anda “berkeliling” lebih lama. Pintu masuk biasanya langsung mengarah ke area buah dan sayur yang penuh warna, menciptakan kesan segar dan sehat. Setelah itu, jalur dibuat berliku agar Anda melewati berbagai kategori produk.
Produk-produk dengan margin keuntungan tinggi seperti kosmetik, perawatan tubuh, atau camilan premium biasanya ditempatkan di titik-titik yang sering dilalui. Sementara itu, barang-barang promo diletakkan di ujung lorong (end cap) karena posisi ini sangat mudah menarik perhatian.
Strategi ini membuat Anda melihat lebih banyak barang dari yang sebenarnya Anda butuhkan. Akibatnya, kemungkinan menambah belanjaan pun meningkat.
Meskipun strategi ini legal dan umum digunakan di seluruh dunia, bukan berarti kita tidak bisa mengantisipasinya. Berikut beberapa tips agar tetap hemat saat berbelanja di supermarket:
Buat Daftar Belanja dan Patuhi — Jangan tergoda mengambil barang di luar daftar, kecuali benar-benar dibutuhkan.
Makan Sebelum Belanja — Berbelanja dalam keadaan lapar membuat Anda cenderung membeli lebih banyak makanan.
Hindari Keranjang Besar Jika Belanja Sedikit — Semakin besar troli atau keranjang, otak kita cenderung merasa belanjaan masih sedikit, sehingga mendorong membeli lebih banyak.
Waspadai Promo dan Bundling — Hitung kembali apakah diskon benar-benar menguntungkan atau hanya mendorong pembelian berlebih.
Fokus pada Tujuan — Lewati lorong-lorong yang tidak relevan dengan kebutuhan Anda.
Supermarket bukan sekadar tempat berbelanja, tetapi juga “arena psikologis” di mana perilaku konsumen diarahkan melalui tata letak, suasana, dan strategi harga.
Lima cara yang dibahas tadi — mulai dari penempatan produk di bagian belakang, musik dan aroma, trik harga, produk impulsif di kasir, hingga jalur belanja yang berliku — semuanya dirancang untuk satu tujuan: membuat pelanggan membeli lebih banyak.
Menyadari strategi ini adalah langkah awal untuk menjadi konsumen yang cerdas. Jadi, lain kali saat Anda masuk ke supermarket, ingatlah bahwa setiap rak, lampu, dan musik yang terdengar bukanlah kebetulan. Itu semua bagian dari “permainan” yang membuat Anda berbelanja lebih dari yang direncanakan.
BY : PELOR
Mata Sehat adalah jendela dunia. Dengan mata yang sehat, kita bisa menikmati keindahan alam, membaca,…
Jakarta, 2 Oktober 2025 — Keputusan Marselino Ferdinan bergabung dengan klub Slovakia, AS Trenčín, lewat…
Tanpa disadari dalam produk yang ada di rumah, terdapat bahan kimia yang beracun yang…
Setiap tahun, momen libur panjang di China selalu menjadi perhatian dunia. Ratusan juta orang bersiap…
Patah tulang merupakan kondisi ketika kontinuitas tulang terganggu akibat tekanan, benturan, atau trauma yang melebihi…
Antimo adalah salah satu obat yang cukup dikenal luas di Indonesia, terutama karena fungsinya sebagai…