Baru-baru ini, perusahaan-perusahaan teknologi di Tiongkok makin gencar memamerkan robot-robot humanoid yang secara visual dan gerak hampir menyerupai manusia. Wajah yang bisa berkedip, ekspresi-mimik halus, gerakan tubuh yang dinamis — semua itu menunjukkan bahwa batas antara manusia dan mesin semakin tipis. Namun, kemajuan ini juga memicu banyak kekhawatiran: dari etika, keamanan, sampai dampak sosial dan psikologisnya. Artikel ini mencoba menguraikan segala aspek: bagaimana robot-robot ini dibuat, mengapa kita merasa seram, apa manfaatnya, serta risiko yang harus diantisipasi.
Beberapa inovasi terbaru dari perusahaan dan startup Tiongkok memperlihatkan seberapa jauh mereka telah melangkah:
AheadForm meluncurkan sebuah kepala robot ultra-humanlike bernama Origin M1 yang mampu berkedip, mengangguk, berkedut (twitch), dan meniru ekspresi manusia kecil melalui 25 motor mikro. The News International+2Live Science+2
Robot Era memperkenalkan barisan robot humanoid, seperti STAR1, tinggi sekitar 171 cm, berat 65 kg, yang bisa berlari hingga kecepatan sekitar 8 mil per jam (≈ 12,87 km/jam) ketika menggunakan sepatu kets. Bisnis Teknologi+1
Fourier Intelligence meluncurkan robot humanoid generasi pertama “GR-1”, tingginya 1,65 meter, berat 55 kg. Robot ini punya kemampuan berjalan dua kaki (bipedal), membawa beban, menanjak dan menuruni lereng, serta tahan terhadap guncangan. Antara News Jambi
X-Humanoid / Beijing Humanoid Robot Innovation Centre menghasilkan robot yang ikut dalam lomba half-marathon antar-robot. Robot bernama Tiangong Ultra berhasil menempuh 21 km (half marathon) dalam 2 jam 40 menit. The Straits Times+3AP News+3South China Morning Post+3
UBTech Robotics mengembangkan robot Walker S2 yang dapat mengganti baterainya sendiri secara otomatis, memungkinkan robot bekerja terus menerus tanpa intervensi manusia. News.com.au
Adapun teknologi-teknologi penting yang mendasari perkembangan ini meliputi:
Aktuator mikro / motor mikro untuk gerakan wajah halus. Contohnya 25 brushless motors dalam kepala robot AheadForm. Live Science+2LNGFRM+2
Sensor penglihatan (kamera) dan audio (mikrofon), ditanam pada bagian mata dan kepala robot, enabling robot merespon lingkungan dan manusia di sekitarnya. VnExpress International+2Live Science+2
AI / algoritma ekspresi emosi, kemampuan pengenalan suara, interaksi bahasa, model multimodal yang bisa mendeteksi ucapan, suara, ekspresi wajah, lingkungan visual. Rmol.id+2Live Science+2
Struktur mekanik yang semakin maju: sendi yang banyak, kontrol pergerakan dual kaki (bipedal), stabilisasi tubuh saat berjalan di permukaan tidak rata atau saat menghindari rintangan. Antara News Jambi+2Bisnis Teknologi+2
Terkadang kita merasa tak nyaman, ngeri, atau bahkan takut ketika melihat robot yang sangat mirip manusia. Ada beberapa teori dan alasan psikologis serta filosofis di balik rasa itu:
Istilah uncanny valley adalah konsep bahwa ketika sebuah objek non-manusia (misal robot atau animasi) mendekati penampilan dan perilaku manusia, namun belum sempurna, maka objek itu bisa memicu perasaan tidak nyaman atau meresahkan. Gerakan yang sedikit aneh, senyuman yang tidak sinkron, atau mimik yang tak sepenuhnya “alami” bisa memperkuat rasa bahwa objek itu “setengah hidup” atau “mencoba menipu indera kita”. Banyak robot ultra-mirip manusia jatuh ke wilayah uncanny valley.
Ketidaksesuaian kecil dalam ekspresi wajah, kedipan mata, sinkronisasi suara/gerakan tenggorokan, iris mata, semua itu bisa tampak “aneh” jika tidak identik dengan manusia.
Mata adalah titik fokus besar: kalau mata robot tampak seperti manusia, tapi tidak matang dalam pergerakan minut-muestran, kita langsung merasanya sebagai “aneh”.
Ada kekhawatiran bahwa robot yang terlalu mirip manusia bisa membingungkan: apakah itu manusia atau mesin? Dalam film atau literatur kita sering melihat tema robot menyerupai manusia sebagai ancaman (contoh: “Replicants” di Blade Runner, atau android yang memberontak dalam fiksi ilmiah).
Rasa kehilangan “keaslian” manusia: kalau mesin bisa meniru semua ekspresi, suara, interaksi sosial, apa artinya menjadi manusia yang unik?
Berinteraksi dengan robot yang terlalu mirip manusia bisa memicu stres, ketidaknyamanan, bahkan gangguan psikologis jika manusia merasa “terancam” secara identitas atau tempat mereka di masyarakat.
Ada juga efek “gelembung empati” (empathy bubble) yang bermasalah: manusia bisa merasa simpati dengan robot, padahal robot tak punya kesadaran atau perasaan sejati — bisa menimbulkan beban emosional.
Meskipun ada rasa takut atau ketidaknyamanan, robot ultra-mirip manusia juga membawa banyak manfaat dan aplikasi yang potensial:
Teknologi ekspresi wajah, mimik, suara, gesture memungkinkan robot berkomunikasi secara lebih “manusiawi”. Dalam pelayanan pelanggan, perawatan lansia, pendidikan, atau terapi psikologi, kehadiran robot yang mampu memunculkan ekspresi bisa membuat interaksi lebih nyaman dan personal. Rmol.id+2VnExpress International+2
Robot humanoid bisa digunakan dalam situasi-situasi yang berbahaya, ekstrim, atau kurang layak bagi manusia: misalnya pertambangan, inspeksi bawah air, kerja di ruang sempit atau sangat kotor, atau dalam bencana. Juga untuk pekerjaan rumah tangga atau layanan publik yang rutin & mudah lelah jika dilakukan manusia. Fourier Intelligence menyebut penggunaan di rehabilitasi, bantuan darurat, dan perawatan lansia. Antara News Jambi+1
Robot yang bisa bekerja terus, tanpa istirahat, tidur, atau kelelahan seperti manusia dapat meningkatkan produktivitas. Contoh: Walker S2 yang bisa mengganti baterai sendiri. News.com.au
Lomba half-marathon antar robot juga menunjukkan kemampuan fisik dan mekanik yang terus berkembang. AP News+2Asian Fin+2
Teknologi sensor, AI, aktuator, material baru, algoritma kontrol keseimbangan — semuanya akan mengalami percepatan inovasi. Bahkan jika banyak robot ini masih prototipe, risetnya mendorong batas ilmu robotika, kecerdasan buatan, biomekanik, dan interaksi manusia-komputer.
Namun kemajuan tersebut tidak lepas dari risiko dan tantangan serius. Berikut adalah beberapa yang paling mencolok:
Robot dengan massa dan energi cukup besar yang berdiri dan bergerak dapat menimbulkan bahaya jika kehilangan kendali. Sebagai contoh, jika robot terjatuh, jatuhnya komponen berat bisa melukai manusia di sekitarnya.
Kontrol gerakan harus sangat presisi, terutama dalam interaksi dekat dengan manusia. Kesalahan kecil bisa punya konsekuensi besar.
Regulasi keselamatan (safety regulation) masih relatif belum matang di banyak tempat, termasuk dalam hal humanoid robot.
Robot-robot ini umumnya dilengkapi kamera, mikrofon, sensor, dan koneksi ke internet / cloud / jaringan internal. Ada potensi data suara, video, lingkungan sekitar dikumpulkan — risiko pelanggaran privasi jika tidak diatur dengan baik.
Ancaman bahwa robot bisa menjadi pintu belakang (“backdoor”) untuk pengawasan, penyadapan, atau manipulasi.
Walaupun pejabat di Tiongkok menyatakan robot-robot humanoid tidak akan menggantikan pekerja manusia sepenuhnya, mereka bisa menggantikan tugas-tugas tertentu, khususnya tugas fisik atau yang sangat berbahaya, rutin, dan mudah diotomatisasi. Reuters
Pekerjaan di manufaktur, layanan umum, rumah sakit, dan bidang-bidang yang bergantung pada interaksi manusia bisa berubah drastis. Ada risiko pengangguran sektoral atau ketidakmerataan manfaat teknologi.
Apakah robot yang sangat mirip manusia boleh digunakan dalam situasi di mana pengguna mungkin menipu: misalnya robot berpura-pura sebagai manusia, atau digunakan di terapi psikologis tanpa transparansi?
Masalah “kesadaran” dan “perasaan” robot: meskipun robot punya ekspresi, apakah mereka punya pengalaman sejati? Banyak pengguna mungkin memperlakukan robot sebagai “hidup”, yang bisa menimbulkan kekacauan psikologis jika ekspektasi tidak sesuai kenyataan.
Standar keselamatan dan etika internasional belum disusun secara universal untuk robot ultra-mirip manusia.
Perlindungan konsumen, privasi data, tanggung jawab atas kesalahan robot (misalnya jika robot melukai orang atau merusak barang) perlu kejelasan hukum.
Pertimbangan regulasi mengenai penggunaan di ruang publik, pengawasan, keamanan, baterai dan limbah elektronik, dan pemanfaatan AI yang adil dan transparan.
Tiongkok adalah salah satu negara yang sangat mengedepankan kecerdasan buatan dan robotika dalam kebijakan nasional. Berikut beberapa fakta penting:
Jumlah perusahaan robotika di Tiongkok meningkat pesat. Data menunjukkan hingga akhir 2024, sudah ada 451.700 perusahaan robotika di negara tersebut, meningkat 206,7 persen sejak 2020. ANTARA News Megapolitan+1
Pemerintah memberikan dukungan melalui pedoman, regulasi, dana, dan investasi untuk mempercepat pengembangan produk unggulan, memperluas aplikasi robotik, dan membangun ekosistem teknologi yang mendukung. ANTARA News
Kolaborasi antara perusahaan swasta, startup, dan institusi pemerintah / negeri sangat kuat: contoh X-Humanoid adalah usaha bersama antara Beijing Jingcheng Machinery Electric Co., Xiaomi Robotics, UBTech, dan investasi negeri. South China Morning Post
Fokus aplikasi yang luas: dari manufaktur, layanan kesehatan, pertanian, pemerintahan, hingga aplikasi robotik untuk lansia atau kebutuhan rumah tangga. Antara News Jambi+2Kompas+2
Untuk memahami lebih dalam, berikut beberapa studi kasus detail:
Di desain oleh startup AheadForm, robot ini lebih fokus pada bagian wajah dan ekspresi. Dengan 25 motor mikro, kepala robot ini bisa berkedip, menengok, menunjukkan ekspresi seperti heran, mengernyit, bahkan mengangguk. The News International+1
Tujuannya bukan membuat robot yang bisa berjalan atau melakukan tugas fisik berat, melainkan untuk interaksi sosial, display, atau penelitian interaksi manusia-mesin. VnExpress International+1
Reaksi publik beragam: sebagian kagum dengan kemajuan realistisnya, sebagian merasa tidak nyaman, seram, atau khawatir interpretasi manusia vs non-manusia jadi kabur.
Robot tinggi 171 cm, berat ~65 kg, mampu lari hingga ~12,87 km/jam ketika dibantu alas kaki. Bisnis Teknologi+1
Struktur mekaniknya menunjukkan sendi-sendi yang terdesain untuk gerakan cukup kompleks, kontrol stabilitas tubuh, dan kemampuan fisik yang cukup tangguh.
Namun, kecepatan itu masih terbatas dalam kondisi tertentu dan mungkin tidak setara manusia profesional, terutama pada durasi panjang, atau di medan sulit.
Diadakan di Beijing, robot humanoid dan manusia mengikuti rute half-marathon 21,1 km. Robot dan manusia dipisahkan fisik untuk keamanan. AP News+2Asian Fin+2
Tiangong Ultra menang di antara robot-robot, dengan catatan kecepatan 2 jam 40 menit dan beberapa robot lainnya mengalami kendala seperti kehilangan daya atau jatuh. AP News+2Asian Fin+2
Eksperimen ini memperlihatkan sejauh mana robot dekat dengan performa manusia dalam aspek endurance fisik, tetapi juga menunjukkan bahwa masih banyak tantangan teknis, termasuk efisiensi energi, pengendalian kesalahan, dan daya tahan komponen.
Beberapa alasan yang mendasari fokus kuat Tiongkok pada robot humanoid:
Demografi: populasi yang menua, kebutuhan akan layanan kesehatan dan perawatan lansia makin besar sementara jumlah pekerja muda relatif menurun. Robot bisa membantu mengisi kekosongan tenaga kerja layanan.
Kompetisi global: AI dan robotika adalah bidang strategis tingkat tinggi. Agar tidak tertinggal dari AS, Eropa, Jepang, Korea, Tiongkok ingin menjadi pemimpin global.
Investasi dan kebijakan pemerintah: banyak dana, insentif pajak, program penelitian dan pengembangan, serta regulasi yang mendukung. ANTARA News
Pasar besar domestik: konsumen dalam negeri yang besar, kebutuhan di kota-kota besar akan robot pelayanan, robot untuk keamanan, robot pembersih, dsb., memberi peluang besar bagi perusahaan lokal.
Walau sudah sangat maju, ada beberapa aspek yang masih jauh dari kemampuan manusia:
Kesadaran / keaslian kesadaran (consciousness): robot tidak memiliki pengalaman subjektif seperti manusia (emosi sejati, perasaan, kesadaran diri) walau bisa meniru ekspresi
Kecerdasan emosional: mengenali konteks budaya, maksud tersirat, ironi, humor, ekspresi kompleks, intuisi — masih sangat terbatas
Kelincahan & keanggunan: gerakan sangat halus dan alami (seperti postur tubuh saat berjalan di permukaan licin, atau reaksi spontan terhadap gangguan) masih menantang
Daya tahan & efisiensi energi: sumber daya baterai, keausan material, kebutuhan pendinginan, damping getaran, semua itu membatasi seberapa lama robot bisa bekerja seperti manusia
Semakin robot meniru manusia, semakin pertanyaan tentang apa yang membedakan manusia dari mesin. Apakah keunikan manusia sebagai makhluk biologis akan tergeser? Bagaimana penghormatan terhadap kehidupan dan martabat manusia jika “kehidupan buatan” tampak sama?
Robot yang memiliki kamera dan mikrofon, yang selalu terhubung, bisa menjadi alat pengawasan besar jika disalahgunakan. Siapa yang mengontrol data? Siapa yang bertanggung jawab jika robot mengumpulkan data tanpa izin?
Robot bisa dirancang supaya “menggugah emosi” manusia: misalnya robot teman, robot konselor, robot layanan pelanggan yang sangat empatik. Ada risiko manipulasi (misalnya menjual produk, memengaruhi opini, memanipulasi emosi pengguna) tanpa kesadaran pengguna.
Perlu regulasi jelas: apakah robot bisa dianggap sebagai “subjek hukum” dalam kasus tertentu? Siapa yang bertanggung saat terjadi kecelakaan? Bagaimana hak privasi dan penggunaan data tetap dilindungi?
Sejumlah pejabat di Tiongkok mencoba meredam kekhawatiran bahwa robot akan menggantikan tenaga manusia secara besar-besaran. Misalnya, pejabat Beijing menyatakan robot humanoid “tidak akan menggantikan pekerja manusia, tapi akan meningkatkan produktivitas dan mengambil alih tugas yang manusia tidak mau lakukan atau tidak mampuh lakukan.” Reuters
Namun media dan publik di dalam dan luar negeri banyak yang bereaksi dengan campuran kekaguman, rasa penasaran, sekaligus kekhawatiran. Artikel, video, dan unggahan media sosial sering menunjukkan reaksi seperti “serem”, “futuristik tapi menakutkan”, “mirip film horor sci-fi”.
Ada juga diskusi akademis tentang standar keselamatan (misalnya benchmark keamanan untuk robot humanoid seperti SPARK) dan regulasi etika. arXiv
Kita bisa melihat beberapa kemungkinan perkembangan ke depan:
Beberapa pekerjaan akan menjadi usang atau berubah drastis: tugas fisik yang repetitif, layanan dasar, kerja di lingkungan ekstrem atau berbahaya mungkin diserahkan ke robot.
Tenaga manusia akan lebih fokus ke kreativitas, pemeliharaan, pengembangan robot itu sendiri, pengawasan, dan interaksi interpersonal yang memerlukan kepekaan manusia.
Karena robot humanoid berpotensi melintasi batas-batas negara (misalnya robot impor/ekspor, aplikasi di ruang publik, data dan keamanan), kemungkinan akan muncul regulasi internasional atau standar bersama.
Bagaimana manusia akan merespon jika semakin banyak robot yang “hidup seperti manusia”?
Interaksi manusia-robot akan jadi bagian kehidupan sehari-hari (misal robot teman, robot pendamping lansia, robot guru).
Budaya populer sudah banyak menggambarkan robot humanoid; masyarakat akan terbiasa, tapi juga bisa ada resistensi budaya atau etika.
Rasa takut, tidak nyaman, dan moral bisa memicu perdebatan: misalnya terkait “apa artinya manusia”, “kesadaran”, “jiwa”, dsb.
Perusahaan-perusahaan di Tiongkok telah mengukir kemajuan yang mengagumkan dalam robot humanoid yang mirip manusia — dari wajah yang bisa mengekspresikan emosi halus, gerakan tubuh yang realistis, hingga kemampuan bekerja terus menerus. Namun kemajuan ini membawa dua sisi: harapan besar serta kekhawatiran mendalam. Kunci ke depan akan terletak pada bagaimana teknologi ini diatur, bagaimana masyarakat merespons dan beradaptasi, serta bagaimana kita menjaga agar kemanusiaan tetap dijaga dalam menghadapi mesin yang makin “manusiawi”.
By : BomBom
1. Kasus yang Menggegerkan Dunia Maya Beberapa waktu lalu, publik Indonesia kembali diguncang kabar mengejutkan:…
Pendahuluan Buah apel bukan hanya sekadar buah populer yang mudah ditemukan, tetapi juga menyimpan manfaat…
Pansus DPRD DKI Jakarta membuka posko aduan untuk menampung aspirasi warga terkait maraknya parkir ilegal…
Duduk terlalu lama di kantor bisa menjadi penyebab utama nyeri punggung. Dengan latihan ringan secara…
Deddy Corbuzier mengatakan Bukankah pengadilan perceraian sifatnya tertutup? Ya, Undang-Undang nomor 7 tahun 1989 pasal…
Kayu sengon menjadi salah satu bahan bangunan dan furnitur yang semakin diminati di Indonesia. Selain…