Phnom Penh, Kamboja — Dalam lanskap politik global yang semakin tidak pasti, muncul fenomena mengejutkan dari Asia Tenggara: gelombang kekaguman terhadap Donald Trump di tengah masyarakat Kamboja. Meski dikenal sebagai sekutu kuat Tiongkok, Kamboja kini menyaksikan lonjakan dukungan dan inspirasi terhadap mantan Presiden Amerika Serikat tersebut — dari jalanan kota hingga elit pemerintahan.
Apa yang membuat seorang tokoh kontroversial seperti Trump begitu disukai di negeri berlambang Angkor Wat ini? Berikut adalah 5 alasan utama yang menjelaskan mengapa Kamboja jatuh hati pada Trump.
Di mata banyak warga Kamboja, Trump bukan hanya mantan presiden. Ia adalah simbol kekuatan tanpa kompromi. Sosok yang berani berbicara blak-blakan, menantang norma internasional, dan tetap berdiri teguh meskipun dikritik keras.
“Kami butuh pemimpin yang berani. Trump tidak bisa dikendalikan oleh siapa pun — itu yang membuatnya menginspirasi,” ujar seorang warga Phnom Penh saat diwawancarai oleh media lokal.
Gaya Trump yang berani dan dominan dianggap cocok dengan semangat sebagian masyarakat Kamboja yang menginginkan perubahan besar dalam sistem politik yang mereka anggap stagnan dan penuh kompromi.
Trump dikenal dengan slogan “America First” — sebuah seruan untuk mendahulukan kepentingan nasional di atas globalisme. Di Kamboja, ide ini diterjemahkan sebagai panggilan untuk “Cambodia First.” Sebuah aspirasi yang menggugah semangat nasionalisme baru di kalangan muda.
Mahasiswa, aktivis, hingga pengusaha muda mulai menyuarakan narasi serupa: bahwa Kamboja harus lebih berdaulat, berani, dan tidak terlalu bergantung pada kekuatan asing, terutama Tiongkok.
“Trump itu berani memutus kesepakatan yang merugikan negaranya. Kamboja perlu pemimpin yang bisa melakukan hal serupa,” kata seorang pengamat politik dari Royal University of Phnom Penh.
Meski Trump sering dikritik di negaranya sendiri, banyak warga Kamboja justru melihatnya sebagai simbol anti-korupsi. Keberaniannya dalam menyuarakan kritik terhadap sistem politik Amerika — termasuk partainya sendiri — menjadi daya tarik besar.
Di negara yang selama ini berjuang melawan reputasi korupsi dalam birokrasi, sosok Trump diromantisasi sebagai pembersih sistem, seseorang yang tidak takut “mengaduk sarang lebah.”
Meme pro-Trump bertebaran di media sosial Kamboja, sering kali menyandingkannya dengan kutipan-kutipan seperti:
“I don’t play by the rules. I fix the rules.”
Narasi ini sangat kuat di masyarakat yang lelah dengan status quo.
Fenomena kekaguman terhadap Trump di Kamboja tidak berhenti di level ideologi. Ia telah masuk ke dalam budaya populer.
Kaos dengan wajah Trump, mural di dinding kota, stiker motor, bahkan topi ala “Make Cambodia Great Again” mulai bermunculan di pasar malam dan toko online lokal.
Bahkan beredar kabar bahwa beberapa pengusaha real estate tengah mempertimbangkan untuk menamai properti mereka dengan nama “Trump Tower Phnom Penh” — sebuah bentuk penghormatan sekaligus strategi branding yang tajam.
Kekaguman ini telah menjadi tren, bukan hanya pandangan politik. Dan seperti tren lainnya di Asia Tenggara, ia menyebar cepat, terutama di kalangan Gen Z yang haus akan figur berani dan anti-mainstream.
Beberapa elite politik Kamboja melihat fenomena ini sebagai peluang strategis. Mengaitkan diri dengan “semangat Trump” bisa menjadi alat untuk meraih dukungan rakyat, khususnya mereka yang kecewa terhadap aliansi-aliansi politik lama.
Walaupun pemerintah belum memberikan komentar resmi, pengamat menilai bahwa “Trumpism” di Kamboja berpotensi menjadi bagian dari narasi politik lokal — baik sebagai alat kampanye atau bahkan sebagai inspirasi model kepemimpinan.
“Ini bukan soal Amerika atau Trump sebagai pribadi. Ini soal ide kekuasaan, nasionalisme, dan penolakan terhadap ketergantungan eksternal. Itu sangat relevan bagi masa depan Kamboja,” ujar seorang analis dari Cambodia Policy Institute.
Fenomena ini mungkin terdengar mengejutkan bagi sebagian orang. Tapi jika dilihat lebih dalam, kekaguman terhadap Trump di Kamboja adalah cerminan dari kerinduan masyarakat terhadap pemimpin kuat, perubahan sistemik, dan identitas nasional yang lebih berani.
Meskipun pro dan kontra tetap ada, tidak bisa dipungkiri: Trump telah menjadi lebih dari sekadar nama di dunia Barat — ia kini menjadi simbol global, bahkan di tanah Khmer.
Apakah ini hanya tren sesaat, atau pertanda pergeseran geopolitik yang lebih besar? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Mata Sehat adalah jendela dunia. Dengan mata yang sehat, kita bisa menikmati keindahan alam, membaca,…
Jakarta, 2 Oktober 2025 — Keputusan Marselino Ferdinan bergabung dengan klub Slovakia, AS Trenčín, lewat…
Tanpa disadari dalam produk yang ada di rumah, terdapat bahan kimia yang beracun yang…
Setiap tahun, momen libur panjang di China selalu menjadi perhatian dunia. Ratusan juta orang bersiap…
Patah tulang merupakan kondisi ketika kontinuitas tulang terganggu akibat tekanan, benturan, atau trauma yang melebihi…
Antimo adalah salah satu obat yang cukup dikenal luas di Indonesia, terutama karena fungsinya sebagai…