30 Tahun di Batam, Perantau Aceh Timur Akhirnya Kembali ke Keluarga

 

30 Tahun di Batam, Perantau Aceh TimurPerantau Aceh Timur yang telah tinggal selama 30 tahun di Batam akhirnya pulang

30 Tahun di Batam, Perantau Aceh Timur Akhirnya Kembali ke Keluarga

Perantau Aceh Timur yang telah tinggal selama 30 tahun di Batam akhirnya pulang ke kampung halaman dalam kondisi memprihatinkan setelah mengalami serangan stroke. Kisah ini menyentuh hati banyak orang karena menggambarkan perjuangan hidup seorang perantau yang berjuang di negeri orang, jauh dari keluarga, namun akhirnya harus kembali dalam keadaan tidak berdaya. Berkat bantuan anggota DPD RI asal Aceh yang dikenal luas dengan nama Haji Uma, proses pemulangan pria tersebut akhirnya dapat dilakukan hingga tiba kembali ke rumah keluarganya di Aceh Timur.

Perantau ini awalnya berangkat ke Batam sejak usia muda untuk bekerja dan mencari kehidupan yang lebih baik. Seperti banyak perantau lainnya, ia meninggalkan kampung halaman dengan harapan bisa mengubah nasib. Selama puluhan tahun, ia bekerja serabutan mulai dari buruh bangunan, pekerja galangan kapal, hingga bekerja di gudang logistik. Namun nasib berkata lain, usia yang semakin menua dan kondisi kesehatan yang terus menurun membuatnya akhirnya jatuh sakit di tanah rantau.

Perjuangan Hidup di Tanah Rantau

Menjadi perantau bukan hal mudah. Hidup jauh dari keluarga, sahabat, dan kampung halaman menuntut seseorang untuk kuat secara mental, fisik, dan emosional. Seperti pria Perantau Aceh Timur yang menjadi tokoh utama cerita ini, awalnya ia merantau ke Batam dengan semangat tinggi. Ia berharap dapat membangun masa depan yang lebih baik, namun perjalanan hidupnya tidak selalu berjalan mulus.

Tantangan Perantau di Kota Industri

Batam dikenal sebagai kota industri dengan banyak lapangan kerja, terutama sektor manufaktur dan konstruksi. Namun persaingan kerja di kota tersebut sangat ketat. Tidak jarang perantau harus berpindah-pindah pekerjaan demi bertahan hidup. Begitu juga dengan pria asal Aceh Timur ini. Ia harus bekerja serabutan, berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa kemewahan, bahkan kadang tanpa tempat tinggal tetap

Kondisi Sakit yang Mengubah Jalan Hidup

Namun Tuhan berkendak lain. Setelah 30 tahun merantau, pria paruh baya itu mengalami stroke, yang menyebabkan sebagian tubuhnya lumpuh dan sulit berbicara. Ia kehilangan kemampuan bekerja dan tidak memiliki keluarga atau kerabat dekat di Batam yang bisa merawatnya. Kondisinya sangat memprihatinkan hingga akhirnya kasus ini viral di media sosial dan mendapat perhatian masyarakat Aceh di perantauan.

Kabar tersebut akhirnya sampai ke telinga Haji Uma, senator asal Aceh yang selama ini dikenal aktif membantu masyarakat Aceh di perantauan. Tanpa menunda waktu, ia mengirim tim relawan untuk menjemput perantau tersebut dan mengurus segala proses administrasi pemulangan, mulai dari izin rumah sakit, transportasi medis, hingga biaya perjalanan laut dari Batam menuju Aceh.

Proses Pemulangan yang Mengharukan

Ketika tiba di Aceh Timur, suasana haru tak bisa dibendung. Keluarga yang telah lama berpisah menangis menyambut kedatangannya. Mereka sudah bertahun-tahun tidak bertemu karena komunikasi terputus. Bahkan sebagian keluarga mengira ia telah meninggal karena tak pernah lagi memberi kabar.

Air mata haru bercampur sedih menyelimuti suasana pemulangan itu. Di teras rumah sederhana milik keluarganya, masyarakat sekitar ikut berdatangan untuk melihat langsung kepulangan perantau Aceh Timur tersebut. Ada yang tidak percaya bahwa pria yang mereka sangka telah lama hilang ternyata masih hidup dan kini kembali dalam keadaan sakit. Tetangga lama yang dulu pernah bekerja bersamanya ikut memberikan doa dan dukungan moral kepada keluarga itu.

“Dulu dia pergi dengan penuh semangat, ingin mengubah nasib. Kami semua bangga saat dia merantau ke Batam. Tapi siapa sangka sekarang pulang dalam keadaan seperti ini,” ujar seorang warga yang ikut hadir saat penyambutan.

Dukungan dari Masyarakat Aceh Perantauan

Kisah ini juga menggambarkan kuatnya solidaritas masyarakat Aceh, baik yang berada di kampung halaman maupun di perantauan. Selama proses pemulangan, bantuan berdatangan bukan hanya dari Haji Uma, tetapi juga dari sesama masyarakat Aceh yang tinggal di Batam. Mereka mengumpulkan dana untuk kebutuhan makanan, transportasi, serta perawatan sementara sebelum keberangkatan ke Aceh.

Salah satu relawan Aceh di Batam menyampaikan bahwa kondisi pria tersebut sangat memprihatinkan saat pertama kali ditemukan. Ia tidak lagi mampu berjalan dan hanya bisa terbaring di kamar kontrakan kecil yang ia tinggali bersama seorang teman. Bahkan, biaya pengobatan di rumah sakit sempat terhenti karena tidak lagi memiliki kemampuan finansial.

Peran Haji Uma dalam Memfasilitasi Pemulangan

Nama Haji Uma memang sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Aceh. Sebagai anggota DPD RI asal Aceh, ia sering turun langsung membantu kasus warga Aceh yang mengalami kesulitan di luar daerah maupun luar negeri. Mulai dari memulangkan pekerja migran yang terlantar hingga membantu warga yang sakit atau meninggal di tanah rantau.

Dalam kasus perantau Aceh Timur ini, Haji Uma tidak hanya membantu biaya pemulangan, tetapi juga mengatur segala keperluan administrasi yang prosesnya cukup rumit. Ia menugaskan tim khusus untuk menangani kasus tersebut dan memastikan bahwa perjalanan dari Batam ke Aceh Timur berjalan lancar.

“Ini adalah bentuk tanggung jawab kemanusiaan. Kita tidak boleh membiarkan saudara kita terlantar dalam keadaan sakit di tanah rantau. Aceh punya adat, punya nilai, dan punya rasa persaudaraan yang tinggi. Itulah yang harus kita pertahankan,” ujar Haji Uma dalam pernyataan resminya.

Kehidupan Baru Setelah Pulang Kampung

Sesampainya di kampung halaman, pria tersebut kini menjalani masa pemulihan bersama keluarganya. Ia mendapatkan perawatan secara tradisional dan medis secara bertahap. Warga sekitar pun ikut membantu, baik berupa tenaga maupun donasi. Kondisi kesehatannya kini perlahan membaik, meski masih belum mampu sepenuhnya berjalan atau berbicara lancar.

Keluarganya mengaku bersyukur karena meskipun pulang dalam keadaan sakit, setidaknya mereka bisa kembali bersama setelah 30 tahun terpisah. Mereka berharap pemerintah daerah dan dermawan bisa ikut membantu biaya pengobatan agar pria tersebut bisa kembali menjalani hidup lebih baik di kampung halamannya.

“Bagi kami, kehadiran dia di rumah adalah anugerah. Kami akan merawatnya dengan ikhlas. Dia pergi dulu untuk memperjuangkan hidup, sekarang kami yang akan menjaganya,” kata adiknya dengan suara bergetar.

 

Update24

Recent Posts

🌧️ Musim Batuk Melanda: Kenali 3 Faktor Pemicu dan Cara Efektif Menangkalnya

Musim batuk kembali melanda! Kenali tiga penyebab utama seperti perubahan suhu, polusi udara, dan dehidrasi…

2 jam ago

🧨 Tragedi Maut di Jakbar! Satu Korban Ledakan Tabung Gas Tewas Akibat Luka Bakar 55%

Tragedi maut di Jakarta Barat! Satu korban tewas akibat ledakan tabung gas dengan luka bakar…

3 jam ago

Waspadai Hipertensi! Gejala, Penyebab, dan 5 Cara Sederhana Mencegahnya

Pelajari apa itu hipertensi, gejala yang sering diabaikan, penyebab utamanya, serta 5 cara sederhana untuk…

3 jam ago

Rahasia di Balik Keindahan Tarantula Hewan Menakutkan yang Memesona

Pendahuluan: Daya Tarik di Balik Ketakutan Banyak orang langsung merasa takut saat mendengar kata tarantula.…

4 jam ago