Jakarta, 30 Juli 2025 – Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh Indonesia kembali memenuhi jalan-jalan utama dalam aksi demonstrasi bertajuk #IndonesiaGelap. Aksi ini menandai fase ketiga dari gelombang protes mahasiswa yang dimulai sejak awal tahun 2025, dan kini memasuki babak baru dengan tuntutan yang semakin tegas.
Demo ini berlangsung serentak di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar. Di ibu kota, massa berkumpul di sekitar Patung Kuda, Monas, dan Gedung DPR/MPR RI dengan membawa poster, spanduk, dan orasi lantang menuntut pemerintah merespons krisis demokrasi dan ketidakadilan sosial.
Gerakan #IndonesiaGelap pertama kali muncul sebagai kritik terhadap sejumlah kebijakan kontroversial pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Salah satu pemicu utama adalah pengetatan anggaran Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang sebelumnya dijanjikan sebagai program unggulan.
Kemudian, gelombang unjuk rasa meluas setelah pemerintah mengajukan revisi Undang-Undang TNI. Dalam draf tersebut, beberapa pasal dinilai mengancam supremasi sipil dan berpotensi memberi wewenang berlebih kepada militer dalam urusan sipil. Hal ini memicu kekhawatiran akan kembalinya praktik-praktik otoriterisme.
Berdasarkan rilis resmi dari Aliansi BEM Seluruh Indonesia, berikut adalah 9 tuntutan utama:
Menolak revisi UU TNI yang melemahkan prinsip demokrasi sipil.
Evaluasi dan transparansi implementasi Program MBG.
Revisi sistem pendidikan tinggi yang makin neoliberal dan mahal.
Penolakan terhadap regulasi digital yang mengancam kebebasan pers dan internet.
Penegakan supremasi hukum tanpa tebang pilih.
Reformasi lembaga-lembaga penegak hukum dan antikorupsi.
Penguatan perlindungan terhadap hak-hak buruh dan tani.
Hentikan kriminalisasi aktivis dan pejuang HAM.
Pembukaan ruang dialog terbuka antara pemerintah dan rakyat.
Mahasiswa peserta aksi mengenakan almamater kampus masing-masing dan membawa poster dengan pesan-pesan tajam:
“#INDONESIAGELAP 30 JULI 2025”, “Demokrasi Bukan Sekadar Janji”, dan “Evaluasi MBG Sekarang Juga!”. Beberapa mahasiswa juga membentangkan spanduk panjang bertuliskan “9 Tuntutan Mahasiswa” yang dikawal hingga ujung barisan.
Aksi berjalan damai namun penuh semangat, dengan orasi dari perwakilan kampus yang menyuarakan ketidakpuasan terhadap arah kebijakan nasional. Di Yogyakarta, massa aksi bahkan sempat melakukan aksi teatrikal mengenakan jubah hitam sebagai simbol “gelapnya demokrasi”.
Pemerintah melalui Menteri Sekretaris Negara menyatakan terbuka terhadap dialog, namun menegaskan bahwa demonstrasi tidak boleh mengganggu ketertiban umum. Di Jakarta, lebih dari 3.000 aparat keamanan diturunkan untuk menjaga situasi kondusif, meskipun hingga berita ini ditulis belum ada insiden kekerasan.
Ketua DPR RI menyatakan bahwa pihaknya sedang menjadwalkan audiensi terbuka dengan mahasiswa pekan depan untuk membahas RUU TNI secara lebih komprehensif.
Tagar #IndonesiaGelap kembali trending di platform X (sebelumnya Twitter), dengan lebih dari 10 juta tweet dalam 24 jam terakhir. Media asing seperti The Guardian, SCMP, dan Al Jazeera turut meliput aksi ini, menggambarkannya sebagai bentuk “perlawanan politik generasi muda” terhadap sistem yang stagnan dan elitis.
Dosen Ilmu Politik Universitas Indonesia, Dr. Fadli Permana, menilai bahwa demo ini merupakan tanda bahwa generasi muda tidak lagi apatis terhadap kondisi bangsa.
“Ini adalah koreksi sosial terhadap arah kebijakan nasional yang dinilai terlalu elitis dan menjauh dari aspirasi publik. Jika pemerintah bijak, mereka akan menjadikan momentum ini sebagai titik balik untuk membangun kepercayaan rakyat kembali,” ujarnya.
Demo ini tidak hanya berdampak pada lalu lintas dan aktivitas kota, tetapi juga pada pasar politik nasional. Indeks kepercayaan publik terhadap beberapa lembaga negara terlihat menurun, menurut survei terbaru dari LSI. Di sisi lain, dukungan terhadap gerakan mahasiswa justru meningkat, menunjukkan adanya pergeseran opini publik.
Aksi #IndonesiaGelap 30 Juli 2025 bukan sekadar unjuk rasa biasa. Ini adalah suara kolektif dari generasi yang peduli terhadap nasib bangsa dan masa depan demokrasi. Masyarakat kini menunggu apakah pemerintah akan bersikap terbuka atau justru memperkeras posisi.
Yang jelas, api perlawanan sudah dinyalakan. Dan seperti kata mahasiswa di lapangan:
“Kami bergerak bukan karena benci, tapi karena cinta terhadap negeri.”
Buah Semangka bukan hanya buah penyegar di cuaca panas, tapi juga superfood yang menyimpan 7…
Kondisi jalan rusak di Gorontalo memaksa warga mengangkut jenazah dengan motor menuju rumah duka. Potret…
DPRD desak Pemko Medan bangun pompa air di titik rawan banjir, langkah penting untuk tanggulangi…
Fobia adalah ketakutan berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu yang bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari. Artikel…
"Temukan 10 buah-buahan penyerap racun yang membantu detoks alami tubuh. Dari lemon, apel, hingga buah…